PEMBAHASAN
TENTANG MASALAH DZIKIR
Mengapa kita harus selalu
berdzikir atau mengingat Allah….???
Bahwa sesungguhnya :
“ Sesungguhnya mengingat Allah
itu lebih besar keutamaannya dari Ibadah lainnya “ ( al ankabut 45 )
Ketahuilah wahai saudara- saudaraku bahwa sesungguhnya antara kita
dengan Allah itu tidak ada jarak yang menghalanginya, sangat dekat dengan kita,tapi
mengapa kita tidak mengenalinya….??? Atau tidak berusaha untuk mencari jalan
untuk mengenalinya…??? Bukankah ini suatu teka teki yang seharusnya sangat
menarik untuk diungkapkan…???
Berikut ayat- ayat yang menyatakan Bahwa Allah itu dekat dengan kita.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” ( Al Baqarah 186 )
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”( Al Baqarah 115)
Dan Dia bersama kamu di mana
saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. ( Al Hadiid 4)
“Kami lebih dekat kepadanya dari
pada urat lehernya” ( Qaaf 16 )
MAQAM
DZIKIR
Ada
tiga tahapan dalam dzikir yang perlu untuk
kita ketahui yaitu
yang pertama Penyucian diri menjalankan pertaubatan dengan sepenuhnya,
menjalankan perintah Allah dan Rasul,
menjauhi laranganNya. Taat kepada Allah, Rasulullah SAW, ulama’, kedua orang
tua, guru spiritualnya dan yang terahir pada umara’(pemerintah).
Didalam
proses tahap penyucian diri hingga sampai akhir
hayatnya adalah Mengabdi kepada Allah dengan cara:
menjalankan perintahNya seperti shalat serta mengerjakan sunah-sunahNya dan menghentikan larangannya. Seorang dalam menempuh jalan Dzikir hingga sampai pada ma’rifat kepada
Allah bergantung pada tahap penyucian diri serta
kesungguhannya dalam belajar dan beramal.
Tahap
yang kedua adalah konsentrasi dalam berzikir, rajin dan istiqamah
dalam mengamalkan dzikir. Dzikir yang
sebanyak-banyaknya pada waktu pagi, sore dan sepertiga malam. tiada hari tanpa
berdzikir pada Allah, konsentrasi penuh pada dzikir
ketika kita mendengar, melihat dan berkata-kata. Sehingga kita merasakan ketika
kita berkata-kata dan berbuat sesuatu dilihat,
didengar dan diketahui oleh Allah SWT. Puncak konsentrasi dzikir adalah tiada
merasakan sesuatu apapun tetapi tetap sadar, ingatan focus kepada Allah
Dalam
tasawuf, kontemplasi atau meditasi di sertai dengan membaca dzikir
terus menerus baik dengan bacaan keras (jahr) atau pelan hingga didalam hati
(sirr). Dzikir sebagai pintu gerbang utama untuk
mencapai penghayatan ma’rifat pada Allah ta’ala, lafadz
dzikir bisa dengan membaca Al Quran, asmaul husna atau dengan kalimat laa ilaa
ha illa Allah dengan petunjuk guru spiritual.
Sabda
Nabi SAW :
“
Sebaik-baik ucapan dan
sebaik-baik dzikir yang aku dan para Nabi sebelumku
ucapkan, yaitu kalimat Laa Ilaa Ha Illa Allah wahdahu laa syarikalah ( Tiada
Tuhan selain Allah, yang Esa dan tiada ada sekutu bagiNya)
Manfaat dari faedah dzikir
:
1.
Mendapat ketenangan Jiwa ( ini langsung dapat kita
merasakannya )
2.
Membentuk akhlak/moral yang beradab dan
rendah hati.
3 . Di mulyakan
Allah di dunia dan akherat
4.
Di lahirkan dari hatinya sifat zuhud ( tidak terpedaya duniawi)
5. Selalu
bergantung pada Allah
6. Di bukakan
hijab antara hamba dengan tuhanNya.
Di
sebutkan dalam hadist Qudsi:
“
Jika seorang hamba telah tenggelam dalam berzikir kepadaKu, maka Aku jadikan
ketiadaanya sebagai dzikir kepadaKu, dan jika hal itu telah
terjadi maka ia akan mencintaiKu dan Aku pun akan mencintainya. Jika ia telah
mencintaiKu dan Akupun telah mencintainya maka Aku akan mengangkat hijab antara
Aku dengannya. Dan Aku akan menenggelamkanya dalam
keadaan tersebut, ia tidak akan lupa di saat yang lain lengah. Mereka itu
benar-benar pahlawan dan mereka itu adalah orang – orang yang apabila aku
menurunkan siksaan atau bencana kepada penduduk bumi, maka Aku ingat kepada
mereka, sehingga Aku palingkan siksaan atau bencana tersebut dari mereka.
