Zona Magazine - Bisa jadi ini kabar
gembira bagi mereka yang mendukung kemerdekaan serta kedaulatan Palestina.
Nampaknya mereka akan jadi negara utuh bakal diakui sejagat.
Bahkan
dukungan itu datang dari pelbagai negara sebelumnya tak diprediksikan bakal
berpihak dengan Palestina. Berawal dari Swedia. Wilayah kecil tergabung dalam
Uni Eropa ini tanpa angin dan hujan menyampaikan mereka bakal mengakui
kemerdekaan negeri bertetangga dengan Israel itu.
Perdana Menteri Stefan Loefven
baru dilantik beberapa waktu lalu secara tegas bakal mengakui kedaulatan
Palestina. Namun tentu dengan sejumlah syarat. Salah satunya mengakhiri konflik
dengan Israel lewat mediasi yang digerakkan oleh pihak ketiga.
"Setiap negara butuh
pengakuan dan kemauan untuk hidup berdampingan. Oleh sebab itu Swedia akan
mengakui kedaulatan Palestina," kata Loefven.
Bila ini memang terjadi, Swedia bakal menjadi negara Uni Eropa
pertama mengakui kemerdekaan Palestina. Sebelumnya dalam Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua tahun lalu kedaulatan Palestina sudah
disetujui oleh sebagian besar anggota PBB namun ditentang terutama Amerika
Serikat dan Inggris, seperti dilansir kantor berita Associated Press (7/10).
Buntut dari pernyataan Loefven
ini Israel diwakili oleh Direktur Jenderal Perwakilan Kementerian untuk Eropa,
Aviv Shir On, memanggil duta besar Swedia Carl Magnus Nesser. Shir On mengecam
perkataan Loevfen dan menganggapnya bisa mengacaukan keadaan. "Bangsa
Palestina bakal mencapai tujuan mereka secara sepihak tanpa memperundingkan
dahulu dengan Israel," ujar Shir On.
Sementara kemarin parlemen
Inggris menggelar pemungutan suara terkait sikap pemerintah Ibu Kota London
pada Palestina dan mayoritas cenderung ingin mengakui wilayah itu diakui dan
berdaulat, terutama Partai Buruh, seperti dilansir surat kabar Times of India
(11/10).
Politikus Partai Buruh Grahame
Morris mengatakan saat ini setiap partai di Inggris harus menyingkirkan ego
masing-masing terkait nasib Palestina. Morris mengakui, ada sebagian politikus
tak suka pada kekuasaan Hamas di Gaza, sehingga pengakuan kedaulatan jadi
molor. "Tapi kita harus lihat keadaan sekarang. Gaza sudah jauh lebih
nestapa akibat konflik. Dan kita menyaksikan sendiri penyerobotan lahan di Tepi
Barat oleh Israel sekarang paling parah dalam 30 tahun terakhir," ujarnya.
Partai Buruh bersemangat
mendukung pengakuan kedaulatan Palestina, setelah melihat langsung desakan
warga Inggris. Sudah ada petisi di Internet, ditandatangani 110.000 orang
menuntut parlemen membahas penjajahan di Palestina.
"Untuk mencapai perdamaian
sejati di kawasan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak bisa
lagi ngotot menolak kedaulatan Palestina," kata Morris.
Namun tak disangka dan diduga
tentu ungkapan dari Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi. Dia menyerukan Israel
menghentikan konflik dengan Palestina untuk selamanya.
"Ini saatnya semua dendam
berakhir," ujar al-Sisi.
Hal ini jelas mengagetkan
lantaran Mesir menjadi 'kawan' dekat Israel dan pemerintah Ibu Kota Kairo pula
menutup Gerbang Rafah, perbatasan dengan Jalur Gaza, satu-satunya harapan
melarikan diri warga Palestina jika mereka diserang oleh Negeri Bintang Daud
itu. Namun saat perang 50 hari kemarin Rafah tak juga terbuka. Menewaskan
sekitar 2.800-an warga Gaza yang tak tahu harus kemana.
Dasar dari tidak dibukanya
gerbang itu yakni perjanjian perdamaian Camp David yang ditanda tangani
presiden Mesir saat itu Anwar Sadat. Dalam perjanjian Sadat menyetujui
perdamaian Mesir-Israel dan tidak berbuat apa pun yang menyinggung pihak
Zionis.
Otomatis dengan membuka Rafah
menjadi alasan kuat Israel menuding Mesir melanggar perjanjian Camp David.
Dengan dukungan-dukungan ini
tentu negara Palestina berdaulat dan diakui bisa menjadi kenyataan
Posting Komentar