Go Ihsan - Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup seorang
manusia pilihan yang menjadi parameter hakiki dalam membangun potensi umat.
Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk menarik pelajaran dan
menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk diulang di kehidupan
kiwari.
Yang paling penting dalam memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut kembali model kepemimpinan umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat memberdayakan umat dan untuk kemajuan mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan kaumnya atas kelesuan berbuat bagi kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau mengingatkan kaumnya atas anugerah nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka tentang tiga model kepemimpinan umat yang pernah ada pada sejarah mereka.
Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim
akan mendapatkan gambaran yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam dan
terbangun semangatnya untuk merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam
kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama dari kajian sirah adalah
mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan yang pernah
dimiliki umat Islam.
Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah,
adalah:
Memahami pribadi Rasulullah saw.
sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa.
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa.
“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu
untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Dan untuk
jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa
Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al-Ahzab:
45-47).
Mengetahui contoh teladan terbaik dalam
menjalani kehidupan ini (ma’rifatush shurati lil mutsulil a’la)
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona dalam semua sisi.
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Dapat memahami turunnya ayat-ayat Allah
swt. (al-fahmu ‘an-nuzuli aayatillah)
Mengkaji sirah dapat membantu kita untuk memahami kronologis
ayat-ayat yang diturunkan Allah swt. Karena, banyak ayat baru dapat kita
mengerti maksudnya setelah mengetahui peristiwa-peristiwa yang pernah dialami
Rasulullah saw. atau sikap Rasulullah atas sebuah kejadian. Melalui kajian
sirah nabawiyah itu kita dapat menyelami maksud dan suasana saat diturunkan
suatu ayat.
Memahami metodologi dakwah dan tarbiyah (fahmu uslubid da’wah
wat-tarbiyah)
Kajian sirah juga dapat memperkaya pemahaman dan pengetahuan
tentang metodologi pembinaan dan dakwah yang sangat berguna bagi para dai.
Rasulullah saw. dalam hidupnya telah berhasil mengarahkan manusia memperoleh
kejayaan dengan metode yang beragam yang dapat dipakai dalam rumusan dakwah dan tarbiyah.
Mengetahui peradaban umat Islam masa
lalu (ma’rifatul hadharatil islamiyatil madliyah)
Sirah nabawiyah juga dapat menambah khazanah tsaqafah
Islamiyah tentang peradaban masa lalu kaum muslimin dalam berbagai aspek.
Sebagai gambaran konkret dari sejumlah prinsip dasar Islam yang pernah dialami
generasi masa lalu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali
Imran: 110).
Menambah keimanan dan komitmen pada
ajaran Islam (tazwidul iman wal intima’i lil islam)
Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah ini
dapat menambah kualitas iman. Dengan mempelajari secara intens perjalanan hidup
Rasulullah, diharapkan keyakinan dan komitmen akan nilai-nilai islam
orang-orang yang mempelajarinya semakin kuat. Bahkan, mereka mau mengikuti
jejak dakwah Rasulullah saw.
Yang paling penting dalam memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut kembali model kepemimpinan umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat memberdayakan umat dan untuk kemajuan mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan kaumnya atas kelesuan berbuat bagi kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau mengingatkan kaumnya atas anugerah nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka tentang tiga model kepemimpinan umat yang pernah ada pada sejarah mereka.
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata
kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika dia mengangkat
nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan
diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun
di antara umat-umat yang lain.” (Al-Maa-idah: 20).
Jadi, nilai utama yang hendak dibangun kembali dengan kajian
sirah nabawiyah adalah semangat berbuat untuk kemajuan bangsa dan umat meraih
harga dirinya di hadapan umat-umat yang lain. Lebih dari itu, juga untuk
mengembalikan hak kepemimpinan kepada umat Islam, umat nabi pilihan.
Tiga Model Kepemimpinan
Model kepemimpinan umat sangat berpengaruh terhadap kemajuan
dan kemunduran sebuah bangsa. Karenanya Islam mengajak umatnya untuk
memilikinya kembali agar anugerah nikmat dari Allah swt. dapat berfungsi lagi
dan bertambah. Anugerah nikmat tersebut adalah model kepemimpinan umat.
Kepemimpinan yang mesti dimiliki umat agar mereka mendapatkan hidup yang lebih
baik, adil, sejahtera, dan sentosa. Model kepemimpinan itu ialah:
Kepemimpinan spiritual (zi’amah diiniyah)
Kepemimpinan moral spiritual yang akan memberikan contoh
pada umat tentang apa yang perlu diperbuat dan dilakukan pada kehidupan
bermasyarakat. Sehingga masyarakat tidak terjerumus pada jurang kehancuran
moral yang akan membawa kesengsaraan kehidupan bangsa. Kepemimpinan ini menjadi
patokan dalam masyarakat yang dicontohkan langsung oleh pimpinan masyarakat
untuk menjadi panutan dalam akhlak, ibadah, kesantunan, kedermawanan, perilaku
keluhuran, dan lainnya.
Kemudian menyerukan pada masyarakat dengan penuh
kesabaran agar dapat mengikuti jejak dan langkah perbuatannya. Serta memberikan
kesadaran akan pentingnya moral bagi kehidupan berbangsa. Dengan begitu
masyarakat tidak lagi mencontoh perilaku kepribadiannya kepada figur-figur yang
keliru.
Kepemimpinan politik (zi’amah
siyasiyah)
Kepemimpinan politik yang mengatur birokrasi dan
administrasi masyarakat dengan mengedepankan pelayanan dan pengabdian. Bukan
sebagai pemeras rakyat dan penyengsara umat. Hal ini akan terjadi bila
kepemimpinan struktural dipimpin oleh orang-orang shalih yang punya
kredibilitas. Kredibilitas mereka diakui untuk memimpin umat lantaran
kemampuannya menjalankan fungsi kepemimpinan dengan benar.
Kepemimpinan intelektual (zi’amah
ilmiyah)
Kepemimpinan intelektual dapat mencerdaskan kehidupan umat.
Kepemimpinan ini dapat diraih bila semangat intelektual kembali menggeliat.
Sehingga, menciptakan kecerdasan umat secara massal. Seluruh elemen masyarakat
dapat memahami perkembangan zaman serta dapat mengerti alur kehidupan. Dengan
itu tidak ada lagi unsur masyarakat yang menjadi obyek penderita dan terus
dibodohi atas kebijakan dan sikap orang lain. Dari sana umat ini akan menjadi
sokoguru dunia dalam ilmu pengetahuan. Setiap hari selalu muncul hal-hal baru.
Setiap waktu ada penemuan baru
“Bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah:
282).
Oleh karena itu, kajian sirah harus menghantarkan
orang-orang yang mempelajarinya kepada bangkitnya semangat juang untuk merebut
kembali model kepemimpinan umat. Sehingga, umat dapat merasakan kenikmatan
dalam hidup yang penuh anugerah. Kehidupan mereka tidak terzhalimi sedikit pun.
Bahkan mereka dapat dengan jelas melihat harapan dan obsesinya ke depan.Wallahu
‘alam bishshawaab. (dakwa/gi)
Posting Komentar