Go Ihsan - Rasulullah saw. mengabarkan kepada kita bahwa didatangkan
orang yang paling senang di dunia sedang dia adalah ahli neraka di hari kiamat,
dicelupkan ke dalam api neraka satu kali celupan. Kemudian ditanya, ”Wahai anak
Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan? Apakah engkau merasakan
kenikmatan (di dunia)?” Maka dia menjawab, ”Tidak, demi Allah, wahai Rabbku.”
Kemudian didatangkan orang yang paling menderita di dunia dan dia ahli surga, dicelupkan satu kali celupan di surga. Kemudian ditanya, ”Wahai Anak Adam, apakah engkau pernah menderita kesulitan? Apakah lewat padamu suatu kesusahan (di dunia)?” Maka ia menjawab, ”Tidak, demi Allah, wahai Rabbku, tidak pernah aku mengalami kesusahan dan kesulitan sedikitpun.” (HR Muslim)
Yahya bin Yazid berkata, ”Tanda zuhud ada dermawan dengan apa yang ada.” Imam Ahmad bin Hambal dan Sufyan r.a. berkata, ”Tanda zuhud adalah pendeknya angan-angan.”
Kemudian didatangkan orang yang paling menderita di dunia dan dia ahli surga, dicelupkan satu kali celupan di surga. Kemudian ditanya, ”Wahai Anak Adam, apakah engkau pernah menderita kesulitan? Apakah lewat padamu suatu kesusahan (di dunia)?” Maka ia menjawab, ”Tidak, demi Allah, wahai Rabbku, tidak pernah aku mengalami kesusahan dan kesulitan sedikitpun.” (HR Muslim)
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, perbandingan dunia dengan
akhirat seperti seorang menyelupkan tangannya ke dalam lautan, lihatlah apa
yang tersisa.” (HR Muslim)
Tanda-tanda Zuhud
Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud,
yaitu: pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak
bersedih karena hal yang hilang. Kedua, sama saja di sisinya orang
yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan. Ketiga,
hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya
ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Apakah cinta Allah
atau cinta dunia. Dan keduanya tidak dapat
bersatu.
Jadi, tanda zuhud adalah tidak adanya perbedaan antara
kemiskinan dan kekayaan, kemuliaan dan kehinaan, pujian dan celaan karena
adanya dominasi kedekatan kepada Allah.
Yahya bin Yazid berkata, ”Tanda zuhud ada dermawan dengan apa yang ada.” Imam Ahmad bin Hambal dan Sufyan r.a. berkata, ”Tanda zuhud adalah pendeknya angan-angan.”
Kehidupan zuhud ini dicontoh oleh para sahabatnya: Abu
Bakar, Umar, Utsman bin Affan, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah beberapa
sahabat yang kaya raya, tetapi tidak mengambil semua harta kekayaannya untuk
diri sendiri dan keluarganya. Sebagian besar harta mereka habis untuk
dakwah, jihad, dan menolong orang-orang beriman. Mereka
adalah tokoh pemimpin dunia yang dunia ada dalam genggamannya, namun tidak
tertipu oleh dunia. Bahkan, mereka lebih mementingkan kehidupan akhirat dengan
segala kenikmatannya. Abu Bakar berkata, ”Ya Allah, jadikanlah dunia di
tangan kami, bukan di hati kami.”
Suatu saat Ibnu Umar mendengar seseorang bertanya, ”Dimana
orang-orang yang zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat?” Lalu Ibnu Umar
menunjukkan kuburan Rasulullah saw., Abu Bakar, dan Umar, seraya balik
bertanya, ”Bukankah kalian bertanya tentang mereka?”
Abu Sulaiman berkata, ”Utsman bin ‘Affan dan Abdurrahman bin
Auf adalah dua gudang harta dari sekian banyak gudang harta Allah yang ada di
bumi. Keduanya menginfakkan harta tersebut dalam rangka mentaati Allah, dan
bersiap menuju Allah dengan hati dan ilmunya.”
Dengan demikian hanya orang yang berimanlah yang dapat
memakmurkan bumi dan memimpin dunia dengan baik, karena mereka tidak
menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Demikianlah cara umat Islam memimpin
dunia, mulai dari Rasulullah saw., khulafaur rasyidin sampai pemimpin
berikutnya. Pemerintahan Islam berhasil menghadirkan keamanan, perdamaian,
keadilan, dan kesejahteraan. Perdaban dibangun atas dasar keimanan dan moral.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, salah satu pemimpin yang paling
zuhud, masyarakat merasakan ketentraman, kesejahteraan, dan keberkahan. Tidak
ada lagi orang yang miskin yang meminta-minta, karena kebutuhannya sudah
tercukupi.
