Go Ihsan - Penulisan di
zaman tabi'in sangat berkembang pesat, ini di dasari oleh beberapa hal,
Tersebarnya kaum muslimin hampir ke seluruh penjuru dunia. Panjangnya isnad1
mempersulit dalam hafalan hadist. Bergugurannya para penghafal Sunnah dari
kalangan sahabat, dan para tabiin kibar, maka ditakutkan dari perginya mereka,
hilangnya sunnah.
Referensi:
Catatan kaki
Penulisan
di zaman tabi’in sangat berkembang pesat, ini di dasari oleh beberapa hal,
- Tersebarnya kaum muslimin hampir ke seluruh penjuru dunia.
- Panjangnya isnad1 mempersulit dalam hafalan hadist.
- Bergugurannya para penghafal Sunnah dari kalangan sahabat, dan
para tabi’in kibar, maka ditakutkan dari perginya mereka, hilangnya
sunnah.
- Lemahnya kekuatan para penghafal sunnah.
- Tersebarnya tulisan di tengah tengah manusia.
- Tersebarnya bidah-bidah, dan kedustaan atas nama Nabi.2
Dari sebab sebab
inilah para Ulama mulai menulis hadist sebagai
upaya menjaga sunnah Nabi Shallahu’alaihi wa sallam.
Di zaman ini juga
terdapat banyak suhuf atau
lembaran lembaran yang berisikan hadist NabiShallahu’alaihi
wa sallam, seperti Shohifah Said bin Jubair, Shohifah
Mujahid, Shohifah Hisyam bin
Urwah dan yang lainnya.
Pada penghujung
masa tabiin, Khalifah pada saat itu Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para
ulama untuk menuliskan hadist serta mengumpulkannya di dalam satu kitab. Di
riwayatkan dari Abdullah bin Dinar, ia berkata,
وَكَتَبَ
عُمَرُ بْنُ
عَبْدِ الْعَزِيزِ
إِلَى أَبِي
بَكْرِ بْنِ
حَزْمٍ انْظُرْ
مَا كَانَ
مِنْ حَدِيثِ
رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَاكْتُبْهُ فَإِنِّي
خِفْتُ دُرُوسَ
الْعِلْمِ وَذَهَابَ
الْعُلَمَاءِ وَلَا
تَقْبَلْ إِلَّا
حَدِيثَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَلْتُفْشُوا الْعِلْمَ
وَلْتَجْلِسُوا حَتَّى
يُعَلَّمَ مَنْ
لَا يَعْلَمُ
فَإِنَّ الْعِلْمَ
لَا يَهْلِكُ
حَتَّى يَكُونَ
سِرًّا
Umar bin Abdul Aziz menuliskan surat kepada Abu Bakr
bin Hazm, “lihatlah jika ada hadist dari Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam maka
tulislah, karena aku takut akan hilangnya pengajaran agama dan perginya para
ulama, dan janganlah kau terima kecuali hadist dari Nabi Shallahu
alaihi wa Sallam, dan periksalah ilmu-ilmu itu, serta duduklah di
majelis ilmu dan ajarkan ilmu kepada yang tidak tahu, karena sesungguhnya ilmu
tidaklah hilang kecuali karena ia tersembunyi (tidak didakwahkan)”3
Berkata Imam Zuhri Rahimahullah,
أمرنا
عمر بن
عبد العزيز
بجمع السنن
فكتبناها دفترًا
دفترًا, فبعث إلى
كل أرض
له عليها
سلطان دفترًا
“Umar bin Abdul Aziz pernah memerintahkan kami untuk
mengumpulkan sunnah sunnah Nabi (hadist-hadist), maka kamipun menulisnya satu
buku satu buku, kemudian buku buku itupun dikirimkan ke seluruh negeri, setiap
raja yang masuk dalam wilayahnya mempunyai satu buku tersebut”4
Maka apa yang dikumpulkan para ulama di zaman Zuhri
inilah dikenal sebagai awal pengumpulan hadist dalam satu kitab secara resmi.
Sebagian orang berpendapat bahwa hadist pertama kali di tulis di zaman Imam
Zuhri, maka pendapat tersebut keliru, karena Imam Zuhri bukan yang pertama
menulis, namun ia adalah orang pertama yang mengumpulkan hadist di dalam satu
kitab secara resmi.
Pada abad kedua
sampai ke empat hijriah setelah pengumpulan hadist di zaman Zuhri rampung,
tibalah masa keemasan dalam upaya pengumpulan sunnah, di abad ini kitab hadist
hadist tersebar dengan banyak jenisnya sesuai dengan cara dan tujuan
penulisnya, seperti,
- Muwatho’, yang mengumpulkan hadist Nabi, perkataan
sahabat, dan fatwa para tabiin di dalam satu kitab dan meletakkan nya
sesuai dengan tema hadist tersebut, ditambah dengan sedikit penjelasan
dari sang penulis seperti kitab Muwatho Imam Malik.
