Halloween party ideas 2015

NEW YORK – Sebuah unjuk rasa solidaritas dengan komunitas Muslim Albany, New York, pada tanggal 25 Juli segera menyusul sesi terakhir dari konferensi antiperang yang diadakan di kota itu. Hampir 300 orang menunjukkan dukungannya pada Komite Solidaritas Muslim, meneriakkan yel-yel saat mereka berjalan sejauh satu mil dari State Capitol melalui dalam kota Albany menuju Masjid As Salam di Central Avenue.

Komite itu awalnya dibentuk untuk mendukung warga setempat, Yassin Aref dan Mohammed Hossain, yang dituntut dengan tuduhan aksi teroris pada tahun 2002 dan dijatuhi hukuman penjara dalam jangka panjang, sepenuhnya hanya berdasarkan kesaksian informan. Komite itu sekarang menjadi cabang lokal dari Project SALAM (dukungan dan advokasi hukum untuk kaum Muslim), yang tumbuh dari empat tahun advokasi komite untuk Aref dan Hossain.

Project SALAM telah menangani banyak kasus serupa dalam mana kaum Muslim dijebak. Tergantung di tembok dalam Masjid adalah nama-nama warga Muslim yang menjadi korban
"perang melawan teror" pascaperistiwa 11 September, yang dialami oleh banyak orang sebagai perang melawan Muslim. Keluarga dari beberapa korban penuntutan itu berpartisipasi dalam unjuk rasa dan berbicara dengan emosional tentang keluarga mereka di Masjid. Perwakilan kelompok anti-perang lokal dan nasional menyerang peran FBI dan polisi dalam menjebak kaum Muslim.

Pada tanggal 5 April 2010, anggota Komite Solidaritas Muslim dan Project SALAM berunjuk rasa ke Balai Kota di mana anggota dewan Dominick Calsolaro mengusulkan sebuah mosi bahwa Dewan Umum Albany mendesak Departemen Kehakiman AS untuk meninjau kembali kasus-kasus Muslim yang telah dituntut dengan tidak adil. Anggota keluarga dan pendukung berbicara dengan emosi yang luar biasa dan resolusi. Dewan akhirnya meloloskan resolusi dengan perolehan suara 10-0 dengan empat anggota abstain.

Konferensi Nasional Bring the Troops Home Now diadakan di Albany, New York, pada tanggal 23-25 Juli. Sekitar 700 aktivis dari seluruh penjuru negeri datang untuk membahas dan memperdebatkan bagaimana caranya membangun gerakan antiperang dan merencanakan sebuah unjuk rasa yang terkoordinasi selama beberapa hari.

Fernando Figueroa, seorang aktivis Students for a Democratic Society (SDS) di Florida, menjelaskan peran konferensi itu, “Workshop, resolusi, dan peluang membangun jaringan yang disediakan oleh konferensi damai nasional ini adalah alat yang dibutuhkan oleh gerakan pelajar secara umum dan SDS khususnya untuk membangun gerakan kami. Sekarang kami lebih bertekad untuk mengakhiri perang di Timur Tengah dan menghentikan agresi militer AS di luar negeri daripada sebelumnya.”

Dalam konferensi itu, para peserta memilih untuk mengorganisasi aksi lokal antara tanggal 7 dan 16 Oktober dan unjuk rasa nasional pada tanggal 9 April untuk fokus mengakhiri perang dan pendudukan AS di Afghanistan dan Irak. Konferensi itu mendukung munculnya aksi respon darurat jika serangan AS atau pendukungnya menyerang Iran dan Korea Utara. Pemungutan suara paling signifikan adalah dalam solidaritas dengan Palestina dan dalam menentang bantuan AS untuk Israel. Situasi di Gaza dan kematian sejumlah aktivis flotilla memenuhi hati dan pikiran para peserta. Konferensi itu sepenuhnya memilih untuk mendukung dan mengorganisasi aksi solidaritas dengan rakyat Palestina.

Sarah Martin, seorang aktivis solidaritas Palestina dari Women Against Military Madness di Minnesota, mengatakan, “Banyak lokakarya tentang Palestina yang diadakan, proposal untuk solidaritas dan kaus-kaus pro-Palestina ada di mana-mana dan proposal aksi dalam kaitannya dengan Palestina juga sangat kuat.” (rin/wk/njp/fbn) www.suaramedia.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.