Go Ihsan -Ini
merupakan pembahasan yang panjang dan membutuhkan beragam cabang keilmuan, maka
untuk membatasinya penulis hanya akan membahas tentang teori penciptaan alam
semesta yaitu Big Bang atau Dentuman Besar dimana teori ini adalah titik
terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta dan
sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Al-Quran.
Asal-Usul
Penciptaan Alam Semesta Berdasarkan Perspektif Al-Qur’an
Penciptaan
menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan
menciptakan.Para ilmuwan diseluruh dunia saat ini telah sepakat bahwa
alam semesta ini terjadi dari tiada secara kebetulan dan menimbulkan dentuman
besar. Ke-tiada-an (berasal dari tidak ada) adalah menunjukan akan adanya
penciptaan (diciptakan).
Selama satu
abad terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi mutakhir, telah mengungkapkan tanpa ragu
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam
semesta berada dalam keadaan yang terus mengembang. Dan mereka telah
menyimpulkan bahwa, karena alam semesta mengembang, jika alam ini dapat
bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini tentulah memulai pengembangannya
dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan yang telah dicapai ilmu
pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari ledakan titik tunggal
ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big Bang.
Adapun ayat-ayat
yang menjelaskan bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakan alam semesta adalah
:
[1] Q.S.
Al-Sajdah :4
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْدُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَاشَفِيعٍ
أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya: “Allah-lah
yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya
dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak
memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah
kamu tidak memperhatikannya ?”(Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
Ayat ini
menerangkan bahwa Tuhan yang telah menurunkan Alquran kepada Muhammad saw itu
adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara
keduanya dalam enam masa. Yang dimaksud dengan enam masa dalam ayat ini
bukanlah hari (masa) yang dikenal seperti sekarang ini, tetapi adalah hari
sebelum adanya langit dan bumi. Hari pada waktu sekarang ini adalah setelah
adanya langit dan bumi serta telah adanya peredaran bumi mengelilingi matahari
dan sebagainya.
Setelah
Allah menciptakan langit dan bumi, maka Dia pun bersemayam di atas Arasy,
sesuai dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya.Allah SWT menegaskan bahwa tidak
seorangpun yang dapat mengurus segala urusannya, menolak bahaya, malapetaka dan
siksa. Dan tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat ketika azab menimpanya,
kecuali Allah semata, karena Dialah Yang Maha Kuasa menentukan segala
sesuatu.Kemudian Allah SWT memperingatkan: “Apakah kamu hai manusia
tidak dapat mengambil pelajaran dan memikirkan apa yang selalu kamu lihat itu?
Kenapa kamu masih juga menyembah selain Allah?(Sumber: Tafsir Depag)
مَا
أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَاخَلْقَ أَنْفُسِهِمْ
وَمَاكُنْتُمُ متَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا
Artinya: “aku
tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan
langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah
aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.”(Q.S.
Al-Kahfi [18] :51 )
Dalam ayat
ini Allah SWT menerangkan kekuasaan-Nya, dan bahwa setan itu tidak berhak untuk
menjadi pembimbing atau pelindung bagi manusia. Setan itu tidak mempunyai hak
sebagai pelindung, tidak hanya disebabkan kejadiannya dari lidah api saja
tetapi juga karena mereka tidak mempunyai saham dalam menciptakan langit dan
bumi ini. Allah SWT menegaskan bahwa iblis dan setan-setan itu tidak dihadirkan
untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi ini, di kala Allah menciptakannya,
bahkan tidak pula penciptaan dari mereka sendiri, dan tidak pula sebagian
mereka menyaksikan penciptaan sebagian yang lain. Bilamana mereka tidak hadir
dalam penciptaan itu, bagaimana mungkin mereka memberikan pertolongan dalam penciptaan
tersebut.
Patutkah
setan-setan itu dengan keadaan demikian dijadikan sekutu Allah? Allah SWT dalam
menciptakan langit dan bumi ini tidak pernah sama sekali menjadikan
setan-setan, berhala-berhala, sembahan-sembahan lainnya sebagai penolong, hanya
Dia sendirilah yang menciptakan alam semesta ini, tanpa pertolongan siapapun.
