Go Ihsan -Saat yang lain sibuk dengan amalan lahiriyahnya,
sibukkan dirimu dengan menjaga amalan hati. Dikala mereka bangga dengan
prestasi dunianya, tunjukkan prestasimu dihadapan Rabb Penguasa Semesta.
Surganya bukan sebab berapa banyak shalat dan puasamu, tapi sejauh mana
keikhlasanmu terpelihara.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pada suatu
hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.
Beliau lalu bersabda:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki
dari kalangan penghuni surga.”
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari kalangan
sahabat Anshar, jenggotnya masih meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan
kirinya memegang kedua sandalnya.
Keesokan harinya, saat kami sedang duduk-duduk bersama
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau kembali bersabda:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki
dari kalangan penghuni surga.”
Tak berapa lama kemudian, laki-laki Anshar yang sama
kembali muncul di hadapan kami.
Keesokan harinya, saat kami sedang duduk-duduk bersama
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau kembali bersabda:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki
dari kalangan penghuni surga.”
Tak berapa lama kemudian, laki-laki Anshar yang sama
kembali muncul di hadapan kami.
dari kalangan sahabat Anshar, jenggotnya masih
meneteskan bekas air wudhu, sedang tangan kirinya memegang kedua sandalnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam kemudian
berdiri dan kami pun bubar. Pada saat itulah Abdullah bin Amru bin Ash
mengikuti laki-laki Anshar yang tiga kali muncul di hadapan kami setelah
disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam.
“Saya sedang terlibat cek-cok dengan ayah saya. Saya
telah bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika Anda
berkenan, saya ingin menginap di rumah Anda selama tiga hari ini.” Kata Abdullah
bin Amru, mencari-cari alasan untuk bisa menginap di rumah sahabat Anshar
tersebut.
“Ya, silahkan.” Jawab sahabat Anshar tersebut.
Anas bin Malik berkata: “Abdullah bin Amru bin Ash
telah menceritakan bahwa ia telah menginap di rumah sahabat Anshar tersebut
selama tiga malam. Selama itu, Abdullah bin Amru tidak pernah melihatnya
sedikit pun melakukan shalat malam. Jika ia terbangun di waktu malam, ia hanya
membolak-balikkan badannya di atas ranjangnya, berdzikir dan bertakbir,
kemudian tidur kembali. Ia baru bangun kembali jika waktunya melaksanakan
shalat Subuh.”
Abdullah bin Amru berkata, Hanya saja aku tidak pernah
berbicara kecuali hal-hal yang baik. Tiga malam telah berlalu dan aku hampir
saja menganggap remeh amal perbuatannya. Maka aku pun menceritakan kepadanya
tujuanku.
“Wahai Abdullah (hamba Allah), sebenarnya antara aku
dan bapakku tidak ada kemarahan, juga tidak ada hal yang mengharuskanku
meninggalkannya. Namun aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda sebanyak tiga kali tentang dirimu:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Saat ini akan muncul kepada kalian seorang laki-laki
dari kalangan penghuni surga.”
Maka engkau muncul sebanyak tiga kali. Oleh karena itu
aku ingin tidur di rumahmu agar aku bisa melihat amal perbuatanmu, sehingga aku
bisa meneladaninya. Namun aku tidak melihatmu melakukan banyak amal kebajikan.
Jika begitu, amalan apa yang menyampaikanmu kepada kedudukan yang telah
disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tersebut?”
Laki-laki Anshar itu menjawab, “Amal kebaikanku
hanyalah amal yang telah engkau lihat. Hanya itu amalku.”
Abdullah bin Amru berkata: “Ketika aku hendak berjalan
pulang, tiba-tiba laki-laki Anshar itu memanggilku kembali dan berkata:
مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ
“Amalku hanyalah amal yang telah engkau lihat. Namun
di dalam jiwaku sama sekali tidak pernah terbetik rasa ghisy (tidak tulus)
terhadap seorang muslim pun, dan aku juga tidak pernah iri kepada seorang pun
atas sebuah nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.”
Mendengar penuturan tersebut, Abdullah bin Amru
berkataku:
هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ
“Inilah sebenarnya amalan yang telah mengantarkanmu
kepada kedudukan tersebut. Dan justru inilah amalan yang kami belum sanggup
melakukannya.”
(HR. Ahmad no. 12697, Abdur Razzaq no. 20559,
Al-Bazzar no. 1981, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 6605, Al-Baghawi no.
3535 dan An-Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 863. Syaikh Syu’aib
Al-Arnauth berkata: Sanadnya shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim)
Justru saya salut kepada para sahabat nabi seperti
sayidina umar , sayidina abu bakar, abdullah bin amr dan yang lainnya, yang
mereka ini rajin tahajjud dan membaca Al qur'an serta ibadah yang lain, mengapa
?
Walaupun setingkat Abdullah bin Amru bin Ash, merasa
dirinya tidak baik dan mengatakan aku harus mengikuti jalannya sahabat Anshar
tentang keikhlasannya dalam beribadah. Inilah kerendahan hatinya yang mengakui
kehebatan ibadah orang lain yang walaupun tidak pernah tahujud sekalipun, ia
melihatnya dengan kejernihan hatinya ia merasa dirinya tidak pernah sempurna
karena ia selalu salah dalam hidupnya, inilah yang disebut khusyu' ,takut
kepada Allah.
Orang yang takut kepada Allah akan selalu melihat
keadaan dirinya selalu salah , sehingga setiap saat ia selalu istigfar. Kasus
sahabat anshar yang tidak pernah sholat malam tetapi ia masuk surga, merupakan
kaidah bahasa yang memerlukan kefahaman tinggi tentang uslub peristiwa ini.
Kita memilih dan mengikuti yang mana? Malam tanpa
tahajud atau tahajud? Saya memilih tahajud sebagaimana Rasulullah dan sahabat
yang tahajud,ketika 'Amr bin ash mengakui ibadah orang lain lebih baik
sedangkan dirinya merasakan tidak baik
maka sesungguhnya 'Amr bin ash lah orang yang terbaik. (Abu Sangkan)
Posting Komentar