Pada
tahapan berikutnya yaitu fana’ fillah (peleburan diri dalam
Allah) dan ma’rifat dengan Nya. Diperolehnya
keyakinan mutlak akan ke Esaan Allah dan tenggelam di dalamNya, sehingga
wujud hamba menjadi hilang dan kembali menjadi tiada. Jika seorang telah mampu
mencapai tingkatan ini, berarti ia telah sampai pada akhir perjalananya pada
Allah.
Di dalam
praktek dzikir ada beberapa tahapan yang harus di
dalami yaitu tahapan dzikir kalimat, dzikir
lafadt, dzikir huruf, dzikir
nafas, dzikir anfas, dzikir
tanafas dan zikir nufus.
1.
Dzikir kalimat antara lain : seluruh mushaf
Al-Qur’an dengan cara membaca , menghayati makna yang terkandung di dalam Al-
Qur’an tersebut dan di dalam Al- Qur’an itu mengandungi bahasa Allah, bahasa
Muhammad, bahasa Adam. Atau dengan surat al-fatihah, surat al-ikhlas, muawizat
tain(falaq, annas), ayat kursi, akhir dari
surat al- hasr, hatinya surat attaubah Kalimat Laa Illa ha illa Allah atau
dengan Illa Allah. Kalimat yang paling afdhal atau kalimah
yang paling utama kalimat tayyibah.
2.
Dzikir lafadz membaca,
menghafal, dan mengetahui arti dari Asmaul husna dan sifat 20 atau bagian
tertentu dari asma’ Allah. Al- husna seperti yaa hayyu,
yaa qayyum, yaa
rahman, yaa rahim,
yaa wahid, yaa shamad,
yaa fatah, yaa ‘alim didalamnya mengandungi sesuatu yang menjadikan
Allah itu sangat dekat dan lebih dekat dari pada ruh.
3.
Dzikir huruf adalah dzikir
yang mengarah pada kata ganti ( dhlamir)
ada dengan dhlamir
munfasil rafa’ seperti dengan HU (hua), atau dengan munfasil nashab HU
(iyyahu), ada juga yang menggunakan dhlamir
muttasil HU (haq Dhlamah).
Tanyalah pada guru mu mana yang di pakai pada dzikir
tersebut. Karena ada hubunganya pada bai’at dan tergantung pada masing-masing
guru yang membimbing kita, tidak akan mengetahui sebelum merasa, maka jangan
mencela sebelum kamu belajar dulu
4.
Dzikir nafas ada tiga bagian yaitu:
a.
Nafas jahr
b.
Sirri
c.
Khofi
Isi
nafas adalah zat ciptaan Allah sehingga mengenal zat yang masuk dan yang keluar.
Banyak
orang yang mengaku dirinya islam tetapi dia belum pernah masuk islam. Islamnya keturunan
dari nenek moyang nya. Belum sebenar-benarnya masuk di dalam islam.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Al Baqarah 208
Pemula
pada dzikir yaitu : Laa Ilaa Ha Illa Allah (disebut
Nafi isbat) dengan sebanyak-banyak nya penegasan ( tiada tuhan yang haq selain
Allah)
Dalam
mendalami dengan dzikir yang
sebanyak – banyaknya untuk dapat mencapai pada tingkat (at- Tahayyur) sehingga
akan tampak alam samawi dengan mengingkari sesuatu selain Allah, dan menegaskan
zatNya saja yang Haq.
Dzikir Allah, Allah, Allah untuk mencapai
tingkat pada alam ke maha perkasaan atau ke maha kuasaan ( al- jabarut) dan
berahlaklah dengan akhlak Allah, yang nyata
pada kenyataan diri hamba yang mengenai pada asma’ dan sifatnya.
Dzikir Allah
hu, Allah hu, Allah hu untuk dapat mencapai inti asma’ dan sifat Tuhan atau
pencapaian kenyataan Tuhan pada asma’ dan sifatNya sendiri yang agung.(al-
lauhut). Zikir Hu (Huwa) = dia untuk mendapat menyaksikan yang ghoib sehingga
dapat menetapkan sesuatu yang wajib ada. Huwwal
zahirru (dia yang lahir) wal batinu (dia
yang batin) surat al hadiid 3, Dialah yang lahir dan yang
batin, Allah lah Al-Haq itu.
