Go Ihsan - Oleh: Hendry
Patopang (Generasi muda Pergerakan Muhammadiyah & Putra Sijunjung Ranah
Lansek Manih)*
Sumber: Repelita
Assalamualaikum
wr wb
Buya Syafi’i
Maarif yang saya hormati,Terlebih dahulu saya mendo’akan agar Buya senantiasa
selalu dalam lindungan Allah SWT amin.Sebelum saya melanjutkan surat terbuka
ini,saya memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada Buya atas kelancangan saya
menulis surat terbuka ini kepada Buya,Semoga Buya berkenan dan Allah SWT
memberkahi kita semua…
Buya Syafi’i
Maarif yang saya hormati…
Setelah
mendengar dan menyimak apa yang Buya sampaikan dalam sebuah acara talk show
yang di siarkan secara live oleh sebuah stasiun Televisi swasta selasa
11/10/2016 (malam).Sebagai generasi muda Pergerakan Muhammadiyah sekaligus
sebagai putra kelahiran Sijunjung Sumatera
Barat,kebetulan juga daerah
kelahiran Buya Safi’i maarif.Secara pribadi saya sangat menyayangkan apa yang
Buya sampaikan dengan gamblang di hadapan ratusan juta pasang mata yang
menyaksikan acara tersebut.Apa yang Buya sampaikan tersebut ditanggapi beragam
oleh masyarakat di banyak media sosial.Pada umumnya mereka sangat menyayangkan
penyataan Buya tersebut.Pernyataan
Buya yang seakan menambah luka sebagian umat
muslim di tanah air,yang sudah terlanjur tersakiti oleh arogansi seorang
Gurbernur di ibukota
Republik ini.Di mana kebebasan beragama telah di nodai,mencabik asa persatuan
yang selama ini dibina.Pernyataan Buya pada acara tersebut meninggalkan tanda
tanya besar di kepala saya,Ada apa dengan Buya…??
Buya…….
Saya kasihan
melihat Buya di hujat,di caci bahkan di benci oleh saudara Buya sendiri yaitu
umat muslim yang merasa di lecehkan kitab sucinya.Mereka yang measa terluka
oleh pernyataan seorang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama,yang nota
bene sorang non muslim,Pernyataan Buya yang bernada membela Ahok membuat kami
gelisah dengan sikap Buya sekaligus bertanya mengapa dan ada apa dengan Buya
kami.
Pernyataan Buya
tadi malam,juga mengingatkan saya pada sebuah tulisan salah seorang anggota
DPRD Provinsi Sumatera Barat yaitu Ustadz Irsyad Syafar beberapa waktu lalu.Ada
baiknya Buya kembali membaca serta “mainokmanuangkan” tulisan yang berjudul
“PULANGLAH BUYA”. Apa yang ada dalam tulisan itu mungkin ada juga
benarnya.Sudah saatnya Buya harus pulang ke kampung halaman kita.Untuk sekedar
melepas kepenatan Buya di tengah gegap-gempita kota
Metropolitan.Adakalahnya
Buya sejenak harus meninggalkan hinggar binggar serta hiruk-pikuk perpolitikan
Nasional.Sudah saatnya Buya berhenti sejenak,dan pulang kekampung halaman
kita.Berdakwah dari”pondok sawah”yang satu”kepondok sawah”yang lain.Untuk
sekedar menyapa generasi muda kita dari
“Dangau ke
Dangau”
Menyelamatkan
moral generasi muda kita yang sudah sangat jauh melenceng dari nilai nilai
Agama.Atau setidaknya melepaskan kerinduan kami terhadap Buya.Atau mungkin
memang Buya sudah lupa atau bahkan tidak peduli lagi dengan Sumpur
Kudus,Sujunjung,Sumatera Barat.Semoga Buya masih peduli dengan tanah kelahiran
Buya sendiri,walau sering kali Buya hadir dalam jamuan makan malam bersama
mereka,di hotel berbintang dan Restoran mewah.Menikmati makanan lezat sambil
tertawa bersama.
Buya adalah
sahabat sekaligus guru dari orang tua saya.Bukan bermaksut menggurui Buya,tapi
hanya sekedar mengingatkan.Kalau apa yang Buya sampaikan pada acara
tersebut,sangat tidak mencerminkan ucapan seorang ulama sekaliber Buya.Atau
memang faktor usia membuat Buya banyak lupa.Mungkin Buya masih ingat dengan
sebuah pepatah minang
“JALAN DI ASAK
URANG LALU,URANG BATANDANG MAMBAOK LAPIEK,CUPAK DI PAPEK URANG PANGGALEH”
Semoga apa yang
kami cemaskan,tidak terjadi terhadap bangsa yang bernama Indonesia ini.Jangan
sampai anak cucu Buya menjadi tamu di negeri sendiri.Dan akhirnya saya atas
nama putra kelahiran Ranah langsek manih menghimbau pulang la Buya.Unggan
,Silantai ,Tanjung Bonai Aur merindukan kehadiran Buya..InsyaAllah.
Sumber: Repelita
Posting Komentar