Bilamana setan-setan itu dan berhala-berhala itu tidak ikut serta dalam
menciptakan itu tentulah mereka tidak patut dijadikan sekutu Allah dalam
peribadatan seseorang hamba Nya. Sebab orang yang ikut disembah yang ikut pula
dalam penciptaan bumi dan langit ini. Sekutu dalam penciptaan, sekutu pula
dalam menerima ibadah. Dan sebaliknya tidak bersekutu dalam penciptaan, tidak
bersekutu pula dalam menerima ibadah. (Sumber: Tafsir Depag)
هُوَالَّذِي
خَلَقَلَكُمْ مَافِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَبِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya :“
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.”(Q.S. Al-Baqarah [2] :29 )
(Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu); sebagai kemuliaan dari-Nya dan nikmat bagi
manusia serta perbekalan hidup dan kemanfaatan untuk waktu tertentu. (dan Dia
berkehendak [menciptakan] langit); lafazh “Tsummas tawa: (artinya): ‘dan Dia
berkehendak (menciptakan)’ ”, mashdar/kata bendanya adalah istiwa’. Jadi,
al-Istiwa’ artinya meninggi dan naik keatas sesuatu sebagaimana makna firman
Allah Ta’ala (dalam ayat yang lain-red): “Apabila kamu dan orang-orang yang
bersamamu telah berada di atas bahtera itu…”. (QSAl-Mu’minun/23:28). (lalu
dijadikan-Nya); meluruskan (menyempurnakan) penciptaannya (langit) sehingga
tidak bengkok (tidak ada cacat didalamnya-red) [Zub]. (tujuh langit! Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu); meskipun demikian Ilmu-Nya mencakup segala
sesuatu, Maha Suci Dia Yang tiada ilah dan Rabb (Yang berhak disembah)
selain-Nya. (Sumber: Tafsir Depag).
Dari ketiga
ayat di atas ini menunjukan bahwa Allah SWT lah dengan segala ke maha
kuasaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta, tanpa ada campur tangan
dari siapapun. Ketiga ayat di atas pun sekaligus menentang pada pernyataan para
philosof materalis yang mengatakan bahwa “alam semesta ini telah ada sejak dulu
tanpa ada perubahan apapun dan akan tetap menjadi seperti ini sampai akhir
nanti.” (Harun Yahya).
Teori
Big Bang
Big Bang
merupakan model penciptaan alam semesta yang menerangkan bahwa alam semesta
telah “diciptakan dari ketiadaan.” Edwin Hubble (1929) memulai
penelitian di observatorium Mount Wilson California,
Amerika. Dia membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang
sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia
menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini
berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi”
kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari
sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu,
sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.
Sebelumnya,
Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak
hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain.Dari sini dapat
disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi
satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”.
Adapun
arti mengembang, maka ini menunjukan bahwa pada awalnya ia
berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa “titik
tunggal” ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki “‘volume
nol”, dan “kepadatan tak hingga”. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan
titik tunggal bervolume nol ini.dan ledakan inilah yang disebut dengan Big
Bang.
Teori Big
Bang menunjukkan, semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud,
dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan
melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk
alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Fase-Fase
Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Quran
Kamus Besar
Bahasa Indonesia mendefinisikan kata ‘fase’ adalah tingkatan masa (perubahan,
perkembangan, dsb)[1]. Sehingga dapat disimpulkan perkembangan ataupun
perubahan tahap-tahap penciptaan alam semesta dalam hal ini ditinjau dari
al-Qur’an dan tidak lupa juga menyertakan penjelasan di dalam Hadits. Akan
tetapi, menyusun tahapan penciptaan alam semesta di dalam a-Qur’an bukan
perkara yang mudah – disamping minimnya referensi terutama asbabun nuzul
(sebab-sebab turunnya ayat) ataupun penjelasan dari hadits berkaitan dengan
fase-fase penciptaan diperparah dengan kemunculan cerita-cerita dari Israiliyat
dan hadits yang dlaif maupun maudlu (palsu).