Kekuatan
dzikir atau cahaya Dzikir yg ada pada diri manusia dengan 4 tingkatan ingatan fokus
pada ALLAH SWT Sang Maha Bercahaya.Makin dalam & fana (hampa) suatu fokus dzikir maka makin terlenalah Sang Hamba oleh fenomena kegaiban alam Nur Ilahiah. karena jika ingin mengenali ALLAH pahamilah tentang Gaib sesungguhnya ALLAH pun sifatNYA GAIB & Perkenalanmu KepadaNYA Takkkan habis sampai seumur hidupmu di dunia ini.
Seorang Hamba terkadang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya masih di dunia sehingga menerawang melintasi alam kegaiban nur Ilahiah yang tak ada batas akhirnya membutuhkan power energi cahaya dzikir yg kuat.
Ketahuilah : banyak saudara2 kita yang ERROR oleh fenomena alam kegaiban ALLAH SWT ketika mengosongkan pikiran & masuk dalam alam kefanaan (hampa) melalui dzikir 4 tingkatan Syariat-Tarekat-Hakikat-Ma’rifat.
Padahal kalau ditelaah secara hakikat Alam fenomena visual kegaiban ALLAH SWT Takkan Habis oleh masa, batas, ruang & waktu ibaratnya kalau menghitung ilmu2NYA ALLAH SWT takkan habis biarpun laut dijadikan tinta untuk menulis ayat2 ilmu ALLAH SWT Yang Maha Luas PengetahuanNYA Di Alam Jagat Raya (Q.s Al Kahfi : 109).
Berikut ini adalah tuntunan2 dzikir:
- Dzikir Syariat : “La Ilaha Illallah” diucapkan berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan/mulut tak berucap lagi, Dzikir telah berpindah kedalam hati.
- Dzikir Tarekat : “ALLAH”ALLAH”ALLAH” diucapkan berulang2 di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus pada nama tadi sehingga nama ALLAH.
- Dzikir Hakikat ( SIRR) : “HU”HU”HU ( DIA ) sebagai kata ganti Allah diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana (hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikir”HU” sebenarnya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada manusia.
- Syariat : mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala laranganNYA
- Tarekat : Jalan spritual menuju kepadaNYA
- Hakikat : Mengetahui arti makna sesuatu pada kehidupan
- Ma’rifat : Mengetahui pengenalan dirinya kepada ALLAH SWT. seperti yang hadist katakan ” kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenali ALLAH setelah engkau MengenaliNYA maka bersatulah wujudmu BERSAMANYA.
- Musyahadah : Penyaksian fenomena kegaiban NUR ALLAH SWT Di langit & di bumi, ia menyaksikanNYA bersama para wali ALLAH & nabi2 ALLAH & Khususnya Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW
- Mukasyaf : Terbukanya Tabir rahasia seluruhnya di langit & di bumi,.
- Mahabbah : Kecintaan kepada ALLAH SWT dengan penglihatan pada setiap gerakan nafas & hidupnya ada kasih sayang TuhanNYA Yang Maha Pemberi Nan Maha pemurah, tingkatan ini hanya ALLAH SWT saja yang tahu tentang kedudukan hambanya.
Diatasnya HAQQUL YAKIN masih ada lagi KAMALUL YAKIN (kesempurnaan keyakinan) dan keyakinan ini bisa dirasakan setelah kita telah BERJUMPA dgn ALLAH di akherat nanti, Namun ada juga bagi orang2 khusus Dicintai-NYA yg telah diberi hidayah KAROMAH-NYA & yang telah dibukakan hijab-NYA pada “KAMALUL YAKIN” di dlm dunia.
Dan Dialah orang2 yg mau ber-makrifat kepada ALLAH SWT & Orang2 tersebut selalu memandang pada kefanaan (hampa) bahwa dimuka bumi ini semua Fana “tidak ada” yg ADA cuma “WAJAH ALLAH & GERAK ALLAH SEMATA (LAA ILAHA ILLALLAH) Buka surat Ar-Rahman:26-27.
“Kullu Man Alaiha Fanin, Wa Yabqa Wajhu Rabbika Dzal Jalali Wal Ikram”.
Semua pasti binasa (TIADA), yg kekal hanya WAJAH TUHANMU yg Maha memiliki keagungan & kemuliaan.
A. Pentingnya
Mempelajari Ilmu Hati (Ilmu Tarekat)
Hati memegang peranan penting bagi manusia. Baik dan buruknya seseorang ditentukan oleh hati sebagaimana
Hadis Nabi:
...اَلاَوَاِنَّ
فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
“ Didalam tubuh
anak cucu adam ada segumpal daging, apabila daging itu bersih maka bersihlah
tubuhnya secara keseluruhan, apabila daging itu kotor maka kotorlah tubuhnya
keseluruhan, sesunggunya segumpal dagin itu adalah hati.”
