Go Ihsan - Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang
manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain
selamat dari lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits
nomor 57)
13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan
tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng
melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab,
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat,
berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan
ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk
merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan,
“Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar.
Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika
Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar.
Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian
dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali
kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke
dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara
dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah,
nomor 1352)
Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan
sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari
jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan
barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.”
(Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin
dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa
bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin
seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian
orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian
badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai
iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah
Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara
Anda. “Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza
wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang
dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw.
(Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk
beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah
ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal,
Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian
penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash-Shaff:14)
18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah;
atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan
berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari
dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang
mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya
stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh
perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman,
yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan
baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi
kebaikan baginya.” (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat.
Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah
segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada
petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’,
nomor 5633)
20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri
dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi
kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia
itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.”
(Muslim)
21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang
digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya.
Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan
Anda.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan
apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling
daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu
amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan
orang-orang jahil.'” (Al-Qashash:55)
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum,
berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang
tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat
membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang
yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita
untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena
hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah
Al-Shahihah, nomor 353).
Posting Komentar