Oleh : Nuruddin Muhammad Zanky
Perpecahan di tengah-tengah kaum muslim hari ini sudah menjadi
rahasia umum, artinya wujud perpecahan itu kian nyata dan seolah sudah
tidak ada lagi tabir yang sanggup menutupinya, dampaknya pun kian
terasa, dari kalangan alim hingga kalangan awam, baik dalam bentuk fisik
maupun dalam bentuk opini yang kondisinya mau tidak mau kita akui
semakin akut dan mengkhawatirkan.
Sebagai dampak nyata dari adanya perpecahan ini adalah semakin
apatisnya kalangan awam dalam mendalami agama islam, keadaan ini dapat
dengan mudah kita saksikan saat bagaimana seseorang yang memiliki niat
baik mengajak saudaranya untuk mempelajari islam akan tetapi menolak
dengan alasan tidak ingin terlibat dalam perpecahan yang kondisinya
memprihatinkan ini.
Lalu siapa yang merugi?
Tentunya ummat islam itu sendiri, disatu sisi mereka sedang
menghadapi serangan pemikiran yang terus menerus dengan gencar
dilancarkan oleh kaum kafir imperealis dalam bahasa yang mudah dicerna
dan fasilitas yang semakin mudah ditemukan mulai dari perkotaan hingga
pedesaan bahkan yang paling pelosok sekalipun.
Di sisi yang lain, ummat islam harus segera bangkit dari keterpurukan
yang kian hari kian menyiksa ummat ini mulai dari stigmatisasi sebagai
agama radikal, keras, fundamental dan berbahaya, sehingga ber-islam pada
hari ini bagaikan sedang menyelubungi aib yang semua orang sangatlah
membencinya mulai dari ujung timur hingga ujung barat, akibatnya banyak
sekali kaum muslimin terlebih kalangan muda lebih suka untuk
meninggalkan identitas keislaman dari pada menggunakannya sebagai bentuk
dasar dari fundamental keimanan mereka, mereka justru lebih suka untuk
mencontek identitas-identitas barat yang dominannya bersumber dari
aqidah kafir mereka.
Perbedaan dikalangan kaum muslimin sesungguhnya bukanlah hal baru
yang muncul begitu saja, akan tetapi telah ada dari semenjak zaman
Rasulullah SAW dahulu, dimana setelah perang khandaq Rasulullah SAW
melanjutkan untuk memerangi bani Quraidzah sebagai ‘upah’ atas ulah
mereka yang turut serta ambil bagian dengan pasukan Ahzab untuk
menghacurkan Negara madinah.
Ibnu Hisyam dalam sirahnya menuliskan, kala itu Rasulullah bersabda kepada para sahabat :
فَأَمَرَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مُؤَذّنًا ، فَأَذّنَ فِي النّاسِ مَنْ كَانَ سَامِعًا مُطِيعًا ، فَلَا يُصَلّيَنّ الْعَصْرَ إلّا بِبَنِي قُرَيْظَة
“siapa saja yang mendengar dan patuh, jangalah menjalankan shalat ashar kecuali di Bani Quraidzah”
Dalam perjalannya, para sahabat ada sebagian yang menjalankan shalat
ashar sebelum sampai di perkampungan Bani Quraidzah dengan dasar bahwa
waktu ashar telah tiba dan jika dipaksakan harus sampai di perkampungan
Bani Quraidzah maka waktu ashar akan habis, akan tetapi ada sebagian
sahabat yang tetap melanjutkan perjalanan dan menjalankan shalat ashar
di perkampungan Bani Quraidzah walau waktu ashar telah habis, dan ketika
berita ini sampai pada Rasulullah, Rasulullah lalu membenarkan kedua
kelompok sahabat tersebut.
Lain di zaman Rasulullah lain pula yang dengan kisah perbedaan
dikalangan para ulama di zaman imam Syafi’I dan imam Ahmad, keduanya
memiliki pandangan fiqih yang berbeda, akan tetapi terdapat suatu kisah
dimana imam Ahmad mendoakan kebaikan dan keselamatan bagi imam Syafi,I,
demikianlah perbedaan itu kemudian terlihat indah mempesona bagaikan
bunga-bunga ditaman yang indah dengan aneka ragam warnanya.
Akan tetapi hari ini, perbedaan yang mengemuka ditengah-tengah kaum
muslimin tidaklah dimaknai sebagai rahmah dan kekayaan khazanah islam
yang memperluas wawasan keilmuan, akan tetapi sebagai pisau yang siap
membunuh lawannya tatkala perbedaan itu dimunculkan.
Kasus-kasus dimana organisasi yang satu melakukan penyerangan baik
secara fisik maupun opini yang tidak sehat terhadap organisasi yang lain
sudah tidak asing lagi terdengar, lalu pertanyaanya adalah, mengapa
dahulu perbedaan itu demikian indah, dan tetap dimaknai sebagai rahmat
sedangkan saat ini justru menjadi ajang bermaksiat? Apa yang salah
dengan kaum muslimin saat ini? Setidaknya ada 4 faktor penyebab mengapa
perbedaan di tengah-tengah kaum muslimin kini menjadi pisau pembunuh
persatuan ummat.