Demikian pentingnya
peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia wajib menjaga kesucian
hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati manusia itu adalah
disebabkan berbagai penyakit yang terdapat padanya sebagaimana dijelaskan oleh
firman Allah:
فِى قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ
“Di dalam hati
mereka ada penyakit”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)
penyakit hati di antaranya: nafsu birahi , cinta dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam, hasad, munafiq, ria, ujub, takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:
فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا
“Lalu ditambah
Allah penyakitnya”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)
Demikian bahayanya apabila manusia itu tidak segera membersihkan hatinya, maka
Allah akan terus menambah penyakitnya. Oleh sebab itu kewajiban pertama bagi
manusia adalah terlebih dahulu ia harus mensucikan hatinya sebagaimana firman
Allah:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ
فَصَلَّ
“Beruntunglah orang
yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya shalat”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)
Dari penjelasan surah Al-A’la di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa ada tiga kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:
1. Kewajiban
Mensucikan Hati
Di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah menyatakan bahwa
orang-orang yang telah mensucikan hatinya sesungguhnya telah memperoleh
keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
- Apa yang
dimaksud dengan hati yang bersih?
- Bagaimana cara
membersihkan hati?
- Mengapa orang
yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
- Apa keuntungan
yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
Pertama, apa yang dimaksud
dengan hati yang bersih? yaitu tidak ada di dalam hati itu selain
Allah. Artinya seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang
senantiasa selalu mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi berkata:
قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ اللهُ
“Hati orang mukmin
itu adalah rumah Allah”.
Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? dengan
mempelajari ilmu hati. Ilmu hati ini lazim disebut dengan beberapa nama di
antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat. tujuan
mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana
yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dapat menyaksikan-Nya sebagaimana firman
Allah:
مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa
yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah.
Apabila kita telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan
mengingat Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana
Hadist Nabi:
لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ
ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada
alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.
Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
Allah menyebut orang-orang yang telah
mensucikan hatinya sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan karena
sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat
mengenal Allah.
Menurut al-Ghazali
hati manusia berfungsi sebagai cermin yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib
(Allah) apabila tidak tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah
dan merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan
hatinya? keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya
adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang
yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah
mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang
dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang
yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan
pernah dapat mengenal Tuhannya.
2. Kewajiban
Mengingat Allah
Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat
mengingat Allah kalau kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat
mengenal-Nya kalau kita belum pernah berjumpa. Dan mustahil kita dapat berjumpa
dengan Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri dan belajar kepada orang
yang telah dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerintahkan kepada kita
agar menyertakan diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana
Firman Allah Ta’ala
:
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya…. ( Al maidah 35 )
sabda Nabi:
كُنْ مَعَ اللهُ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ
مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ
“Sertakanlah kepada
Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka sertakanlah dirimu kepada
orang yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada Allah”.
Berdasarkan Hadist di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah mencari
guru (wasilah) agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya.
Setelah manusia itu dapat mengenal Allah maka kewajiban kedua baginya adalah
mengingat Tuhan-Nya.
3. Kewajiban
Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan
kewajiban pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk mengingat-Nya
sebagaimana firman Allah:
اِنَّنِى أَنَااللهُ لاَإِلَهَ اِلاَّ أَنَا
فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوةَ لَذِكْرِى
“Sesungguhnya Aku
inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)
Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan
15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan
makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat
per kalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya dengan surat
Al-A’la ayat 14.
Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya
Aku ini Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah
kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada
surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah
orang-orang yang mensucikan hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah
dapat mengenal Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain memiliki
persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang satu
berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah berfirman: “Sesungguhnya
Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban
untuk mengenal Allah. Pada surah al-A’la ayat 14 Allah berfirman: “Beruntunglah
orang-orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat ini Allah memuji
orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang mensucikan
hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang dinyatakan Allah
sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas dapat
disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya
mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu
mensucikan hatinya agar ia dapat mengenal Tuhannya.
Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: “Tiada Tuhan
selain Aku”. Bila kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita
ketahui bahwa maksud yang terkandung di dalamnya adalah perintah untuk
mengingat-Nya, sebab kalimat “Tiada Tuhan selain Allah”, bermakna
tidak ada yang boleh diingat selain Allah. Atau selain Allah itu tidak ada . Firman
Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Dan mengingat Tuhannya”. Dari uraian
singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi manusia
adalah mengingat Tuhannya.
Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: “Sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Bila kita analisis pada ayat di
atas bahwa perintah sembah datang setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan
untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan dengan
mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah
tersebut senada dengan firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Maka
dirikanlah shlalat”. Dari uraian di
atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama mengindikasikan bahwa
shalat merupakan kewajiban ketiga. Perlu juga untuk diketahui bahwa perintah
Shalat itu turun ditahun ke 12 atau pertengahan wahyu dari total lamanya wahyu
turun 23 th, artinya disini ada yang jauh lebih penting dari pada mengerjakan
Shalat yang harus kita ketahui dan amalkan terlebih dahulu yaitu amalan untuk
membersihkan hati dan amalan untuk mengenal Allah. Apabila kita telah
melakukannya kemudian ketika mengerjakan perintah shalat maka tentulah kita
akan menerimanya dengan penerimaan yang baik.
Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh
perhatian besar terhadap hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai
kewajiban ketiga. Karena sesungguhnya perintah shalat itu diterima setelah
terlebih dahulu Nabi Muhammad
mensucikan atau membersihkan Hati sebelum Beliau menghadap Allah untuk menerima
perintah Shalat yang dikenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Allah itu tidak
dapat dilihat oleh mata kepala Nabi Muhammad tetapi hanya dapat dilihat oleh
mata hati Nabi Muhammad. Oleh sebab itu sebelum Nabi Muhammad berjumpa dengan
Allah, terlebih dahulu beliau mensucikan
hatinya, agar nur yang ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab
dengan nur itulah Nabi Muhammad dapat menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di
dalam surah al-Isra’ ayat 1 Allah menggunakan kalimat Maha Suci, sebab Allah
itu Maha Suci dan hanya dapat dilihat oleh hamba-hamba-Nya apabila mereka telah
mensucikan hati mereka.
Oleh
sebab itu Nabi bersabda:
اَلْعِلْمُ عِلْمَانِ فَعِلْمُ بَطِنِ فِى قَلْبِى
فَذَالِكَ هُوَ نَفِعِى
“ilmu itu ada dua
macam, yaitu ilmu dzhahir dan ilmu bathin, adapun ilmu batin yang di dalam hati
itu jauh lebih bermanfaat”.
Dari penjelasan Hadist di atas dapatlah kita ketahui bahwa Nabi sendiri lewat
Hadistnya secara tegas menyatakan dengan keutamaan ilmu hatilah manusia dapat
mengenal Allah.
Kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak mau mempelajari ilmu hati dan lebih
mengutamakan ilmu syari’at. Oleh sebab itu menurutnya mayoritas umat Islam saat
ini tidak mengenal yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam
kesesatan yang nyata sebagaimana firman Allah:
Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,( Almaun
4-5)
فَوَيْلٌ لِلْقَسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ ذِكْرِاللهِ
أُلَئِكَ فِى ضَلَلٍ مُّبِيْنٍ
“Maka celakalah
bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan
yang nyata”. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” Annisa 142
Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya,
yang kesemuanya itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun
kebanyakan umat Islam saat ini tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka
menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat diterima oleh Allah SWT, karena
merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal sesungguhnya mereka berada
dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya orang-orang yang bertauhid si sisi
Allah adalah orang-orang yang telah mempelajari ilmu hati. Sebab hanya dengan
mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Jadi sesungguhnya
orang-orang yang tidak mempelajari ilmu hati adalah orang-orang yang bertauhid
di sisi manusia tetapi sesungguhnya kafir di sisi Allah, sebab tauhid mereka
hanya di lidah, namun hatinya tidak pernah menyaksikan Allah. Mereka menganggap
bahwa dengan mengucap dua kalimah syahadat dan percaya dalam hati berarti telah
Islam dan beriman di sisi Allah. Padahal keislaman dan keimanan mereka itu
barulah sebatas percaya kepada Allah.
“Orang-orang Arab
Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka):
"Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk",
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah
dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". ( Hujarat 14 )
Saya mengajak dalam
tulisan ini supaya setiap kita agar memeriksa kembali keadaan “Iman “ kita
ini.Apakah sudah benar sesuai dengan standar Allah Ta’aala.
Ciri- ciri dari
orang – orang yang beriman adalah Bergetar hatinya bila disebut nama Allah……..
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (
Anfal 2)
Apakah hati kita
sudah bergetar atau sakit hati bila disebut nama Allah…??? Jawabnya hanya diri
kita sendirilah yang tahu. Apakah kita sudah beriman atau termasuk orang
munafik.
Semoga bermanfaat
untuk menambah pemahaman kita terhadap Agama - Wassalam- Edy
Posting Komentar