Pak Parman, demikian orang-orang memanggilnya. Dia
hanyalah seorang tukang becak. Sudah bisa ditebak, berapa kekayaannya?
Dia hanya punya tempat tinggal, dan itu pun kost di tempat yang kumuh,
yang gentengnya sewaktu-waktu bisa bocor karena hujan. Meski begitu, Pak
Parman memiliki budi yang sangat mulia. Kemiskinan yang merenggut
kehidupannya, tidak menutup mata batinnya untuk selalu berbagi kepada
orang lain.
Siapa kira orang miskin tidak bisa naik haji. Karena sedekah, tukang becak yang satu ini justru mendapatkan keberkahan untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Tapi, bukan harta yang bisa ia sumbangkan. Sebab, untuk makan
sehari-hari saja sulit, apalagi berniat untuk berbagi harta kepada orang
lain. Maka, yang hanya bisa dilakukan Pak Parman adalah “sedekah jasa”.
Yaitu, setiap hari Jum’at ia menggratiskan semua penumpang yang naik
becaknya. Ini adalah hal yang luar biasa. Tidak semua orang bisa
melakukannya, apalagi orang miskin seperti dirinya. Maka, atas
kebaikannya itulah, suatu “keberkahan hidup” kemudian menghampirinya.
Suatu ketika, di hari Jum’at pertama bulan Ramadhan, tiba-tiba, ada
orang yang kaya raya mobilnya mogok. Kebetulan, mogoknya tidak jauh dari
pangkalan becak Pak Parman. Orang kaya itu pun bertanya kepada
supirnya, “Pir, kalau naik becak kira-kira ongkosnya berapa ya?”
“Paling juga dua sampai tiga ribuan,” jawab supir kepada majikannya.
Orang kaya tersebut pun memutuskan naik becak karena sebenarnya jarak
dirinya dengan rumahnya sudah lumayan dekat. Maka, dipanggillah tukang
becak yang ada di pangkalan tersebut dan kebetulan Pak Parman yang
datang. Lalu, digoeslah becak itu oleh Pak Parman menuju rumah orang
kaya tersebut. Setelah sampai di tempat, Pak Parman dikasih uang 10 ribu
dan tidak usah dikembalikan. Namun, oleh Pak Parman uang itu
ditolaknya.
“Kenapa Bapak menolaknya?” tanya orang kaya itu..
“Saya sudah meniatkan dari dulu, kalau setiap Jum’at saya menggratiskan semua penumpang yang naik becak saya,” jawabnya jujur.
Setelah itu, Pak Parman pun pergi meninggalkan orang kaya tersebut.
Rupanya, kejadian itu sangat membekas di hati orang kaya tersebut. Orang
kaya seperti dirinya saja tidak pernah sedekah, ini orang miskin malah
melakukannya dengan begitu tulus. Lalu, dikejarlah Pak Parman. Setelah
dapat, Pak Parman pun dikasih uang satu juta. Orang kaya itu pikir, Pak
Parman akan menerimanya karena uangnya besar. Tapi, Pak Parman tetap
menolaknya. Lalu, dinaikkan lagi menjadi dua juta dan tetap Pak Parman
menolaknya. Alasan Pak Parman sama: dia tidak menerima uang sepeser pun
di hari Jum’at untuk jasa ojek becaknya. Sebab, dia sudah meniatkannya
untuk bersedekah. Subhanallah!
Tapi, hal ini justru membuat orang kaya tersebut semakin penasaran.
Maka Jum’at berikutnya (di hari Ramadhan juga), orang kaya itu pun naik
becak lagi. Ia sengaja meninggalkan supirnya untuk pulang ke rumah
sendiri dan dia lebih memilih berhenti di pangkalan itu untuk bisa naik
becak Pak Parman. Maka diantarlah orang kaya tersebut ke rumahnya oleh
Pak Parman. Setelah sampai, Pak Parman pun diberikan uang yang lebih
besar lagi, kali ini 10 juta. Orang kaya itu pikir Pak Parman akan
tergoda oleh uang sebanyak itu. Tapi, lagi-lagi, perkiraannya meleset.
Pak Parman, sekali lagi, menolak uang yang bagi dia itu sebenarnya
sangat besar. Apalagi, sebentar lagi akan Lebaran dan uang itu pasti
akan berguna buat dirinya dan keluarganya. Tapi, orangtua itu menolaknya
dengan halus.
Kejadian ini benar-benar membuat orang kaya tersebut tidak mengerti.
Kenapa orang miskin seperti Pak Parman tidak mau menerima uang sebesar
itu? Padahal, uang itu bisa ia gunakan selama berbulan-bulan. Namun,
rasa penasaran orang kaya itu rupanya tidak pernah berhenti. Jum’at
berikutnya, dia pun naik becak milik Pak Parman lagi. Namun, kali ini ia
minta diantarkan ke tempat yang lain.
