Go Ihsan - Meskipun dengan gaya Arogan
mengklaim “saya sampaikan ini dengan kebenaran”, ternyata sejak awal bicara di
ILC, banyak kesalahan dalam ucapan Nusron Wahid.
8 menit bicara, ternyata ada
8 kesalahan Nusron Wahid. Rata-rata ada satu kesalahan pada setiap menit.
1. Umat Islam Biasa Salah Paham
atau Pahamnya Salah
Di awal paparannya, Nusron
Wahid mengatakan: “Umat Islam ini memang biasa ramai. Ramainya umat Islam
selalu disebabkan oleh dua hal; kalau nggak salah paham ya pahamnya salah”
Benarkah umat Islam biasa
ramai dalam konotasi negatif? Dan ramainya karena salah paham atau pahamnya
salah? Seakan-akan umat Islam jarang benar.
Mari kembali membaca sejarah.
Sejak zaman Rasulullah, umat Islam membalikkan kondisi zaman dari zaman
jahiliyah menuju peradaban yang gemilang. Ketika Eropa masih mengalami masa
kegelapan (dark age), umat Islam telah mencapai kemajuan dan kejayaan; mulai
dari perekonomian hingga sains.
Di Indonesia, Islam masuk dan
menyebar dengan cepat melalui dakwah damai Wali Songo. Bukan dibawa oleh
penjajah dan tanpa kekerasan. Lalu ketika ada penjajahan, dengan diiringi
takbir, umat Islam-lah yang mengusir penjajah.
Hingga saat ini, kaum
minoritas juga terlindungi oleh umat Islam di Indonesia. Berbeda jauh dengan
negeri-negeri yang ketika umat Islam minoritas, lalu terzalimi seperti di
Rohingya.
2. Teks apa pun bebas tafsir
Selanjutnya Nusron Wahid
mengatakan: “Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apapun itu bebas
tafsir. Bebas makna. Yang namanya Al Quran yang paling sah untuk menafsirkan,
yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya. Bukan Majelis Ulama Indonesia.”
Teks apa pun bebas tafsir?
Lalu yang dimaksud adalah, Al Quran bebas tafsir sehingga siapa pun bebas
menafsirkannya karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan
RasulNya?
Justru karena yang paling
tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya, maka Al Quran tidak bebas
tafsir dan tidak bebas makna. Tetapi tafsirnya harus sesuai dengan firman Allah
(Al Quran) dan sabda Rasulullah (hadits). Dan yang paling tahu tentang Al Quran
dan hadits adalah para ulama. Bukan sembarang orang. Dan karenanya ada syarat
yang berat bagi seseorang (ulama) yang ingin menjadi mufassir Al Quran.
Tidak lantas dengan alasan
bebas tafsir siapapun boleh menafsirkan lalu tidak ada benar dan salah.
Sampai-sampai Ibnu Katsir mencantumkan hadits ini di muqaddimah tafsirnya:
Dalam hadits disebutkan,
مَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa berkata tentang
Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya
di neraka” (HR. Tirmidzi)
3. MUI harus tabayun dengan
memanggil Ahok
Nusron Wahid dengan melotot
menyebut MUI harusnya tabayun dengan memanggil Ahok sebelum mengeluarkan sikap
resmi. (Baca: Dipimpin Langsung oleh Ketua MUI, Berikut Pernyataan Resmi MUI atas
Penistaan Alquran oleh Ahok)
Benarkah setiap non muslim
yang melecehkan Islam harus ditanya apa maksud sesungguhnya ketika dia
mengucapkan kata-kata itu? Ternyata tidak. Ketika Abu Lahab melontarkan
kata-kata yang tidak pantas kepada Rasulullah, Allah tidak memerintahkan
Rasulullah memanggilnya untuk tabayun. Namun Allah langsung menurunkan surat Al
Lahab.
Ketika orang-orang Yahudi di
Madinah berkhianat, mereka juga tidak dipanggil oleh Rasulullah untuk ditanya
apakah maksud mereka berkhianat. Karena tentu mereka akan mengelak.
4. Yalunahum yalunahum
yalunahum yalunahum
Nusron Wahid mengatakan:
“Untuk membuktikan apa yang saya sampaikan, saya ingin mengutip sebuah hadits
Nabi. Nabi pernah mengatakan, khairul quruuni qarni tsummal ladziina yaluunahum
tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum yalunahum yalunahum
yalunahum.”
Nusron Wahid mengatakan itu
dengan maksud menunjukkan bahwa di zaman khalifah Abbasiyah ada gubernur non
muslim dan ia mengklaim zaman itu zaman terbaik.
Adakah hadits seperti yang
disebutkan Nusron Wahid itu? Yang adalah “khairul quruuni qarni tsummal
ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum” menunjukkan bahwa sebaik-baik
masa adalah masa Rasulullah (sahabat), kemudian masa tabi’in dan kemudian masa
tabi’ut tabi’in.
5. Gubernur non muslim pada masa
Abbasiyah
Nusron Wahid menceritakan
bahwa pada masa Abbasiyah, Khalifah ke-16 Al Mu’tadid Billah menunjuk non
muslim (Kristen) bernama Umar bin Yusuf menjadi Gubernur di Irak. Dengan contoh
ini, Nusron ingin menunjukkan bahwa boleh memilih gubernur non muslim.
“Apakah di waktu itu tidak
ada Surat Al Maidah 51? Apakah pada masa itu tidak ada ulama-ulama yang
menafsirkan Al Maidah? Mohon maaf, apakah ulama-ulama yang pada masa itu, kalah
shalih kalah alim dengan ulama-ulama hari ini?” kata Nusron sambil melotot.
Mestinya, jika Nusron Wahid
konsisten dengan hadits yang ia kutip (khairul quruuni qarni tsummal ladziina
yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum), cukuplah itu menjadi jawaban. Bukankah
Umar bin Khattab pernah menyuruh Abu Musa Al Asy’ari memecat sekretarisnya
karena ia Nasrani lalu Umar membaca Surat Al Maidah ayat 51? Lalu kisah
pemecatan ini diabadikan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Mana yang lebih baik, masa
Umar yang merupakan masa sahabat atau masa daulah Abbasiyah? Jika Nusron Wahid
konsisten, jawaban atas pertanyaan ini akan membuatnya malu untuk
berteriak-teriak di depan ulama.
6. Syariat Islam dihormati
dalam ranah privat
Apakah pernyataan bahwa
syariat Islam harus dihormati dalam ranah privat bukan merupakan bagian dari
propaganda sekulerisme? Bukankah dalam ranah publik pun syariat Islam juga
harus dihormati?
Kalaupun benar syariat Islam
harus dihormati (hanya) dalam ranah privat, mengapa Nusron Wahid mempersoalkan
orang yang tidak memilih Ahok dengan alasan Surat Al Maidah ayat 51? Bukankah
itu privasi orang tersebut?
7. Ayat Al Maidah tidak ada
kaitannya dengan politik
Nusron Wahid mengatakan,
“Ayat Al Maidah (51) tidak ada kaitannya dengan politik”
Apakah kaitannya dengan
ekonomi? He he
8. Ayat Al Maidah multi tafsir
Cobalah buka tafsir-tafsir
yang menjadi rujukan umat Islam? Mulai dari Ibnu Katsir, Ath Thabari, Al
Maraghi, hingga Fi Zhilalil Quran dan Tafsir Al Azhar. Di manakah letak multi
tafsirnya? [beritaislam24h.com / tn]
Posting Komentar