Go Ihsan - Ada banyak orang yang momok dengan
angka-angka. Mungkin karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan
Matematika yang sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena
angka sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah
didapatnya, bahkan lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga keseringan
menghitung angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan
masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain.
Bersambung
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65-66, Allâh –subhânahu
wa ta’âlâ– berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ
عَلَى الْقِتَالِ
إِنْ يَكُنْ
مِنْكُمْ عِشْرُونَ
صَابِرُونَ يَغْلِبُوا
مِائَتَيْنِ وَإِنْ
يَكُنْ مِنْكُمْ
مِائَةٌ يَغْلِبُوا
أَلْفًا مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا
بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ
لا يَفْقَهُونَ
(٦٥) الآنَ
خَفَّفَ اللَّهُ
عَنْكُمْ وَعَلِمَ
أَنَّ فِيكُمْ
ضَعْفًا فَإِنْ
يَكُنْ مِنْكُمْ
مِائَةٌ صَابِرَةٌ
يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ
وَإِنْ يَكُنْ
مِنْكُمْ أَلْفٌ
يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ
بِإِذْنِ اللَّهِ
وَاللَّهُ مَعَ
الصَّابِرِينَ (٦٦)
65. Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk
berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan
dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar
di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti [1].
66. sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah
mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang
yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan
jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang
yang sabar.
Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. Mungkin
karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan Matematika yang
sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena angka sangat
terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah didapatnya, bahkan
lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga keseringan menghitung
angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan masih banyak
kemungkinan-kemungkinan yang lain.
Saat saya bersama anak-anak dan keluarga menonton
VCD The Amazing Child, sebuah VCD yang mengisahkan bocah berusia 5 tahun yang
telah hafal Al-Qur’ân Al-Karîm, dan bahkan mampu menjelaskan dan memahami
kandungannya, saya dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang diajukan kepada sang
bocah, yang isinya, meminta kepadanya untuk menyebutkan angka-angka di dalam
Al-Qur’ân, dan dengan cekatan nan fashîh, sang bocah pun
membaca ayat-ayat yang berisi penyebutan angka-angka.
Kenapa saya terkejut dengan pertanyaan seperti ini? Sebab,
beberapa waktu yang lalu, saya juga dikejutkan oleh “protes” atau ekspresi
momok sebagian aktivis dakwah terhadap angka-angka.
Dari dua kejutan ini, saya pun mencoba mencari-cari, adakah
angka-angka di dalam Al-Qur’an, dan juga dalam sirah (perjalanan) hidup nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-?
Jawaban bocah dalam VCD yang saya tonton, memberi inspirasi
kepada saya untuk mencoba mencermati angka-angka ini, yang di antara hasilnya
adalah sebagai berikut:
Al-Qur’ân Al-Karîm telah menyebutkan beraneka macam angka,
mulai dari pecahan, satuan, belasan, puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan
ratusan ribu.
Angka-angka pecahan yang disebutkan Al-Qur’ân adalah
seperdelapan (1/8), seperenam (1/6), seperempat (1/4), dan setengah (1/2).
Angka-angka satuan, belasan, puluhan, ratusan dan ribuan
yang disebutkan Al-Qur’ân adalah satu (1), dua (2), tiga (3), empat (4), lima
(5) enam (6), tujuh (7), delapan (8) dan sembilan (9), sepuluh (10), sebelas
(11), dua belas (12), sembilan belas (19), dua puluh (20), tiga puluh (30),
empat puluh (40), lima puluh (50), enam puluh (60), tujuh puluh (70), delapan
puluh (80), seratus (100), dua ratus (200), tiga ratus (300), sembilan ratus
lima puluh (950), seribu (1000), dua ribu (2000), tiga ribu (3000), lima ribu
(5000) dan angka terbesar yang disebutkan Al-Qur’ân Al-Karîm adalah seratus
ribu (100.000).
Kesimpulan sementara saya setelah mendapatkan angka-angka
ini: “ternyata, Al-Qur’ân Al-Karîm menyebutkan angka-angka”, karenanya, kita
tidak boleh alergi atau momok dengan angka-angka.
Bagaimana dengan perjalanan hidup (sîrah) Rasulullâh
–shallallâhu ‘alaihi wa sallam-?
Bila kita mencoba merunut (membaca secara berurutan)
perjalanan hidup (sîrah) beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-,
ternyata, semenjak awal, para penutur (yang menuturkan dan mengisahkan) serta
penulis sîrah beliau, juga sudah akrab dengan angka-angka.
Dalam kitab Al-‘Ibar Fî Durûs (Khabar) Man Ghabar,
dalam peristiwa tahun 17 H, Al-Hâfizh Al-Dzahabî
menulis:
وَفِيْهَا تُوُفِّيَ عُتْبَةُ
بْنُ غَزْوَانَ
اَلْمَازِنِيّ، أَحَدُ
السَّابِقِيْنَ اَلأَوَّلِيْنَ.
يُقَالُ أَسْلَمَ
سَابِعَ سَبْعَةٍ
Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H)
telah wafat ‘Utbah bin Ghazwân Al-Mâzinî –radhiyallâhu ‘anhu-; salah seorang
yang pertama-tama masuk Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang
yang masuk Islam dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf
Ibn Abî Syaibah juz 8, hal. 45, 199, 452).
Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah
Sa’ad bin Abî Waqqâsh –radhiyallâhu ‘anhu– [Al-Sunan Al-Kubrâ karya
Al-Baihaqi juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma’ânî Al-Qur’ân,
karya Al-Nahhâs saat menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12).
Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut
ketujuh adalah Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al-Hâkim, hadîts no. 6181].
Siapapun yang benar darinya tidaklah penting [2], yang
terpenting di sini adalah bahwa semenjak awal, masalah angka-angka dalam sîrah nabi
Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam– telah
menjadi perhatian para penutur dan penulis sejarah perjalanan hidup beliau –shallallâhu
‘alaihi wa sallam– ini.
Bersambung
Posting Komentar