Go Ihsan - Syekh Muhammad Amin Al-Husaini seorang ulama yang kharismatik, mujahid,
mufti Palestina yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kaum muslimin
serta negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, walaupun pada saat itu beliau
sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota
Al-Quds, Palestina.
Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Muhammad Thahir bin Musthafa
Al-Husaini gelar Mufti Falestin Al-Akbar (Mufti Besar Palestina), lahir di
Al-Quds pada tahun 1893. Diangkat menjadi mufti Palestina pada tahun 1922
menggantikan saudaranya Muhammad Kamil Al-Husaini. Sebagai ulama yang berilmu
dan beramal, memiliki wawasan yang luas, kepedulian yang tinggi, Syekh Muhammad
Amin Al-Husaini mengetahui dan merasakan penderitaan kaum muslimin di Asia dan
Afrika, termasuk Indonesia akibat penjajahan yang dilakukan kaum kolonial.
Dukungan terhadap kaum muslimin dan negeri-negeri muslim untuk merdeka dari
belenggu penjajahan senantiasa dilakukan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini,
termasuk dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Ketika tidak ada suatu negara dan
pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan
bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemardekaan Indonesia.
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, di dalam bukunya yang
berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang
Jakarta, 1980, hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan
nyata Syekh Muhammad Amin Al-Husaini secara terbuka mengenai kemerdekaan
Indonesia:
“Sebagai contoh, pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab
menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (melarikan
diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami,
bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan
radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian
“Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.”
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina
juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan
Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak
banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Sehingga tidak mengherankan ada suara yang sumir, minor, bahkan sinis ketika
ada anak negeri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka,
membebaskan tanah airnya dan masjid Al-Aqsha dari belenggu penjajah Zionis
Israel.
“Kenapa kita mikirin negeri Palestina? Negeri sendiri saja bayak masalah!”.
Itulah ungkapan orang yang egois, orang yang berpikiran parsial, orang yang
wawasannya hanya dibatasi teritorial yang sempit. Kalimat tersebut di atas
merupakan gambaran orang yang tidak pandai bersyukur, orang yang tidak pandai
berterima kasih, ibarat pepatah mengatakan, ”seperti kacang lupa dengan kulitnya”.
Di sinilah pentingnya mengenal dan mengetahui sejarah, sehingga tidak mudah
dibodohi orang, ada kata-kata hikmah, “orang yang tahu sejarah akan punya
‘izzah”.
“Orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling
banyak berterima kasih kepada manusia”. (HR Thabrani).
“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih
kepada manusia”.(HR Abu Daud).
Seharusnya kita berfikir dan merenung, kenapa Indonesia, negeri yang subur
dan memiliki sumberdaya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang potensial
tidak dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat? Mungkin salah satu sebabnya
adalah karena kita tidak pandai bersyukur, tidak pandai berterima kasih.
Perhatikanlah peringatan Allah dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”(QS: Ibrahim/14:7).
Setelah berjuang tanpa kenal lelah, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini wafat
pada tanggal 4 Juli 1974, di makamkan di pekuburan Syuhada’, Al-Maraj, Beirut,
Libanon. Kaum muslimin dan tokoh pergerakan Islam menangisi kepergian ulama
pejuang, pendukung kemerdekaan Indonesia, mufti pembela tanah waqaf Palestina,
penjaga kemuliaan masjid Al-Aqsha. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan
kesalahannya, menerima amal jihadnya dalam membela tempat suci kaum muslimin,
kota Al-Quds.
Sumber: Era Muslim
H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA
Email: ferryn2006@yahoo.co.id
Posting Komentar