1.Lemahnya pengetahuan islam
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT tentulah sempurna dan mengandung ajaran-ajaran yang berfungsi sebagai mualajah li masyakil al hayah
(solusi atas problematika kehidupan), sebagaimana kompleksnya
permasalahan kehidupan maka sedimikan kompleks –lah syariat islam,
sehingga tidak ada satu masalah manusia pun di dunia ini yang tidak ada
solusinya dalam islam.
Solusi-solusi itu dapat ditemukan dalam sumber-sumber hukum islam
yakni Al-qur’an dan sunnah serta yang ditunjuk oleh keduanya yakni
ijma’ sahabat dan qiyas para ulama, adapun islam itu sendiri oleh para
ulama dibedakan menjadi masalah aqidah dan syariah, dimana dalam hal
aqidah, dalil yang digunakan adalah dalil qath’I (pasti) sehingga tidak
akan ada perbedaan dalam memaknainya.
Dan jika ditemui perbedaan dalam permasalahan aqidah, yang notabene
dalil dalam masalah ini jelas-jelas menggunakan dalil qath’I, maka haram
hukumnya, artinya tidak boleh memiliki pandangan berbeda dalam perkara
aqidah selain dari yang telah ditetapkan oleh dalil.
Allah SWT berfirman:
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا
“apakah mereka tidak mentadabburi al-qur’an? Kalau seandainya
(qur’an) itu tidak dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak didalamnya” (QS An Nisa:82)
Sedangkan masalah yang kedua adalah masalah syariah yang didalamnya
banyak menggunakan dalil-dalil dzanny (mengandung dugaan) sehingga dalam
memaknainya banyak sekali perbedaan dikalangan para ulama baik ahli
fiqh maupun ahli hadist.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan muncul pada sisi qiyas para
ulama,dimana dalam memaknai suatu dalil mereka para ulama mazhab
menggunakan metode yang berbeda. Pun pula dengan penerimaan dalil
dzanny, dimana para ulama ahli hadist berbeda pendapat terkait dengan
shahih tidaknya suatu hadist.
Memahami dan mengetahui berbagai metode yang digunakan oleh para
ulama dalam melakukan istinbath terhadap suatu hukum, tentu akan
memperluas wawasan seseorang mengenai hakikat perbedaan itu sendiri,
sehingga jika mereka menemui adanya perbedaan, maka alasan dasar mengapa
perbedaan itu terjadi sudah dapat di analisa dengan baik.
Berbeda halnya dengan hari ini, dimana ummat hanya dibekali ‘buah’
–nya saja, mereka dijejali oleh hukum-hukum fiqh yang sifatnya produk,
tanpa tahu menahu mengapa imam yang satu membolehkan sedangkan imam yang
lain tidak, akibatnya vonis dan klaim ‘antum salah ana benar’ datang
bertubi-tubi, padahal jika diibaratkan dengan pohon mangga, mereka
adalah orang yang memetik buahnya saja, rasa asam dan manis dalam satu
pohon tentulah wajar terjadi, karena perbedaan sebaran nutrisi dan air
dari cabang yang satu ke cabang yang lain, padahal sumbernya satu, yakni
akar, jika memahami bagaimana buah masih memiliki rasa asam sedangkan
yang lain manis, maka tentu tidak akan terjadi pertengkaran, akan tetapi
ummat hari ini tidak, mereka meributkan rasa buah mangga apakah rasanya
asam atau manis, yang manis menyalahkan yang asam, begitupula
sebaliknya, padahal rasa buah mangga bukanlah pokok persoalan yang harus
diributkan karena pohonnya satu, yakni pohon mangga.
2. Konspirasi kaum kuffar
Faktor yang kedua adalah adanya konspirasi ditengah-tengah kaum
muslimin, orang-orang kafir musuh islam sangat menyadari potensi
perbedaan ini, mereka lalu memainkannya agar ummat islam tidak pernah
dapat bersatu, jika keterpecah-belahan kaum muslimin ini tetap bisa
dijaga maka kejayaan mereka akan terus langgeng dan aman, mereka
menyadari dengan sepenuh-penuh kesadaran bahwa kaum muslimin tidak boleh
dibangunkan dari tidur panjangnnya ini, sehingga mereka terus berupaya
membuat kaum muslimin sibuk mengurusi ‘rasa buah mangga’ sedangkan
mereka terus saja mengeruk keuntungan dari kondisi ini.
Sayangnya kaum muslimin tidak pernah mau belajar akan bahaya
konspirasi ini, masih tertulis dengan jelas dalam kitab-kitab sirah
bagaimana kaum muslimin dari golongan Anshar yang terdiri dari dua suku
besar yakni Aus dan Khazraj di hasut oleh orang-orang yahudi agar mereka
berperang kembali sebagaimana dahulu sebelum kedatangan islam.
Upaya ini hampir membuahkan hasil, lalu Allah mengagalkannya.
Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS
Al-Imran:103)
Konspirasi-konspirasi kaum kafir terhadap kaum muslimin dapat berupa
opini-opini sesat menyesatkan ataupun dengan melakukan penyusupan
ketengah-tengah organisasi islam yang hari ini banyak kita temukan,
mereka menyelundupkan orang-orang suruhan mereka untuk memberikan
pengajaran yang isinya adalah klaim-klaim picik yang membuat kaum
muslimin yang tergabung didalamnya akan merasa bangga akan organisasinya
dan merendahkan bahkan menganggap sesat organisasi islam yang lain.
3.Sekulerisme dan Ketidakpedulian penguasa
Terjadinya perpecahan akibat dari perbedaan pandangan ditengah-tengah
kaum muslimin tidaklah menjadi berita spesial sehingga hanya
orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya, namun telah menjadi
perbincangan hangat oleh hampir setiap orang dan keadaan ini tentulah
telah sampai kepada para penguasa kaum muslimin, hanya saja sebagaimana
Negara-negara sekuler dimana Negara dan agama adalah hal yang terpisah
dan tidak boleh hukumnya untuk disatukan, maka ketidakpedulian penguasa
kaum muslimin tentulah wajar adanya.
Akibatnya, kaum muslimin diminta untuk menyelesaikan persoalannya
sendiri, tanpa kehadiran penguasa didalamnya, aneh memang, jika demikian
prinsipnya, lalu apa gunanya penguasa? akan tetapi anehnya lagi para penguasa kaum muslimin seolah menikmati
keadaan ini, para penguasa yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah
ini menggunakan isu-isu perpecahan demi mendapatkan simpati, caranya?
Kondisi panas dibiarkan begitu saja, hingga pada titik dimana masyarakat
mulai resah, lalu saat pemilu datang para penguasa yang didalam hatinya
terdapat penyakit wahn ini pura-pura mendamaikan sehingga simpati
masyarakat berdatangan, dan terpilihlah dia kembali sebagai penguasa.
4.Tidak adanya khilafah islamiyah
Negara khilafah islamiyah adalah Negara kaum muslimin, mulai dari
masyriq hingga maghrib, Negara yang telah Nabi Muhammad SAW wasiatkan
kepada kaum muslimin untuk mereka gunakan demi menjalankan urusan-urusan
mereka, keberadaannya bagaikan payung yang melindungi dari sengat
matahari dan derasnya air hujan.
Dahulu ketika para imam mazhab masih hidup, Negara ini masih ada, dan
mereka hidup di dalamnya, hal ini tampak dari pendapat-pendapat yang
mereka kemukakan tentang Negara khilafah islamiyah.
Itulah sebabnya mengapa, para ulama yang kala itu hidup dibawah
naungan khilafah, meskipun berebda pendapat, tetap saling menjaga dan
menyayangi, selain diakibatkan oleh ketakutan mereka kepada Allah yang
sangat besar, akan tetapi juga karena adanya Negara khilafah yang
mempersatukan setiap hati kaum muslimin mulai dari ujung timur hingga
ujung barat.
Rosulullah SAW bersabda
الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Seorang imam (khalifah) adalah tameng atau perisai, dimana di belakangnya umat berperang, dan kepadanya umat berlindung.” (HR. Muslim)
Dalam kaidah syara’ dinyatakan bahwa
“amr al imam yarfa’ al khilaf” (Pendapat imam mengatasi perbedaan)
Selain karena fungsinya dalam mengurus-urusan kaum muslimin Negara
khilafah juga berfungsi sebagai tameng/perisai agar konspirasi yang akan
merusak persatuan kaum muslimin dapat segera dihilangkan.
Allah SWT berfirman
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman” (QS An-Nisa:141)
Demikianlah, perbedaan yang terjadi ditengah-tengah kaum muslimin
sesungguhnya bukanlah masalah yang harus berujung pada perpecahan akan
tetapi lebih pada keindahan yang terwujud dalam keanekaragaman khazanah
keilmuan dalam islam, hanya saja akibat dari 4 faktor di atas, perbedaan
itu kini justru menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja dan bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan siapa saja, semoga Allah memberikan
pertolongannya sehingga kaum muslimin dapat berlepas dari
permasalahan-permasalahan tersebut dan segera memiliki perisai sehingga
dengannya urusan-urusan kaum muslimin dapat ditunaikan dan keutuhannya
dapat terjaga. Wallau a’llam bisshawab. (Sumber: Eramuslim)
Karena perpecahan itu tadi, maka kepedulian pun hampir musnah. Muslim sudah tidak seperti satu raga lagi. Sulit untuk merasakan kepahitan dan penderitaan muslim yang lain.
BalasHapusKita mesti memperbaiki ini dan mulailah dari lingkunagn terdekat kita, keluarga dan sanak family kita. Mudah2an Alloh SWT menolong kita semua.
Setuju pak Lukman memang harus kita mulai dari lingkungan terdekat dulu, Aaamiin Insyaallah Allah akan selalu bersama kita dan memberikan pertolongan.
Hapus