- Mushonafat, yang juga mengumpulkan hadist dan banyak dari
mauqufat5 lalu di masukkan ke dalam bab
tertentu, mislanya hadist hadist yang bertemakan tentang wudhu, mandi, air
dan yang semisalnya maka hadist bertemakan seperti ini di masukkan ke
dalam bab Thaharah. Kitab mushonaf Abdrurazzaq dan Mushonaf Ibn Abi Syaibahmerupakan contoh dalam
jenis ini.
- Musnad, jenis kitab ini berisikan hadist hadist yang di
susun sesuai dengan nama para
sahabat yang meriwayatkan
nya. Kitab jenis ini memudahkan seseorang untuk menemukan hadist dari
salah seorang sahabat. Misalnya, jika seseorang ingin mencari hadist
hadist yang di riwayatkan Ali bin Abi Tholib maka ia akan dapatkan di bab
Ali Bin Abi tholib, hadist yang di riwaytkan dari jalur Ali Bin Abi
tholib. Dan Musnad Imam Ahmad,
adalah kitab yang terbaik di jenis ini.
- Jami’, yang berarti mengumpulkan,sesuai namanya kitab
jenis ini mengumpulkan semua hadist dari semua cabang ilmu agama, tidak
terbatas oleh hadist fikih saja. Mulai dari hadist yang berkaitan dengan
akidah, fikih, fitnah akhir zaman, tanda-tanda kiamat, sejarah,
peperangan, adab, zuhud, raqaiq. Kitab jenis ini yang paling terkenal
adalah kitabShohih
Al Bukhari, dan Shohih Muslim.
- Mustadrak, kitab jenis memuat hadist hadsit yang tidak
terdapat di kitab kitab lain, atau terlewat, atau tidak di masukkan karena
kelemahan sanadnya. Seperti kitab Mustadrok ala Sohihain karya Imam Hakim. Kitab itu
memuat hadist hadist yang sesuai syarat dan kriteria di Kitab Shohih Bukhari dan Shohih Muslim yang
tidak di dimasukkan ke dalam dua kitab tersebut.
- Sunan, kitab ini mengumpulkan hadist hadist yang
kemudian di susun sesuai dengan bab fikih. Kitab jenis ini memudahkan
seseorang untuk mencari hadist dalam masalah fikih tertentu. Misalnya jika
seseorang ingin mengetahui hadist yang berkaitan dengan sholat maka ia
cukup mencari bab sholat, kemudian akan mendapatkan hadist hadist yang
berkaitan dengan sholat. Contoh buku dalam jenis ini adalah Sunnan Tirmizi, Sunan Abu Dawud, Sunan An Nasai dan lain lain.
- Mustakhrajat, kitab jenis memuat hadist hadist yang telah ada
di kitab lain, namun sang penulis memasukkan hadist tersebut ke dalam
bukunya dengan jalur sanad yang ia dapatkan. Seperti Kitab Mustakhrajat Ala Shahih Al Bukhari karya Al Ismaily,
kitab ini memuat hadist yang ada di kitab Shahih Al Bukhari namun ia
riwayatkan dengan jalur isnad yang ia punya.
Sangatlah banyak
buku buku hadist ditulis di zaman tersebut yang membawa orang setelahnya
mendapatkan manfaat keilmuan mereka.
Para ulama yang
datang setelah abad itu, mereka membuat syarah6 untuk
kitab kitab hadist di atas, ada pula yang membuat ringkasan dari kitab kitab
tersebut dan lain lain. Ilmu agamapun semakin meluas setelah abad itu.
Semoga Allah
merahmati mereka. Berkata Imam Syafi’i,
إذا
رأيت رجلا
من أصحاب
الحديث فكأني
رأيت رجلا
من أصحاب
رسول الله
صلى الله
عليه وسلم،
جزاهم الله
خيرا، فهم
حفظوا لنا
الاصل، فلهم
علينا فضل
“Jika aku melihat
seorang dari ahli hadist, maka aku seakan melihat Sahabat Rasulullah Shallahu
alaihi wa sallam, semoga Allah membalas kebaikan mereka, karena mereka telah
menjaga untuk kita keaslian hadist, maka mereka mempunyai keutamaan terhadap
kami.”7
Berkata Sufyan As
Tsauri,
الملائكة
حراس السماء
، وأصحاب
الحديث حراس
الأرض
In sha Allah artikel ini memberi gambar
untuk para umat muslim akan sejarah penulisan hadist, dan penjagaan para Ulama
Hadist akan sunnah Rasulullah.
***
Referensi:
- Siyar A’lam Nubala,
Imam Adz Dzahabi
- Fathul Bari, Al Hafidz
ibnu hajar
- Anwarul Kasyifa,
Sheikh Mualimi
- Tadwin Sunnah, DR.
Mator Zahroni
- Makanah Sunnah, DR.
Umar Muslih.
Catatan kaki
1 Isnad adalah silsilah periwayat
periwayat hadist
2 Tadwin Sunnah karya DR. Muhammad Mator Zahroni
3 HR. Bukhari
4 Jami Bayan Al Ilm
5 Perkataan sahabat
6 penjelasan
7 Siyar A’lam An Nubala
8 Siyar A’lam An Nubala
—
Penulis: Muhammad Halid Syar’i
Sumber: Muslim.Or.Id
Posting Komentar