Halloween party ideas 2015

Zona Magazine - Bisa jadi ini kabar gembira bagi mereka yang mendukung kemerdekaan serta kedaulatan Palestina. Nampaknya mereka akan jadi negara utuh bakal diakui sejagat.

Bahkan dukungan itu datang dari pelbagai negara sebelumnya tak diprediksikan bakal berpihak dengan Palestina. Berawal dari Swedia. Wilayah kecil tergabung dalam Uni Eropa ini tanpa angin dan hujan menyampaikan mereka bakal mengakui kemerdekaan negeri bertetangga dengan Israel itu.

Perdana Menteri Stefan Loefven baru dilantik beberapa waktu lalu secara tegas bakal mengakui kedaulatan Palestina. Namun tentu dengan sejumlah syarat. Salah satunya mengakhiri konflik dengan Israel lewat mediasi yang digerakkan oleh pihak ketiga.
"Setiap negara butuh pengakuan dan kemauan untuk hidup berdampingan. Oleh sebab itu Swedia akan mengakui kedaulatan Palestina," kata Loefven.
Bila ini memang terjadi, Swedia bakal menjadi negara Uni Eropa pertama mengakui kemerdekaan Palestina. Sebelumnya dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua tahun lalu kedaulatan Palestina sudah disetujui oleh sebagian besar anggota PBB namun ditentang terutama Amerika Serikat dan Inggris, seperti dilansir kantor berita Associated Press (7/10).
Buntut dari pernyataan Loefven ini Israel diwakili oleh Direktur Jenderal Perwakilan Kementerian untuk Eropa, Aviv Shir On, memanggil duta besar Swedia Carl Magnus Nesser. Shir On mengecam perkataan Loevfen dan menganggapnya bisa mengacaukan keadaan. "Bangsa Palestina bakal mencapai tujuan mereka secara sepihak tanpa memperundingkan dahulu dengan Israel," ujar Shir On.
Sementara kemarin parlemen Inggris menggelar pemungutan suara terkait sikap pemerintah Ibu Kota London pada Palestina dan mayoritas cenderung ingin mengakui wilayah itu diakui dan berdaulat, terutama Partai Buruh, seperti dilansir surat kabar Times of India (11/10).
Politikus Partai Buruh Grahame Morris mengatakan saat ini setiap partai di Inggris harus menyingkirkan ego masing-masing terkait nasib Palestina. Morris mengakui, ada sebagian politikus tak suka pada kekuasaan Hamas di Gaza, sehingga pengakuan kedaulatan jadi molor. "Tapi kita harus lihat keadaan sekarang. Gaza sudah jauh lebih nestapa akibat konflik. Dan kita menyaksikan sendiri penyerobotan lahan di Tepi Barat oleh Israel sekarang paling parah dalam 30 tahun terakhir," ujarnya.
Partai Buruh bersemangat mendukung pengakuan kedaulatan Palestina, setelah melihat langsung desakan warga Inggris. Sudah ada petisi di Internet, ditandatangani 110.000 orang menuntut parlemen membahas penjajahan di Palestina.
"Untuk mencapai perdamaian sejati di kawasan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak bisa lagi ngotot menolak kedaulatan Palestina," kata Morris.
Namun tak disangka dan diduga tentu ungkapan dari Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi. Dia menyerukan Israel menghentikan konflik dengan Palestina untuk selamanya.
"Ini saatnya semua dendam berakhir," ujar al-Sisi.
Hal ini jelas mengagetkan lantaran Mesir menjadi 'kawan' dekat Israel dan pemerintah Ibu Kota Kairo pula menutup Gerbang Rafah, perbatasan dengan Jalur Gaza, satu-satunya harapan melarikan diri warga Palestina jika mereka diserang oleh Negeri Bintang Daud itu. Namun saat perang 50 hari kemarin Rafah tak juga terbuka. Menewaskan sekitar 2.800-an warga Gaza yang tak tahu harus kemana.
Dasar dari tidak dibukanya gerbang itu yakni perjanjian perdamaian Camp David yang ditanda tangani presiden Mesir saat itu Anwar Sadat. Dalam perjanjian Sadat menyetujui perdamaian Mesir-Israel dan tidak berbuat apa pun yang menyinggung pihak Zionis.
Otomatis dengan membuka Rafah menjadi alasan kuat Israel menuding Mesir melanggar perjanjian Camp David.
Dengan dukungan-dukungan ini tentu negara Palestina berdaulat dan diakui bisa menjadi kenyataan

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.