JAKARTA – Perubahan ideologi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi partai terbuka ternyata dianggap sebuah kemunduran bagi kader inti. Sehingga, banyak dari para pendirinya yang justru keluar dari partai tersebut. Salah satunya diungkapkan oleh mantan Dewan Syariah Wilayah PKS Sigit Pranowo.
“Bagi saya kemunduran PKS adalah dengan diumumkannya perubahan ideologi partai. PKS kini tidak menunjukkan jati dirinya sebagai partai Islam,” kata Sigit, Rabu (13/4/2011).
Sigit menyatakan, seharusnya PKS tetap mempertahankan ideologinya. Dia menjelaskan bahwa Islam itu menjadi ideologi pembawa rahmat bagi semua umat. Dulu, Rasululah Muhammad dalam mengumumkan dakwahnya berani terbuka dan secara nyata tidak malu-malu untuk menyatakan kebenaran.
“Kenapa PKS justru terkesan malu-malu. Islam itu bukan sebuah kemunduran dalam sebuah demokrasi. Justru Islam diajarkan bagaimana kita bisa merangkul semua golongan tanpa menghilangkan jati diri sebagai muslim,” ujarnya.
Dia pun menjelaskan bahwa PKS besar karena ideologinya sebagai partai Islam. Sehingga dia tidak yakin PKS menjadi partai yang besar di Pemilu 2014. “PKS besar pada Pemilu 2004 dan 2009 itu karena ideologinya masih partai Islam dan partai dakwah. Kini, dirubahnya menjadi partai terbuka, saya tidak jamin akan kesuksesan itu,” ucapnya Sigit yang keluar dari PKS di awal 2009.
Mengenai langkah Yusuf Supendi, dia mengatakan urusan Yusuf Supendi itu urusan pribadi beliau. Ya saya tidak mau membuka aib orang lain. "Yang terpenting, PKS harus bisa kembali pada awal PK (Partai Keadilan),” tukasnya.
Mengomentari kasus Arifinto dan Misbakhun, Sigit memberikan petuah agar seluruh elite PKS bisa selalu menjaga amanah sebagai partai yang bersih. Dan DPP PKS diharapkan bisa mencari kader-kader yang terbaik untuk duduk di parlemen, dan bukan asal comot di tengah jalan. “Dengan jadi partai terbuka ini saya berharap PKS tidak asal comot caleg. Dan mampu memberikan contoh yang baik. Bukan sebaliknya,” imbuhnya. [taz/jpn](voa-islam.com)
Posting Komentar