Go Ihsan - Ada juga wanita yang diuji dengan
penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk didoakan.
Atha’ bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata kepadaku,”Maukah
aku tunjukkan kepadamu wanita surga?”
Aku menjawab,”Ya.”
Dia melanjutkan,”Ini wanita hitam yang
datang ke Rasulullah saw. mengadu, ‘Saya terserang epilepsi dan auratku
terbuka, maka doakanlah saya.’ Rasulullah saw. bersabda, “Jika kamu sabar, itu
lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah
agar kamu sembuh.”
Wanita itu berkata,”Kalau begitu saya
sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap
auratku.”
Maka, Rasulullah saw. mendoakannya.
Ada juga wanita yang ikut berperang seperti
Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan Ummu Imarah. Dia becerita,”Pada Perang
Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin,
sampai aku menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku melihat pasukan Islam
kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut berperang membentengi
beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala
Rasulullah saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi
beliau bersama Mush’ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku,
tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka.
Rasulullah saw. bercerita,”Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu
Imarah membentengiku pada Perang Uhud.” Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa yang merelakan empat
anaknya mati syahid. Ia berkata,”Alhamdulillah yang telah menjadikan
anak-anakku mati syahid.” Begitulah peranan wanita pada masa Rasulullah saw.
Mereka berpikir untuk akhiratnya, sedang wanita sekarang yang lebih banyak
memikirkan dunia, rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain.
Kaum Wanita pada Masa Berikutnya
Ketika Utsman bin Affan mengerahkan
pasukan melawan manuver-manuver Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin
Maslamah al-Fikir. Istri Hubaib termasuk pasukan yang akan berangkat perang.
Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan pasukan.
Tiba-tiba istrinya bertanya,”Di mana saya
menjumpai Anda ketika perang sedang berkecamuk?”
Dia menjawab,”Di kemah komandan Romawi
atau di surga.”
Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib
berperang dengan penuh keberanian sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia
menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat
Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya.
Allahu Akbar.
Pada masa Dinasti Abbasiyah yang dipimipin
oleh Harun al-Rasyid, ada seorang Muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka,
seorang ulama bernama Al-Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad
di dekat istana Harun al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba-tiba
ada kiriman bungkusan disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca
oleh ulama tadi dan ternyata berasal dari seorang perempuan dan berbunyi,”Aku
mendengar tentara Romawi melecehkan wanita Muslimah dan engkau mendorong umat
Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku.
Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon
agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat
nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya.” Maka, ulama itu menangis dan
seluruh hadirin ikut menangis. Harun al-Rasyid kemudian memutuskan mengirim
pasukan untuk membebaskan wanita Muslimah yang disandera itu.
Seorang istri Shaleh bin Yahya ditinggal
suaminya dan hidup bersama dua anaknya. Ia mendidik anak-anaknya dengan ibadah
dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika anak-anaknya semakin besar, dia
berkata,”Anak-anakku, mulai malam ini tidak boleh satu malam pun yang terlewat
di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamullail.”
“Apa maksud ibu?” tanya mereka.
Ibu menjawab,”Begini, kita bagi malam
menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua,
dua pertiga, dan saya sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh,
saya akan bangunkan kalian.”
Ternyata kebiasan ini berlanjut sampai ibu
mereka meninggal. Dan amalan itu tetap dilanjutkan oleh dua anak itu karena
mereka sudah merasakan nikmatnya qiyamullalil.
Wanita Dewasa Ini
Kalau kita perhatikan perkembangan wanita
dewasa ini, memang cukup mengkhawatirkan, meskipun di lain pihak masih banyak
kaum wanita berjilbab yang semarak. Bahkan, pengajian-pengajian justru dipenuhi
oleh kaum wanita. Tapi, melihat berbagai upaya musuh Islam untuk menghancurkan
kaum hawa dengan berbagai cara melalui media massa yang destruktif (merusak),
maka tantangannya semakin berat. Kalau tidak berbekal ilmu agama yang cukup dan
disertai semangat juang yang tinggi, niscaya wanita pada zaman sekarang sulit
untuk selamat. Bayangkan, kehidupan masyarakat di sekeliling kita sampai
pergaulan di tingkat nasional dan internasional sudah sangat bejat. Kebejatan
itu diliput dan disampaikan ke rumah-rumah kita melalui saluran-saluran TV.
Dan, yang tidak puas ditambah dengan VCD dan internet. Sehingga, waktu untuk
beribadah kepada Allah semakin terpinggirkan atau tergeser oleh otak yang
merekam semua adegan itu.
Sementara, penangkalnya relatif kecil,
dengan cara tradisional melalui pengajian minimal seminggu sekali. Maka, kita
perlu kunci-kunci keselamatan.
Kunci kebahagiaan adalah taat keada Allah
dan Rasul-Nya.
Kunci surga adalah tauhid.
Kunci keimanan adalah berpikir tentang
ayat-ayat Allah dan ciptaan-Nya.
Kunci kebaikan adalah kejujuran.
Kunci kehidupan hati adalah membaca dan
mendalami Al-Qur’an serta menjauhi dosa.
Kunci rizki adalah berusaha sambil
beristighfar dan bertakwa.
Kunci ilmu adalah pandai bertanya dan
mendengar.
Kunci kemenangan adalah sabar.
Kunci kesuksesan adalah takwa.
Kunci tambah rizki adalah bersyukur.
Kunci sukses akhirat adalah zuhud terhadap
dunia.
Kunci dikabulkan permintaan adalah doa,
dll.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: alislamu.com
Posting Komentar