Go Ihsan - Sebuah
survei baru mengungkapkan perbedaan tajam antara kalangan pendukung partai
Demokrat dan Republik mengenai bagaimana presiden mendatang Amerika Serikat
seharusnya membahas ekstremisme Islamis.
Obama mengunjungi sebuah masjid di Baltimore,
Maryland, hari Rabu. Di sana ia mengakui ada pemutarbalikan pandangan terhadap
warga Muslim Amerika seiring dengan meningkatnya kekerasan terkait terorisme
oleh ekstremis Islamis. [uh/voa]
Kajian yang
dilakukan Pew Research Center itu mendapati 65 persen anggota partai Republik
atau yang mendukung partai tersebut, menginginkan pengganti Presiden Barack
Obama berbicara blak-blakan mengenai ekstremisme Islamis, meskipun pernyataan
itu bersifat kritis terhadap Islam secara keseluruhan. Akan tetapi, 70 persen
anggota Demokrat atau pendukung Demokrat berpendapat presiden mendatang harus
berbicara dengan lebih berhati-hati.
Namun secara
keseluruhan, separuh rakyat Amerika menginginkan presiden mendatang tidak
mencela Islam secara keseluruhan sewaktu membicarakan ekstremisme Islamis.
Survei yang
dilaksanakan bulan lalu itu juga mendapati hampir separuh responden meyakini
sebagian Muslim Amerika memiliki sikap anti-Amerika, termasuk 11 persen yang
meyakini bahwa “sebagian besar” atau “hampir seluruh” Muslim Amerika bersikap
anti-Amerika.
Survei
terdahulu, yang dilakukan pada bulan Desember oleh Pew Research Center,
mendapati hampir separuh rakyat Amerika berpendapat bahwa dibandingkan dengan
agama-agama lain, Islam lebih besar kemungkinannya mendorong kekerasan. Jumlah
yang sama menyatakan mereka “sangat khawatir” akan kebangkitkan ekstremisme
Islamis di Amerika.
Tetapi survei
Pew baru-baru ini mendapati bahwa hampir dua per tiga rakyat Amerika meyakini
masalah yang lebih besar adalah bahwa agama digunakan oleh para pelaku
kekerasan untuk menjustifikasi tindakan mereka.
Posting Komentar