Sebab, dari
segi susunan ayat yang menerangkan tahapan penciptaan di dalam al-Qur’an seolah
mengalir seperti firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 9-12. Tidak seperti
puzzle yang memang harus disusun sehingga membentuk satuan gambar yang utuh
bisa dikenali. Namun, jika disusun seperti puzzle yang pernah kita mainkan maka
akan membentuk sebuah gambaran penciptaan alam semesta yang saat ini dunia akui
keabsahannya dari berbagai rangkaian eksperimen dan bukti yang otentik.
Enam Masa
Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur’an
menyebutkan dalam sittati ayyaamin yang berarti enam masa yang panjang.
Sebagaimana
dalam al-qur’an (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 ):
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْدُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا
شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya :
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy.Kamu semua
tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu,
apakah kamu tidak memperhatikannya ?”
Dari ayat di
atas Allah SWT menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa (sittati
ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini, bahwa
yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau proses
bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.
Adapun
kronologis penciptaan dalam Al-Qur’an adalah :
Fase
Pertama
َوَلَمْيَرَالَّذِينَ
كَفَرُواأَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُون
Artinya: “Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya…”(Q.S. AlAnbiya [21] :30)
Ini dimulai
dengan sebuah ldakan besar (bigbang) sekitar 12-20 miliar tahun lalu.Inilah
awal terciptanya materi, energy, dan waktu. “Ledakan” pada hakikatnya adalah
pengembangan ruang.Materi yang mula-mula terbentuk adalah hydrogen yang menjadi
bahan dasar bagi bintang-bintang generasi pertama.Hasi fusi nuklir antara
inti-inti hydrogen, meghasilkan unsure-unsur yang lebih berat, seperti karbon,
oksigen, sampai besi atau disebut juga Nukleosintesis Big Bang.
Nukleosintesis
Big Bang terjadi pada tiga menit pertama penciptaan alam semesta dan
bertanggung jawab atas banyak perbandingan kelimpahan 1H (protium), 2H
(deuterium), 3He (helium-3), dan 4He (helium-4),
di alam semesta.Meskipun 4He terus saja dihasilkan oleh
mekanisme lainnya (seperti fusi bintang dan peluruhan alfa) dan jumlah
jejak 1H terus saja dihasilkan oleh spalasi dan
jenis-jenis khusus peluruhan radioaktif (pelepasan proton dan pelepasan
neutron), sebagian besar massa isotop-isotop ini di alam semesta, dan semua
kecuali jejak-jejak yang tidak signifikan dari 3He dan
deuterium di alam semesta yang dihasilkan oleh proses langka seperti peluruhan
kluster, dianggap dihasilkan di dalam proses Big Bang. Inti atom
unsur-unsur ini, bersama-sama 7Li, dan 7Be
diyakini terbentuk ketika alam semesta berumur 100 sampai 300 detik, setelah
plasma kuark–gluon primordial membeku untuk membentuk proton dan neutron.
Karena periode nukleosintesis Big Bang sangat singkat sebelum terhentikan oleh
pengembangan dan pendinginan, tidak ada unsur yang lebih berat daripada litium yang
dapat dibentuk.(Unsur-unsur terbentuk pada waktu ini adalah dalam keadaan
plasma, dan tidak mendingin ke keadaan atom-atom netral hingga waktu lama).
Fase Kedua
هُوَالَّذِي
خَلَقَلَكُمْ مَافِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَبِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya
: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29)
Masa ini
adalah pembentukan langit. Pengetahuan saat ini menunjukan bahwa langit biru hanyalah
disebabkan hamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Di luar
atmosfer langit biru tak ada lagi, yang ada hanyalah titik cahaya bintang ,
galaxy, dan benda-benda langit lainnya. Jadi, langit bukanlah hanya kubah biru
yang ada di atas sana, melainkan keseluruhan yang ada di atas sana
(bintang-bintang, galaxy, dan benda-benda langit lainnya), maka itulah hakikat
langit yang sesungguhnya. Adapun dalam fase ini, pembentukan bintang-bintang di
dalam galaxy yang masih berlangsung hingga saat ini.
Fase
Ketiga
Pada masa
ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya, termasuk
bumi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses pembentukan matahari
sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya cahaya dan angin matahari.
