Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Terkadang cobaan itu sangat sulit bagi jiwa-jiwa manusia. Akan tetapi dengan musibah itu, Allah Subhanahu Wa Ta’alaakan mengangkat derajat seseorang menuju derajat para Nabi as dan menghapuskan kesalahan-kesalahan orang saleh.

Nabi Ibrahim as adalah salah seorang ustadz di bidang tauhid dan pengajar akidah yang telah menyebarkan mazhab tauhid dan dasar-dasarnya di dunia ini. Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam adalah orang yang paling serupa dengannya.

Allah mengujinya dengan berbagai musibah. Di antaranya Nabi Ibrahim as dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala. Dengan mengumpulkan kayu bakar lalu diletakkan di suatu tempat, kemudian dia didorong sehingga jatuh ke dalam api. Semua tali yang ada pun terputus darinya, kecuali tali Allah, dan semua pintu terkunci rapat di hadapannya, kecuali pintu Allah.


Akan tetapi, coba perhatikan bagaimana dia sangat pasrah dan menyerahkan diri secara penuh kepada Allah. Dia didatangi oleh malaikat Jibril as. yang berkata, “Apakah kamu mempunyai kepentingan denganku?”

Dia menjawab, “Kalau kepadamu, aku tidak mempunyai kebutuhan tetapi kalau kepada Allah iya, aku punya kebutuhan.”

Tatkala ia dilempar ke dalam api, apa yang dia katakan? Dia mengatakan, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Dalam Shahih Bukhari dan Abdullah bin Abbas ra, dia berkata, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim as tatkala dia dilempar ke dalam api. Kalimat ini juga yang dikatakan oleh Rasulullah tatkala dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’ Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali-Imran: 173-174)

Tatkala dilemparkan ke dalam api, dia mengingat keagungan Allah. Tidak ada pemelihara selain Allah dan tidak ada pelindung selain Allah.

Seorang penyair mengatakan,
Wahai penyebar cita-cita, Engkau telah mencegahku 
dan menolongku, para lalim telah berbuat semena-mena terhadapku hendak membinasakanku, tetapi Engkau melindungku

Jadi, yang mencegah itu adalah Allah. Tatkala dia dilemparkan ke dalam api, maka datanglah perlindungan Allah. Maka Allah berfirman, “Kami berfirman: ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (al-Anbiya: 69)

Kalau Dia hanya mengatakan menjadi dinginlah, maka api itu akan menjadi sangat dingin yang akan mencekamnya. Tapi Dia mengatakan dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim as. Maksudnya ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan kesehatan.

Allah juga mengujinya dengan anaknya yang masih muda, Ismail. Menurut perkataan para ulama yang paling unggul, sampai pada umur yang sanggup berusaha (anak-anak) misalnya; dia bisa berjalan, pergi dan bermain, hati ini akan semakin cinta kepadanya. Jika dia sudah sampai pada usia dewasa karena dia bertambah besar, kecintaannya itu akan berkurang –tetapi Allah hendak mengosongkan hati Ibrahim as dari selain cinta kepada Allah sehingga hanya terpatri kepada-Nya karena dia itu adalah sang kekasih Allah, sebagaimana yang dikatakan,

“Sungguh, aku telah membersihkan jalan ruh pada diriku, oleh karena itu, seorang kekasih itu dinamakan sang kekasih.”

Di antara derajat dan tingkatan sang kekasih itu adalah hanya Allah yang paling dicintai oleh hatinya. Tatkala anak saleh ini sampai pada usia yang sanggup berusaha bersamanya, Allah mengujinya atau Allah menguji bapaknya.

Di dalam mimpinya dia bermimpi –dan mimpi para nabi as itu adalah benar– bahwa dia menyembelih anaknya itu. Pada pagi harinya, setelah dia benar-benar yakin dengan mimpi itu, dia menceritakan mimpinva itu kepada anaknya. Anaknya itu menjawab dengan jawaban dari seorang mukmin yang sangat mengetahui keesaan Allah. Allah berfirman,

(Sebagai) satu keturunan yang sebagiannva (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 34)

Seorang penyair mengatakan,

Seorang pemuda kita itu akan tumbuh berkembang
sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh
bapaknya.

Dia berkata,
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (ash-Shaffat: 102)

Betapa indahnya sifat rendah hati itu! Dia tidak mengatakan, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Akan tetapi, dia mengatakan, `Insya Allah” karena kesabaran itu Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, keteguhan hati itu datangnya dari Allah. Nabi Ismail pun pasrah kepada¬Nya. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (domba).” (ash-Shaffat: 107)

Dia pun berhasil melewati ujian tersebut dan ditetapkan bahwa dia itu benar-benar jujur dan termasuk orang yang berlaku baik dan akan menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Lisan-lisan senantiasa akan memujinya dan memujanya sepanjang masa, maka baginyalah keselamatan pertama dan terakhir dan semoga Allah membalasnya dalam berbagai sisi kejujuran dengan penuh kebaikan, pahala, dan limpahan ganjaran.*/DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni, dari bukunya Jangan Takut-Jagalah Allah, Allah Akan Menjaga Anda.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.