Tingkatan Zuhud
Zuhud orang-orang beriman memiliki tingkatan. Zuhud terhadap
yang haram, zuhud terhadap yang makruh, zuhud terhadap yang syubhat, dan zuhud
terhadap segala urusan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk kebaikan hidup di
akhirat.
Zuhud terhadap yang haram hukumnya wajib. Orang-orang
beriman harus zuhud atau meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah.
Bahkan sifat-sifat orang beriman, bukan hanya meninggalkan yang diharamkan,
tetapi meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna. Kualitas keimanan dan
keislaman seseorang sangat terkait dengan kemampuannya dalam meninggalkan
segala sesuatu yang tidak berguna. Allah swt. berfirman, “Dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (Al-Mu’minun:
3). Rasulullah saw. bersabda, ”Diantara tanda kebaikan Islam
seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna.” (HR At-Tirmidzi)
Imam Ahmad mengatakan, ”Zuhud ada tiga bentuk. Pertama,
meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang awwam. Kedua,
meninggalkan berlebihan terhadap yang halal, ini adalah zuhudnya golong yang
khusus. Ketiga, meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat
Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif.”
Hal yang berkaitan dengan zuhud ada 6 perkara. Seseorang
tidak berhak menyandang sebutan zuhud sehingga bersikap zuhud terhadap 6
perkara tersebut, yaitu; harta, rupa (wajah), kedudukan (kekuasaan), manusia,
nafsu, dan segala sesuatu selain Allah. Namun demikian, ini bukan berarti
menolak kepemilikan terhadapnya. Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. adalah
orang yang paling zuhud di zamannya, tetapi memiliki banyak harta, wanita, dan
kedudukan.
Nabi Muhammad saw. adalah nabi yang paling zuhud, tetapi
juga punya beristri lebih dari satu. Sembilan dari sepuluh sahabat yang dijamin
masuk surga tanpa hisab, kecuali Ali bin Abi Thalib, semuanya kaya raya, tetapi
pada saat yang sama mereka adalah orang yang paling zuhud. Mereka adalah Abu
Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Abu Ubaidah bin Jarrah,
Abdurahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
Waqqas, dan Said bin Abdullah. Sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang
paling zuhud. Meskipun demikian ketika meninggal dunia, beliau meninggalkan 21
wanita: 4 orang istri merdeka dan 17 budak wanita.
Setiap orang beriman harus senantiasa meningkatkan kualitas
zuhudnya. Itulah yang akan memberinya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
serta meraih ridha Allah swt. Orang-orang yang berkerja keras mencari nafkah
dengan cara yang halal. Ketika berhasil meraih banyak harta kemudian menunaikan
kewajiban atas harta tersebut, seperti zakat, infak, dan lainnya. Dengan
berlaku seperti itu, dia termasuk orang zuhud. Orang-orang yang beriman yang
memiliki istri lebih dari satu untuk membersihkan dirinya (iffah) adalah
termasuk orang yang zuhud.
Sedangkan orang kafir, karakteristiknya adalah rakus
terhadap kehidupan dunia dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.
Bagi mereka tidak ada istilah halal dan haram. Mereka tidak mengenal perbedaan
antara nikah dengan zina, antara hadiah dengan suap, antara bisnis dengan riba,
antara makanan halal dengan yang haram. Bahkan pada hal yang dianggap tabu saja
orang-orang kafir berupaya menghalakan semuanya. Perzinaan mereka menghalalkan
dengan dalil hak asasi manusia.
Berawal dari kebebasan hak untuk membuka aurat dalam
berbusana. Permisif dalam pergaulan dengan membolehkan berduaan di tempat sepi.
Berciuman di tempat umum dijadikan hal lumrah. Sehingga, perilaku perzinaan
menjadi berita yang selalu dipertontonkan di teve dan dikabarkan di tabliod.
Dari mulai perzinaan lelaki dengan perempuan yang belum menikah, perzinaan
lelaki dan perempuan yang sudah menikah, sampai perzinaan sejenis: lelaki
dengan lelaki, perempuan dengan perempuan. Dari perzinaan inces sampai
perzinaan yang dilakukan bukan pada tempatnya. Begitulah kehidupan orang kafir.
Mereka seperti hewan, bahkan lebih rendah lagi. Allah berfirman, “Dan
orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad:
12)
Posting Komentar