Proto-bumi (bayi bumi) yang telah terbentuk terus berotasi menghasilkan
fenomena siang dan malam di bumi sebagaimana yang Allah SWT firmankan dengan
indah :
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَ أَخْرَجَ ضُحَاهَا
Artinya
: “dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya
terang benderang.” Q.S An-Nazi’at [79] : 29
Fase
Keempat
Bumi yang
terbentuk dari debu-debu antarbintang yang dingin mulai menghangat dengan
pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenik) dari peluruhan
unsure-unsur radioaktif di bawah kulit bumi.
Akibat
pemanasan endogenik itu materi di bawahkulit bumi menjadi lebu,antara lain
muncul sebagai lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi dasar
lautan dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil
pembekuan materi leburan tersebut. Pemadatan kulit bumiyang menjadi dasar
lautan dan daratan itulah yang tampaknya dimaksudkan “penghamparan bumi”
.sebagaimana Allah SWT berfirman :
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا
Artinya :“dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”(Q.S. an-Naziat [79] :30)
Fase Kelima
Hadirnya air
dan atmosfer di bumi menjadi prasyarat terciptanya kehidupan di bumi.
Sebagaimana firmanAllah SWT :
…وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ
كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya :“…dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… “ (Q.S.
al-anbiya [21] : 30
Selain itu,
pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca dibumi, yakni awan dan
halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya akan gas
metan (CH4)dan ammonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigenbebas
dengan bantuan energy listrik dan halilintar diduga menjadi awal
kelahiran senyawa organic.Senyawa organic yang mengikuti aliran air
akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang
hangat sekitar 3,5 miliar tahun lalu berdasarkan fosil tertua yang pernah
ditemukan. Sebagaimana dikembalikan pada surat Al Anbiya [21] ayat 30 yang
telah menyebutkan bahwasannya semua makhluk hidup berasal dari air.
Fase
Keenam
Masa keenam
dalam proses penciptaan ala mini adalah dengan lahirnya kehidupan di bumi yang
dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan.Hadirnya tumbuhan dan
proses fotosintesis sekitar 2 miliar tahun lalu menyebabkan atmosfer mulai
terisi dengan oksigen bebas. Pada masa ini pula proses geologis yang
menyebabkan pergeseran lempengan tektonik dan lahirnya rantai pegunungan di
bumi terus berlanjut.
Setelah
mengkaji cara Al-Quran menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Penulis
menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata
uang yang tak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya. Seperti yang penulis
kutip dari seorang ilmuan besar Albert Einsten: ”religion without science is
blind and science without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
Ilmu yang
tidak disertai dengan agama akan hancur dan tumbang karena tidak adanya
kekuatan iman. Sedangkan agama tanpa ilmu akan menjadi rusak karena akan dapat
salah mengartikannya. Sebagaimana orang-orang materalis yang selalu menentang
akan adanya penciptaan alam semesta. Ini merupakan contoh yang
sangat signifikan jika ilmu pengetahuan tidak disertai dengan
ajaran-ajaran agama.
Kesimpulan
Kebenaran
Al-Qur’an akan selalu terbukti sampai kapanpun.
Alam semesta
berasal dari ketiadaan dan kemudian menjadi ada, ( terjadi proses penciptaan)
oleh Allah SWT
Penciptaan
alam semesta terjadi secara berproses (berkembang) sebagaimana yang telah
Al-Qur’an jelaskan dan tidak statis (tetap).
Al-Qur’an
lebih dahulu menceritakan tentang proses penciptaan alam semesta jauh
sebelum ilmu pengetahuan mencapainya (sekitar abad 6) dan kini kebenaran
Al-qur’an itu sudah dapat dibuktikan kebenarannya dengan adanya kecocokan dalam
sains (abad-20).
Ilmu dan
agama akan selalu sejalan selaras bersamaan.
Sumber
:
Al-Qur’an
dan Terjemah
Hadits
Rosullullah
T.Djamaluddin, Menjelajahi
keluasan Langit Menembus Kedalaman Al-Qur’an, khazanah
Intelektual.2006.Bandung
Ensliklopedi
islam, Mukjizat Al-Qur’an (Penciptaan Alam Semesta) ,
2010. Jakarta.
Posting Komentar