Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Pernahkah anda mendengar nama Ibnu qoyyim al jauziyyah ? atau Anda lebih kenal dengan nama Aril Noah atau Jokowi he2. Baik, kalau kita sering menghadiri kajian pasti ada ustad yang merujuk pendapat Ibnu qoyyim al jauziyyah, siapakah sebenarnya Beliau ?

Beliau dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350. Dikenal sebagai seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13. Beliau adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Di samping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli Hadits, penghafal Al Quran, ahli ilmu Nahwu, ahli Ushul, ahli ilmu Kalam, sekaligus seorang Mujahid.

Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Saad bin Huraiz az-Zari, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.
bnu Qoyyim Al- Jauziyah adalah ahli fiqih yang hidup pada abab ke-13. Dalam perkembangan ilmu yang dimilikinya ada beberapa guru yang mempengaruhi pemikiran Ibnu Qoyyim Al- Jauziyyah diantaranya; Ibnu Abd ad-Daim al Maqdisi, Ibnu Taimiyah, Badr Ibnu Jamaah al Kinnani asy-SyafiI dan Al Muzzi penulis kitab Tahzib al Kamal, dari guru-gurunya tersebut yang paling berpengaruh terhadap Ibnu Qoyyim adalah Ibnu Taimiyah.

Pandangan ulama terhadap Ibnu Qayyim, terutarama Ibnu Katsir menyatakan bahwa Ibnul Qoyyim adalah orang yang banyak mendengar hadist, sibuk dengan ilmu, dan menguasai berbagai macam ilmu, khususnya tafsir hadist dan ilmu ushul. Sementara pada kesempatan lain, Ibnu Hajar berpendapat bahwa Ibnul Qoyyim adalah sosok pemberani, luas ilmu, banyak mengetahui perbedaan pendapat dan madzhab salaf. Lalu, Asy-Syaukani menambahkan bahwa Ibnul Qoyyim adalah ulama yang sangat menguasai berbagai macam ilmu, unggul dalam pengetahuan, sangat terkenal, dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang mahzab salaf.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Taala, beliau ikuti manhaj al-Quranul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.
Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. 

Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Taala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat IslamPent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Taala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh rayu-rayu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa wal bida (Ahli 
Bidah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Said meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Taala,

Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq. (Saba:6).

Qotadah mengatakan, Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang,prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari adalah al-Quran, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara dawahnya yang paling menonjol adalah dawah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzariah (tindak preventif) dan al-Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.