Go Ihsan - 2. Penyimpangan Jiwa dari
Mental-Perilaku yang Lurus
Ada beberapa kelompok masyarakat tersesat bukan karena
ketidaktahuan mereka tentang kebenaran atau bukan karena mereka memiliki pola
pikir yang menyimpang, tapi kesesatan mereka disebabkan karena mereka lari dari
kebenaran yang sudah mereka ketahui demi memenuhi keinginan hawa nafsu.
Ketika
seseorang sudah lari dari kebenaran, maka ia akan berusaha menganut paham
kebatilan untuk menggantikan kebenaran yang ia hindari dan terus menerus
berupaya keras membuat dirinya dan orang lain menerima kebatilan itu hingga
akhirnya dianggap sebagai kebaikan. Ia melakukan hal ini, karena bagaimanapun
pemikiran dan aqidah yang lurus itu akan menghalangi dirinya untuk mengikuti
hawa nafsu, maka ia berusaha menggantinya dengan pemikiran dan aqidah yang
sesat agar tidak terjadi kontradiksi atau perang batin antara hawa nafsu dengan
prinsip hidupnya. Maka hawa nafsu yang dibantu oleh syaithan menghiasi
perbuatan buruk agar terlihat baik, dengan mencari-cari alasan pembenaran
meskipun amat jauh sampai keburukan itu betul-betul diterima sepenuhnya oleh
jiwa dan tanpa memikirkan argumentasi lagi. Manusia yang sampai pada kondisi
jiwa seperti ini benar-benar terjatuh kepada mentalitas dan perilaku terendah –
semoga Allah melindungi kita darinya.
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang
yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al
Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang
sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami, maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir. (Al-A’raf (7):
175-176).
Jika saja orang seperti itu menggunakan akal sehatnya dan
berusaha untuk berperilaku lurus, maka ia akan menghilangkan perang batin di
dalam dirinya justru dengan menguatkan aqidah kebenaran dan memenuhi
keinginan-keinginannya dengan cara yang halal serta mengarahkan keinginan
melakukan yang haram dengan merasakan kenikmatan melaksanakan kewajiban dan
ketinggian akhlaq. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa kelezatan
melaksanakan kewajiban dan komitmen dengan perbuatan mulia jauh melebihi
kenikmatan hawa nafsu rendah dan lebih menenangkan jiwa.
Penyimpangan mental perilaku ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
2.a. Hasad (Dengki)
2.a. Hasad (Dengki)
Adalah salah satu penyakit jiwa yang amat buruk yang
mendorong orang untuk melecehkan kebenaran dan mengingkarinya meskipun
kebenaran itu didukung oleh argumentasi dan bukti yang amat jelas.
Hasad ditambah ittiba’ul hawa (mengikuti hawa nafsu) menjadi
faktor utama pengingkaran dan pembangkangan serta makar Yahudi terhadap
kebenaran yang dibawa oleh Nabi Isa as.
Oleh karenanya mereka berusaha untuk membunuh Nabi Isa as – namun Allah swt
menyelamatkan beliau – sebagaimana telah mereka lakukan terhadap nabi-nabi Bani
Israil lainnya alaihimussalam.
Dan sesungguhnya Kami telah
mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya
(berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan
bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul Qudus (Jibril). Apakah setiap datang kepadamu
seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan
(hawa nafsu) mu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka)
kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqarah
(2): 87).
Hasad juga yang menjadi penyebab utama permusuhan Yahudi
terhadap Rasulullah saw sehingga mereka melakukan berbagai makar terhadap
beliau dan dakwahnya, kemudian makar itu terus berlanjut sepanjang sejarah
Islam dari khilafah Abu Bakar sampai hari ini.
Ahbar (para tokoh agama) Yahudi hasad kepada Nabi Isa karena
mereka khawatir Nabi Isa merebut kepemimpinan agama yang sedang mereka pegang
atas Bani Israil yang dengan kepemimpinan itu mereka menghalalkan yang haram
dan mengharamkan yang halal. Sedangkan hasad semua Yahudi – kecuali yang masuk
Islam – kepada bangsa Arab di masa Rasulullah saw adalah karena mereka telah
menanti seorang nabi untuk memerangi bangsa Arab yang menyembah berhala, namun
justru bangsa Arab malah beriman kepada Nabi Muhammad saw,
maka mereka mengingkari Nabi yang telah mereka ketahui kedatangannya
sebelumnya.
Dan setelah datang kepada mereka Al
Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka , padahal sebelumnya
mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang
yang ingkar itu. (Al-Baqarah (2): 89).
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya .
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah (2):
109).
2.b. Kecenderungan Jiwa yang Menuntut
Pemenuhan dengan Cara Menyimpang
Akibat pendidikan yang rusak atau jauh dari manhaj Islam,
sangat mungkin tumbuh dalam diri manusia kecendrungan yang tidak wajar seperti
tumbuhnya virus jahat dalam tubuh, lalu ia menyebar dan menguasai jiwanya. Bila
demikian maka orang ini akan kehilangan keseimbangan kemanusiaannya yang normal
dan akalnya seperti tidak mau lagi mengakui kebenaran. Kecerdasannya lalu
diarahkan untuk melakukan kelicikan dan keculasan demi memenuhi keinginan jiwa
yang telah menyimpang itu.
Orang seperti ini akan menyembelih akhlaq mulia dengan dalih
kebaikan, melakukan kejahatan dengan syiar kemanusiaan, dan menghancurkan
bangunan al-haq dengan alasan memberantas kebatilan. Bila ada ayat Al-Quran
atau hadits Rasulullah saw menghadang di depannya, ia akan mengingkarinya atau menafsirkannya
sesuai hawa nafsunya.