“Pak, antarkan saya ke rumah Bapak,” pinta orang kaya.
“Memangnya, ada apa, Pak?” jawab Pak Parman polos.
“Pokoknya, antarkan saya saja.”
Akhirnya, Pak Parman terpaksa mengantarkan orang kaya itu ke
rumahnya. Mungkin orang kaya itu hanya ingin menguji: apakah tukang
becak itu benar-benar orang miskin ataukah tidak? Mereka pun akhirnya
sampai di rumah Pak Parman. Betapa terkejutnya orang kaya itu, karena
rumah yang dimaksud hanyalah sebuah rumah kost yang sangat jelek.
Gentengnya sewaktu-waktu bisa roboh karena terpaan air hujan. Karena
sangat iba melihat kejadian itu, orang itu pun merogoh uangnya sejumlah
Rp. 25 juta.
“Ini Pak, uang sekedarnya dari saya. Mohon Bapak menerimanya,” pinta orang kaya kepada Pak Parman.
Apa reaksi Pak Parman? Ternyata, dengan halus dia pun tetap
menolaknya. Hal ini benar-benar sangat mengejutkan orang kaya itu.
Bagaimana bisa orang semiskin dia menolak uang pemberian sebesar Rp. 25
juta? Kalau bukan dia adalah lelaki yang luar biasa, yang memiliki budi
yang sangat luhur.
Akhirnya orang kaya itu pun menyerah. Dia benar-benar kalah dengan
ketulusan hati Pak Parman. Ia percaya bahwa apa yang dilakukan Pak
Parman benar-benar tulus dari hatinya. Ia benar-benar tidak tergoda oleh
indahnya dunia dan kilaunya uang jutaan rupiah. Mungkin ia satu pribadi
yang langka dari 1000 orang yang ada, yang sewaktu-waktu hanya muncul
di dunia. Luar biasa!
Tapi, orang kaya itu berjanji bahwa suatu saat ia akan memberikan
yang terbaik buat tukang becak yang berhati mulia tersebut. Sebab,
mungkin, baru kali ini hatinya terusik lalu disadarkan oleh orang miskin
yang hanya seorang tukang becak. Dan waktu pun terus berlalu.
Lebaran telah tiba. Pak Parman dan orang kaya itu tidak bertemu lagi.
Menjelang Lebaran Haji (Idul Adha), orang kaya itu kembali menemui Pak
Parman di rumah kostnya. Kembali ia pun datang di hari Jum’at.
Mudah-mudahan kali ini niatnya tidak sia-sia. Setelah mereka bertemu, di
depan Pak Parman orang kaya kemudian bicara terus terang, “Pak, mohon
kali ini niat baik saya diterima. Bapak dan istri serta anak Bapak akan
saya berangkatkan haji ke Tanah Suci. Sekali lagi, mohon Bapak menerima
niat baik saya ini?”
Pak Parman menangis di depan istri dan anak semata wayangnya. Pergi
ke Mekkah saja tidak pernah ia bayangkan sejak dulu, ini apalagi ia dan
keluarganya akan diberangkatkan naik haji. Ini benar-benar hadiah yang
sangat luar biasa dari Allah swt. Tawaran orang kaya itu pun diterima
Pak Parman dengan setulus hati.
Maka, Pak Parman dan keluarganya pun akhirnya pergi haji. Ya, seorang
tukang becak yang miskin tapi memiliki hati yang sangat mulia akhirnya
bisa melihat keagungan Ka’bah di Mekkah al-Mukarramah dan makam Nabi Muhammad saw
di Madinah. Kebaikannya dibalas oleh Allah. Ia yang menolak satu juta,
dua juta, 10 juta, hingga Rp. 25 juta, tapi Allah menggantinya dengan
haji ke Baitullah, bersama istri dan anaknya! Jadi, berapa kali lipatkah
keberkahan yang didapatkan Pak Parman karena sedekah yang ia lakukan
setiap hari Jum’at?! Subhanallah!
Bahkan, tidak saja dihajikan secara gratis, Pak Parman akhirnya
dibuatkan rumah oleh orang kaya tersebut. Maka, semakin berkahlah hidup
si tukang becak berhati mulia itu. Dan sejak itu, Pak Parman pun bisa
tinggal di sebuah tempat yang nyaman dan tidak memikirkan lagi uang
untuk kost di bulan berikutnya.
Demikian kisah tukang becak yang bisa naik haji karena sedekah yang
dilakukannya. Apakah kita sudah seperti Pak Parman? Dia yang miskin
masih memikirkan untuk berbagi untuk orang lain, apalagi kita yang
mungkin lebih mampu dibandingkan dia. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti
jejaknya, terutama dalam hal ketulusannya dalam berbagi! Amin.
Posting Komentar