Go Ihsan - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (21/12), menyatakan
bahwa penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov (62), tidak
berdampak buruk pada hubungannya dengan Rusia. Turki dan Rusia sepakat
melakukan penyelidikan bersama terkait pembunuhan tersebut.
“Kami sepakat melanjutkan kerja sama yang di antaranya
mencakup proyek Suriah meskipun terjadi pembunuhan Dubes Rusia di Ankara,” kata
Erdogan dalam peresmian proyek terowongan di Ankara, Selasa, seperti dilansir
Al-Jazeera.
Dia menambahkan, pihaknya telah meyakinkan Presiden Rusia
Vladimir Putin bahwa insiden pembunuhan Dubes Karlov tidak harus menghambat
hubungan kedua negara.
Pada bagiannya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu
mengatakan dalam pertemuannya dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov, Turki dan Rusia
sepakat melanjutkan kerja sama sampai tercapai solusi politik di Suriah dan
wilayah lainnya. Dia mengungkapkan bahwa pembunuhan Dubes Rusia bertujuan
merusak hubungan bilteral.
Sementara itu, Putin mengungkapkan bahwa pembunuhan dubes
bertujuan merusak upaya normalisasi hubungan Rusia-Turki dan solusi damai di
Suriah. Untuk menghadapi ini, katanya, mungkin bisa dengan meningkatkan perang
melawan “terorisme”.
Hal senada juga disampaikan juru bicara pemerintah Rusia,
Dmitry Peskov. Dia menunjukkan, kedua negara sepakat membentuk komite bersama
untuk menginvestigasi pembunuhan tersebut.
Terkait hal ini, sebanyak 18 tim penyelidik dari anggota
intelijen dan diplomat Rusia telah tiba di Turki. Mereka akan bergandeng dengan
pihak keamanan Turki menyelidiki pembunuhan dubes.
Pemerintah Turki sendiri menuduh organisasi pimpinan
Fathullah Gulen (FETO) di balik aksi pembunuhan tersebut. Berdasarkan
penyelidikan sementara, kata Turki, penyerang berusia 22 tahun itu anggota
FETO.
Akan tetapi, FETO sendiri telah menegaskan tidak terlibat
sama sekali dengan pembunuhan itu. Menurut organisasi yang pemimpinnya tinggal
di AS itu, tuduhan itu hanya upaya keamanan Turki menutupi ketidakmampuannya
mencaga keamanan.
Terlepas dari hal itu, pelaku yang diketahui bernama Mevlut
Mert Altintas dan anggota polisi aktif di Ankara itu mengatakan, setelah
menembak mati dubes Rusia, aksi ini sebagai pembalasan terhadap nyawa ratusan
ribu warga Aleppo.
“Siapa pun yang mengambil bagian dalam kekejaman ini akan
membayar harga, satu persatu … Hanya kematian yang akan membawa saya dari
sini,” tegas Altintas sambil memegang pistolnya. Dia kemudian membiarkan para
tamu keluar dari ruangan.
“Jangan lupa Aleppo! Jangan lupa Suriah!,” tegasnya lagi.
Ia kemudian melanjutkan pernyataannya dalam bahasa Arab,
“Kami adalah keturunan dari mereka yang mendukung Nabi Muhammad, untuk
berjihad!”
Sumber: Al-Jazeera/kiblat
Posting Komentar