Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (21/12), menyatakan bahwa penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov (62), tidak berdampak buruk pada hubungannya dengan Rusia. Turki dan Rusia sepakat melakukan penyelidikan bersama terkait pembunuhan tersebut.

“Kami sepakat melanjutkan kerja sama yang di antaranya mencakup proyek Suriah meskipun terjadi pembunuhan Dubes Rusia di Ankara,” kata Erdogan dalam peresmian proyek terowongan di Ankara, Selasa, seperti dilansir Al-Jazeera.

Dia menambahkan, pihaknya telah meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa insiden pembunuhan Dubes Karlov tidak harus menghambat hubungan kedua negara.


Pada bagiannya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan dalam pertemuannya dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov, Turki dan Rusia sepakat melanjutkan kerja sama sampai tercapai solusi politik di Suriah dan wilayah lainnya. Dia mengungkapkan bahwa pembunuhan Dubes Rusia bertujuan merusak hubungan bilteral.

Sementara itu, Putin mengungkapkan bahwa pembunuhan dubes bertujuan merusak upaya normalisasi hubungan Rusia-Turki dan solusi damai di Suriah. Untuk menghadapi ini, katanya, mungkin bisa dengan meningkatkan perang melawan “terorisme”.

Hal senada juga disampaikan juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov. Dia menunjukkan, kedua negara sepakat membentuk komite bersama untuk menginvestigasi pembunuhan tersebut.
Terkait hal ini, sebanyak 18 tim penyelidik dari anggota intelijen dan diplomat Rusia telah tiba di Turki. Mereka akan bergandeng dengan pihak keamanan Turki menyelidiki pembunuhan dubes.

Pemerintah Turki sendiri menuduh organisasi pimpinan Fathullah Gulen (FETO) di balik aksi pembunuhan tersebut. Berdasarkan penyelidikan sementara, kata Turki, penyerang berusia 22 tahun itu anggota FETO.

Akan tetapi, FETO sendiri telah menegaskan tidak terlibat sama sekali dengan pembunuhan itu. Menurut organisasi yang pemimpinnya tinggal di AS itu, tuduhan itu hanya upaya keamanan Turki menutupi ketidakmampuannya mencaga keamanan.

Terlepas dari hal itu, pelaku yang diketahui bernama Mevlut Mert Altintas dan anggota polisi aktif di Ankara itu mengatakan, setelah menembak mati dubes Rusia, aksi ini sebagai pembalasan terhadap nyawa ratusan ribu warga Aleppo.

“Siapa pun yang mengambil bagian dalam kekejaman ini akan membayar harga, satu persatu … Hanya kematian yang akan membawa saya dari sini,” tegas Altintas sambil memegang pistolnya. Dia kemudian membiarkan para tamu keluar dari ruangan.

“Jangan lupa Aleppo! Jangan lupa Suriah!,”  tegasnya lagi.

Ia kemudian melanjutkan pernyataannya dalam bahasa Arab, “Kami adalah keturunan dari mereka yang mendukung Nabi Muhammad, untuk berjihad!”

Sumber: Al-Jazeera/kiblat

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.