Golongan atau kelompok masyarakat yang mengidap penyakit ini
diantaranya adalah para penganut paham ibahiyyah (permissif/serba boleh), juga
mereka yang mengingkari Allah atau hari akhir, atau orang-orang yang mengaku
nabi, atau bahkan menyatakan dirinya tuhan seperti terjadi dalam beberapa
episode sejarah.
2.c. Al-Kibr (Sombong)
2.c. Al-Kibr (Sombong)
Kesombongan yang menguasai jiwa seseorang menyebabkan ia
berani menolak kebenaran dan melecehkan para pendukung kebenaran. Lalu ia
mencari paham kebatilan dan berusaha menghiasinya dengan argumentasi palsu yang
tidak berdasar sama sekali.
الكِبْرُ بَØ·َرُ الØÙ‚ِّ
ÙˆَغَÙ…ْØ·ُ النَّاسِ
(رواه مسلم
Kesombongan itu sikap menolak kebenaran dan melecehkan orang
lain. (HR. Muslim).
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya
di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika
melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya, dan jika mereka
melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya,
tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang
demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu
lalai dari padanya. (Al-A’raf (7): 146).
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang
ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada
mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali
tiada akan mencapainya. Maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min (40): 56).
2.d. Dendam Kesumat
2.d. Dendam Kesumat
Daulah Islam pernah selama berabad-abad mencapai kekuatannya
yang amat besar dengan kebenaran dan keadilan yang dibawanya dalam jihad.
Seiring dengan itu ada negara dengan aqidah sesatnya yang tersingkir seperti
Imperium Persia yang kemudian sebagian rakyatnya masuk Islam dengan keikhlasan.
Namun ada pula unsur-unsur diantara mereka yang menyimpan dendam kesumat
terhadap Islam dan kaum muslimin karena mereka masih kuat rasa ashabiyahnya
terhadap negara dan aqidah mereka namun tidak berani melawan secara
terang-terangan.
Dendam kesumat ini melahirkan berbagai makar dan persekongkolan
jahat terhadap Islam dan kaum muslimin sejak dulu hingga kini. Ada yang
melakukan perang pemikiran dengan cara-cara licik untuk menyesatkan kaum
muslimin dari aqidah yang benar sehingga ummat Islam berpecah belah karena
aqidahnya terkena polusi. Ada pula yang melakukan perang secara fisik dengan
pengerahan kekuatan demi menghancurkan kekuatan Islam. Mereka yang menyimpan
dendam ini amat khawatir terhadap kemurnian aqidah ummat Islam yang akan
menimbulkan kembalinya persatuan mereka kembali.
2.e. Motivasi Politis
2.e. Motivasi Politis
Beberapa faktor penyimpangan jiwa boleh jadi terkumpul
manjadi satu dan membentuk motivasi politis berupa keinginan kuat untuk menjadi
penguasa. Motivasi politis ini mendorong pemiliknya untuk mencapai kekuasaan
dengan menghalalkan segala cara. Seringkali mereka menganggap aqidah yang benar
dalam hati manusia yang beriman sebagai penghalang terbesar hawa nafsu mereka.
Oleh karenanya, mereka lantas menyebarkan aqidah sesat seperti atheisme atau
permissivisme ke tengah-tengah masyarakat agar memberi dukungan. Kadang kala
mereka menggunakan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan untuk membungkus motivasi
mereka dengan kedok ilmiah dan menipu para pelajar dan mahasiswa.
Ketika mereka sudah berkuasa biasanya kekuasaan itu mereka
gunakan untuk menyesatkan aqidah masyarakat seperti yang dilakukan oleh Namrudz
di masa Ibrahim as, atau Fir’aun di masa Musa as.
Sangat mungkin pula mereka yang ingin meraih kekuasaan
kemudian menciptakan agama atau ideologi baru dengan kemasan yang menarik
orang-orang yang juga memiliki kelainan jiwa atau kemasan yang terlihat baik
dari luar untuk menipu orang-orang awam dan lugu. Hal ini mereka lakukan karena
motivasi keagamaan sering kali ampuh untuk memompa semangat para pengikut dalam
berjuang dan berkorban melawan lawan politiknya yang sedang berkuasa. Diantara
mereka adalah orang-orang yang menciptakan aqidah Syiah karena dendam dan motivasi politik sehingga
menjadikan isu “Mencintai Ali ra & keluarga Rasulullah saw” sebagai modal
untuk menyesatkan aqidah ummat Islam.
3. Kelemahan Iradah
3. Kelemahan Iradah
Dalam episode perjalanan sejarah, cukup banyak manusia yang
lemah iradah-nya (tidak memiliki keinginan dan keberanian untuk melawan) di
hadapan kehendak para penguasa politik yang sesat, atau kekuatan sosial yang
mendominasi mereka, atau di hadapan tokoh menyimpang yang berpengaruh.
Ketika iradah melemah akan terhentilah potensi berpikir
kritis seseorang dan membuatnya membeo kepada pihak yang kuat. Sebaliknya para
penguasa akan memanfaatkan mentalitas budak pengikutnya untuk kepentingan
tertentu yang menyesatkan.
Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya
(dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena Sesungguhnya mereka
adalah kaum yang fasik. (Az-Zukhruf (43): 54).
Dan orang-orang yang dianggap lemah
berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak). Sebenarnya tipu
daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru
kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”.
Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami
pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir, mereka tidak dibalas melainkan
dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba (34): 33).
___
Diringkas dari:
Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah Wa Ususuha, ‘Abdurrahman Hasan Habannakah Al-Maidani, Darul Qalam – Dasmaskus, hlm 587-600.
Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah Wa Ususuha, ‘Abdurrahman Hasan Habannakah Al-Maidani, Darul Qalam – Dasmaskus, hlm 587-600.
Posting Komentar