Go Ihsan - Usamah bin Zaid, seorang Sahabat pernah ikut dalam
peperangan. Ketika Usamah duel satu lawan satu dengan orang kafir,
orang kafir itu mengucapkan dua kalimat syahadat (masuk Islam). Sayangnya,
Usamah tidak menghiraukan hal itu dan langsung membunuh orang yang sudah masuk
islam itu (padahal haram hukumnya membunuh seorang Muslim, dosa besar).
Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW marah kepada Usamah. Usamah berdalih jika orang tersebut masuk Islam karena keadaan sudah terdesak dan tidak ikhlas. Rasulullah pun berkata hingga tiga kali kepada Usamah, "Apakah kau sudah belah hatinya untuk mengetahui apakah dia benar-benar ikhlas masuk Islam atau tidak?"
Dengan mengungkapkan kisah di atas, Ustadz Muhammad Arifin Ilham ingin mengingatkan dirinya sendiri (dan juga sesama Muslim) agar tidak mudah berprasangka buruk kepada mereka yang gemar update status di sosial media. Ia menuturkannya di sosmed miliknya, Sabtu (13/5) sebagai berikut:
Ada orang upload fotonya pas lagi umrah. Lalu kita bilang dalam hati, "Ih riya banget sih, ibadah umrah itu bukan buat dipublish."
Ada orang lagi ngaji di kendaraan umum. Lalu kita bilang dalam hati, "Kok ngaji di tempat umum ? Kenapa nggak nanti aja di rumah pas sendiri."
Ada orang lagi jalan-jalan ke Eropa. Lalu kita bilang dalam hati, "Sayang banget ya uangnya, mending buat infaq ke fakir miskin."
Ada orang posting konten dan caption dakwah di sosmed. Lalu kita bilang dalam hati, "Sok alim banget ya hidupnya."
Pernahkah kita berpikiran seperti itu sama orang lain ? Astagfirullah. Mereka yang riya atau justru kita yang hasad (iri/dengki) ?
Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW marah kepada Usamah. Usamah berdalih jika orang tersebut masuk Islam karena keadaan sudah terdesak dan tidak ikhlas. Rasulullah pun berkata hingga tiga kali kepada Usamah, "Apakah kau sudah belah hatinya untuk mengetahui apakah dia benar-benar ikhlas masuk Islam atau tidak?"
Dengan mengungkapkan kisah di atas, Ustadz Muhammad Arifin Ilham ingin mengingatkan dirinya sendiri (dan juga sesama Muslim) agar tidak mudah berprasangka buruk kepada mereka yang gemar update status di sosial media. Ia menuturkannya di sosmed miliknya, Sabtu (13/5) sebagai berikut:
Ada orang upload fotonya pas lagi umrah. Lalu kita bilang dalam hati, "Ih riya banget sih, ibadah umrah itu bukan buat dipublish."
Ada orang lagi ngaji di kendaraan umum. Lalu kita bilang dalam hati, "Kok ngaji di tempat umum ? Kenapa nggak nanti aja di rumah pas sendiri."
Ada orang lagi jalan-jalan ke Eropa. Lalu kita bilang dalam hati, "Sayang banget ya uangnya, mending buat infaq ke fakir miskin."
Ada orang posting konten dan caption dakwah di sosmed. Lalu kita bilang dalam hati, "Sok alim banget ya hidupnya."
Pernahkah kita berpikiran seperti itu sama orang lain ? Astagfirullah. Mereka yang riya atau justru kita yang hasad (iri/dengki) ?
Padahal isi hati seseorang itu tidak ada yang tahu selain Allah.
Biarlah amal ibadah itu jadi urusan dia dengan Allah. Kalau kata
Ustadz Khalid Basalamah, "Kita jangan masuk wilayahnya orang
lain".
Bahkan seorang malaikat pencatat amal kebaikan saja tidak bisa mengetahui niat dalam hati seseorang itu. Mau ikhlas atau belum, tetaplah dicatat sebagai amal kebaikan. “Hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang bisa mengetahui isi hati seseorang. Semua amalan akan terbongkar ikhlas atau tidaknya nanti di akhirat,” tutur Arifin.
Ustadz Arifin menambahkan, “Kita nggak bisa mengubah kebiasaan orang lain yang suka selfie di Eropa dan lain sebagainya. Tapi kita bisa mengubah point of view dari sudut kita. Daripada hasad, lebih baik berprasangka baik kepada seseorang, apalagi kepada sesama Muslim, dan itu berpahala, sahabatku.”- republika
Bahkan seorang malaikat pencatat amal kebaikan saja tidak bisa mengetahui niat dalam hati seseorang itu. Mau ikhlas atau belum, tetaplah dicatat sebagai amal kebaikan. “Hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang bisa mengetahui isi hati seseorang. Semua amalan akan terbongkar ikhlas atau tidaknya nanti di akhirat,” tutur Arifin.
Ustadz Arifin menambahkan, “Kita nggak bisa mengubah kebiasaan orang lain yang suka selfie di Eropa dan lain sebagainya. Tapi kita bisa mengubah point of view dari sudut kita. Daripada hasad, lebih baik berprasangka baik kepada seseorang, apalagi kepada sesama Muslim, dan itu berpahala, sahabatku.”- republika
Posting Komentar