Go Ihsan - Rektor
Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta Prof Nasaruddin Umar
menganalogikan, pemimpin seperti halnya imam dalam shalat. Islam menyadari
tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, imam hendaknya
dipilih dari orang terbaik yang ada dalam satu jamaah, di antara manusia yang
memiliki kekurangan tersebut.
Menurut Nasaruddin, seorang pemimpin dipilih untuk menyelamatkan dunia kemanusiaan yang ada dalam satu komunitas. Oleh karena itu, dalam memilih pemimpin hendaknya mempertimbangkan orang terbaik yang dapat mengantarkan manusia sebagai hamba dan khalifah yang baik bagi kehidupan.
Menurut Nasaruddin, seorang pemimpin dipilih untuk menyelamatkan dunia kemanusiaan yang ada dalam satu komunitas. Oleh karena itu, dalam memilih pemimpin hendaknya mempertimbangkan orang terbaik yang dapat mengantarkan manusia sebagai hamba dan khalifah yang baik bagi kehidupan.
Guru
Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, imam shalat maupun
pemimpin lainnya yang dipilih dari kalangan manusia biasa yang tidak bebas dari
kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu, Islam mengenal konsep imamah. Ini
merupakan adat atau aturan untuk mengatur orang yang dipimpin dan memberikan
peringatan kepada pemimpin yang keliru.
Nasaruddin mengatakan, seorang pemimpin juga hendaknya tak kebal terhadap kritik. Pemimpin tak boleh otoriter. Ia menceritakan, pada masa hidup Rasulullah SAW, Umar bin Khattab RA merupakan salah satu sahabat yang sering menginterupsi kebijakan Beliau.
Nasaruddin mengatakan, seorang pemimpin juga hendaknya tak kebal terhadap kritik. Pemimpin tak boleh otoriter. Ia menceritakan, pada masa hidup Rasulullah SAW, Umar bin Khattab RA merupakan salah satu sahabat yang sering menginterupsi kebijakan Beliau.
Sering kali terjadi perdebatan seru di antara
mereka. Dalam kondisi ini, Allah SWT terkadang menurunkan ayat yang justru
membenarkan pendapat Umar bin Khattab RA dan tidak memihak kepada Nabi Muhammad
SAW.
Tak hanya menerima kritik dari para sahabat, Nasaruddin juga menceritakan, Rasulullah pernah menerima interupsi dari umat Muslim lainnya. Ketika di Madinah, ia bertemu dengan petani kurma yang mengawinkan benih kurma.
Tak hanya menerima kritik dari para sahabat, Nasaruddin juga menceritakan, Rasulullah pernah menerima interupsi dari umat Muslim lainnya. Ketika di Madinah, ia bertemu dengan petani kurma yang mengawinkan benih kurma.
Rasulullah SAW mempertanyakan mengapa benih
kurma itu harus dikawinkan dan tidak dibiarkan tumbuh secara alami. Petani
kurma yang sangat menghormati Rasullah SAW itu lalu mengikuti kata Sang Nabi.
Ketika masa panen, ia mendapati produksi kurma yang dihasilkan menurun. Ia lalu melaporkan hal ini kepada Rasulullah SAW. Beliau akhirnya menyadari keterbatasan pengetahuannya tentang menanam kurma dan mengatakan, "Kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu." (HR ath-Thabrani).
Ketika masa panen, ia mendapati produksi kurma yang dihasilkan menurun. Ia lalu melaporkan hal ini kepada Rasulullah SAW. Beliau akhirnya menyadari keterbatasan pengetahuannya tentang menanam kurma dan mengatakan, "Kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu." (HR ath-Thabrani).
Nasaruddin menegaskan, melalui hadis di atas,
Rasulullah SAW memberikan hak-hak kepada masyarakat untuk mengambil keputusan
sepanjang itu berkaitan dengan urusan duniawi. Jika suatu perkara menyangkut
urusan akhirat, itu menjadi hak prerogatif Allah SWT dan Rasul-Nya.(Rol)
Posting Komentar