Go Ihsan - Apakah ISIS benar-benar hanya menggunakan
agama Islam sebagai kedok untuk meneror orang?
Seorang
jurnalis asal Perancis berusaha untuk menemukan jawaban tersebut dengan cara
yang nekat.
Dikutip dari
situs The Independent, Selasa (3/5/2016), jurnalis itu menyusup dan berbaur
bersama dengan para simpatisan ISISdalam jaringan teror bawah tanah di Paris.
Lalu, apa
yang ditemukan? Mengejutkan, karena menurut dia, para simpatisan ISIS itu sama sekali
tidak paham soal Islam.
Menggunakan
nama samaran Ramzi, jurnalis tersebut mengaku "tidak melihat Islam"
selama enam bulan penyamarannya.
Dia hanya
menemukan para pemuda yang "tersesat, frustrasi, memiliki kecenderungan
bunuh diri dan sangat mudah dicuci otaknya."
Investigasi
ini dilakukan antara musim panas 2015 hingga Januari 2016.
Dia mengaku
sangat mudah menghubungi kelompok yang menyebut diri sebagai "Tentara
Allah" di Facebook itu.
Ramzi juga
mengklaim merekam banyak peristiwa dalam kelompok itu menggunakan kamera
tersembunyi, termasuk rapat perencanaan serangan di sebuah kelab malam.
Dikutip dari
The Independent, rekaman tersebut bahkan ditayangkan di stasiun televisi Canal+
pada Senin lalu dengan judul "Tentara Allah."
Ramzi
mengatakan, jaringan itu dipimpin oleh pemuda berusia 20 tahun bernama Ossama.
Dia sempat
ditolak masuk angkatan bersenjata Perancis.
Yang
mencengnagkan, alih-alih Islam taat, Ossama pernah menjadi pemuja setan atau
Satanis, dan dia adalah seorang pecandu alkohol.
Ossama memulai
jaringan ini setelah berkenalan dengan kelompok Islam radikal di internet.
Dia pernah
dipenjara selama enam bulan setelah ketahuan mencoba bergabung dengan ISIS. Dia
dibebaskan dan wajib lapor setiap hari ke pos polisi.
Dalam sebuah
rekaman tersembunyi, Ossama terlihat tersenyum saat membayangkan dirinya
ditembak mati oleh polisi, seraya mengatakan "Syuhada tidak merasakan
sakit."
"Kita
harus menyerang pangkalan militer. Ketika mereka makan, mereka berbaris, atau
jurnalis. BFM iTele, mereka berperang melawan Islam," kata Ossama dalam
rapat itu.
"Seperti
yang mereka lakukan kepada Charlie [Hebdo]. Kau harus menyerang mereka di
jantungnya. Serang mereka tiba-tiba. Mereka tidak terlindungi. Ribuan warga
Perancis harus mati," lanjut dia.
Ramzi
sendiri berusia 29 tahun, dan dia adalah seorang muslim.
"Saya
tidak pernah melihat Islam dalam jaringan ini. Tidak ada niat mereka mengubah
dunia. Hanya para pemuda yang tersesat, frustrasi, memiliki kecenderungan bunuh
diri dan sangat mudah dimanipulasi."
"Mereka
tidak beruntung lahir di masa keberadaan ISIS. Sangat menyedihkan. Mereka
adalah para pemuda yang mencari sesuatu, dan malah ini yang mereka
temukan," lanjut dia. (CNN)
Posting Komentar