Go Ihsan - Sebagian
orang awam menganggap adanya komet atau meteor sebagai pertanda akan datangnya
malapetaka. Sebagian lainnya, sebagaimana populer di kalangan remaja, munculnya
meteor dimanfaatkan sebagai make a wish (ritual meminta
sesuatu). Padahal perilaku ini ternyata dilakukan oleh orang-orang primitif di
abad ke 4, ketika Eropa terselubungi kepercayaan paganisme.
Dalam
Islam, munculnya fenomena alam bintang jatuh, meteor atau komet adalah suatu
hal biasa. Tidak ada kaitannya dengan berbagai hal, sebagaimana keyakinan
jahiliyah di atas.
Lebih
dari itu, sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur’an telah menyinggung tentang fenomena
alam tersebut. Bahkan, ternyata bintang, meteor dan komet itu memiliki fungsi
di sisi Allah.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar
syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (QS. Al-Mulk: 5).
Ketika
menafsirkan surat Al-Mulk ayat 5, seorang ahli tafsir masa tabi’in, Qatadah
rahimahullah, mengatakan,
خَلَقَ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ : جَعَلَهَا زِينَةً لِلسَّمَاءِ ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا ؛ فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا بِغَيْرِ ذَلِكَ : أَخْطَأَ ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ ، وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ
“Allah menciptakan bintang untuk tiga hal: Allah jadikan sebagai
penghias langit, sebagai pelempar setan, dan sebagai tanda alam untuk petunjuk
arah. Maka siapa yang menggali tentang bintang, selain tiga hal tersebut, dia
keliru, menyia-nyiakan jatahnya, dan membebani diri dengan sesuatu yang sama
sekali dia tidak memilikimodal ilmu tentangnya.” (HR. Bukhari
dalam shahihnya secara muallaq, 4/107).
Yang
beliau maksud dengan memahami selain tiga hal tersebut adalah menggunakan
memahami bintang untuk astrologi (bukan astronomi), seperti zodiak atau ramalan
bintang.
Sementara
itu, As-Syaukani menafsirkan firman Allah (yang artinya), ‘Aku jadikan bintang
itu sebagai pelempar setan’, beliau mengatakan,
الرجم في اللغة هو الرمي بالحجارة
‘Rajam (pelempar) secara bahasa artinya, melempar dengan batu.’ (Fathul Qadir,
3/179).
Demikian
pula dalam surat Al-Jinn, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
“Sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit,
maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api,
dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang
(mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang
mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin: 8 – 9).
Al-Imam
Ibnu Katsir juga menafsirkan ayat di atas dengan hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang mengungkap secara lebih rinci tentang fenomena alam
tersebut,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَنِي رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَّهُمْ بَيْنَمَا هُمْ جُلُوسٌ لَيْلَةً مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُمِيَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاذَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ إِذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ كُنَّا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ وَمَاتَ رَجُلٌ عَظِيمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلَةُ الْعَرْشِ ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ هَذِهِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا ثُمَّ قَالَ الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ فَيُخْبِرُونَهُمْ مَاذَا قَالَ قَالَ فَيَسْتَخْبِرُ بَعْضُ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هَذِهِ السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيَقْذِفُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ وَيُرْمَوْنَ بِهِ فَمَا جَاءُوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ وَلَكِنَّهُمْ يَقْرِفُونَ فِيهِ وَيَزِيدُونَ
Dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhu, ia berkata:
Salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kaum Anshar
menceritakan padaku. Ketika mereka duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pada suatu malam, ada bintang (mateor) jatuh memancarkan
cahaya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada mereka:
“Apa ucapan kalian pada masa jahiliyah ketika ada lemparan (mateor) seperti
ini?” Mereka menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui, dulu kami katakan,
‘pada malam ini telah dilahirkan seorang yang terhormat dan telah mati seorang
yang terhormat,’ lalu Rasulullah menjelaskan: “Sesunguhnya bintang itu tidaklah
dilemparkan karena kematian seseorang dan tidak pula karena kelahiran
seseorang. Akan tetapi Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’ala, apabila telah memutuskan
sebuah perkara, bertasbihlah para malaikat yang membawa ‘Arasy. Kemudian
diikuti oleh para malaikat penghuni langit yang di bawah mereka, sampai tasbih
itu kepada para malaikat penghuni langit dunia.
Kemudian para malaikat yang di
bawah para malaikat pembawa ‘Arasy bertanya kepada para malaikat pembawa
‘Arasy, Apa yang dikatakan Tuhan kita? Lalu mereka memberitahu apa yang
dikatakan Tuhan mereka. Maka malaikat penghuni langit dunia saling bertanya
pula di antara sesama mereka, sehingga berita tersebut sampai ke langit dunia.
Maka para jin berusaha mencuri dengar, lalu mereka sampaikan kepada
wali-walitnya (tukang sihir). Sehingga mereka dilempar dengan bintang-bintang
tersebut. Berita itu mereka bawa dalam bentuk yang utuh, yaitu yang sebenarnya
tetapi mereka campur dengan kebohongan dan mereka tambah-tambahkan.” [HR Muslim].
Dengan
demikian, dalil-dalil di atas menerangkan bahwa bintang-bintang, meteor atau
komet itu dilemparkan ke arah setan, sebagai bentuk penjagaan terhadap berita
langit. Ini menunjukkan bahwa fenomena bintang jatuh akan terjadi secara terus
menerus. Karena penjagaan langit, terjadi secara terus menerus. Mengingat,
setan selalu berusaha untuk mencuri dengar berita takdir dari langit. [panji]
Posting Komentar