Go Ihsan - Berlebihan dalam bergaul adalah penyakit
parah yang menyebabkan segala maksiat. Berapa banyak kenikmatan yang
dihilangkan oleh percampuran dan pergaulan? Berapa banyak permusuhan yang
ditanamkan oleh pergaulan? Berapa banyak pergaulan menanamkan di dalam hati
pengaruh-pengaruh yang dapat menghancurkan gunung yang kukuh, sedangkan
pengaruh tersebut di dalam hati tidak dapat hilang?
Maka, di dalam pergaulan yang berlebihan
terdapat kerugian dunia dan akhirat. Hendaknya seorang hamba hanya mengambil
pergaulan sekadar kebutuhan dan menjadikan manusia di dalam pergaulan itu
menjadi empat bagian. Bila salah satu bagian bercampur dengan bagian lainnya
dan tidak membedakan bagian-bagian itu, maka akan masuk kepadanya kejahatan.
Pertama, teman bergaul itu laksana makanan, tidak mungkin bisa
ditinggalkan pada waktu siang dan malam. Apabila ia telah mengambil
kebutuhannya dari orang itu, ia akan meninggalkan pergaulan dengannya. Apabila
ia membutuhkannya lagi, maka ia akan kembali padanya, begitu seterusnya. Orang
macam ini lebih kuat dari api yang merah. Mereka itu adalah para ulama yang
tahu tentang Allah dan perintah-Nya, tipuan-tipuan musuh-Nya, penyakit-penyakit
hati dan obat-obatnya. Bergaul dengan kelompok ini membawa keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Kedua, teman bergaul itu laksana obat. Yaitu, yang
dibutuhkan ketika datang penyakit. Maka, selama engkau sehat, engkau tidak
perlu bergaul dengannya. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak boleh tidak,
pasti kamu bergaul dengannya dalam kemaslahatan kehidupan. Mereka adalah
orang-orang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau orang yang
dibutuhkan dalam macam-macam hubungan pekerjaan, hubungan sosial, bermusyawarah
dan pengobatan dan lain-lainnya. Apabila engkau telah menyelesaikan kebutuhanmu
dari bergaul dengan kelompok ini, maka akan ada kelompok ketiga.
Ketiga, mereka adalah orang yang bergaul dengannya bagaikan
penyakit dengan berbagai macam tingkatan, bentuk, kekuatan dan kelemahannya. Di
antara mereka ada yang bergaul dengannya bagaikan penyakit yang ganas dan
penyakit menahun. Teman seperti ini tidak memberikan keuntungan baik dalam
agama maupun dalam kehidupan dunia. Malah, jika engkau bergaul dengannya,
engkau akan merugi dalam agama dan dunia atau salah satu dari keduanya. Orang macam
ini, jika engkau bergaul dengannya dan berhubungan erat denganmu, maka ia
bagaikan penyakit kematian yang sangat mengerikan.
Di antara mereka ada yang bagaikan
penyakit gigi, sangat menyiksamu. Jika ia meninggalkan kamu, maka rasa sakitnya
akan hilang. Ada juga teman bergaul yang seperti penyakit demam. Yaitu, orang
yang berat bicara dan dibenci pikirannya. Dia adalah orang yang tidak baik
pembicaraannya sehingga engkau dapat mengambil manfaat (dari pembicaraannya).
Dia tidak pandai mendengarkan sehingga ia dapat mengambil manfaat darimu. Dia
tidak mengetahui dirinya, sehingga ia metelakkannya sesuai posisinya.
Bahkan, kalau berbicara, maka bicaranya
seperti tongkat, memukul hati para pendengar. Sedangkan, ia merasa bangga dan
senang dengan perkatannya. Maka, dia bagaikan mengeluarkan kentut dari mulutnya
setiap kali berbicara. Sedangkan, dia menyangka bahwa ia bagaikan parfum yang
mengharumkan majelis. Apabila dia diam, maka ia lebih berat dari setengah
penggilingan padi yang besar yang tidak kuat di bawa atau ditarik di atas
tanah.
Imam Syafi’i berkata, “Tidak ada
seorangpun yang duduk di sampingku dari orang yang berat kecuali aku dapatkan
di sisi tempat ia berada lebih rendah dari sisi yang lain.” Suatu hari aku
melihat di sisi syaikh kami (Ibn Taimiyah -guru Ibnul Qoyyim) seorang dari
jenis ini. Syaikh membawanya, sedangkan saya sudah melemah kekuatanku untuk
membawanya. Maka, syaikh menoleh kepadaku dan berkata, ‘Mempergauli orang yang
berat bagaikan demam empat (demam yang datang setiap hari keempat). Akan
tetapi, ruh kita telah kecanduan penyakit demam. Sehingga, sudah menjadi
kebiasaannya.’ Atau sebagaimana yang ia katakan.”
Secara umum, mempergauli penentang demam
bagi ruh adalah perkara yang terhamparkan dan mesti ada. Barangsiapa yang dunia
tidak berpihak kepadanya, yaitu dengan diuji dengan satu orang semacam ini,
maka dia tidak harus mempergauli dan mencampurinya. Hendaklah ia bergaul dengan
orang jenis ini dengan baik sehingga Allah menjadikan baginya jalan keluar.
Keempat, teman bergaul yang hanya akan mendatangkan kebinasaan
bagaikan memakan racun. Jika kebetulan menemaninya, maka hendaklah ia makan
penawar racun. Kalau diberikan taufik akan mendapatkan obat yang menyelamatkan
dari racun ini, yaitu seorang teman yang shalih yang akang menyelamatkan dari
musibah ini. Kalau tidak (mendapatkan teman yang shalih), maka lebih baik
di-ta’ziyah (karena kebinasaannya). Alangkah banyaknya orang macam ini di
kalangan manusia, semoga Allah tidak memperbanyak orang macam ini. Mereka itu
adalah ahli bid’ah dan kesesatan. Mereka adalah orang-orang yang menentang
sunnah Rasulullah bahkan menyerukan kepada yang sebaliknya. Mereka adalah
orang-orang yang mencegah dari jalan Allah dan mengharapkannya bengkok. Maka,
mereka menjadikan bid’ah menjadi sunnah dan menjadikan sunnah mejadi bid’ah.
Mereka menjadikan yang ma’ruf menjadi munkar dan menjadikan yang munkar menjadi
ma’ruf.
Jika kamu sucikan tauhid diantara mereka,
mereka mengatakan, “Kamu mencela kemuliaan para wali dan orang-orang saleh”.
Jika kamu murnikan ittiba’ mengikuti Rasulullah, mereka berkata, “Kamu telah
memusnahkan para ulama yang patut diikuti.” Jika kamu menyifatkan Allah dengan
sifat-sifat yang Allah sifatkan dirinya sendiri dan sifat-sifat yang disifatkan
oleh Rasulullah tanpa berlebihan dan kekurangan, mereka mengatakan, “Kamu
adalah orang-orang musyabbihin (yang menyerupakan Allah).”
Jika kamu memerintahkan sesuai dengan apa
yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dari perbuatan baik dan kamu melarang
sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya larang dari perbuatan munkar, maka
mereka mengatakan, “Kamu adalah orang-orang yang terkena fitnah”. Jika kamu
mengikuti sunnah dan meninggalkan yang bertentangan dengannya, maka mereka
mengatakan, “Kamu termasuk orang-orang ahli bid’ah yang menyesatkan”.
Apabila kamu memutuskan tali keduniaan
karena hanya beribadah menuju Allah dan kamu tinggalkan mereka berkubang dalam
bangkai dunia, maka mereka mengatakan, “Kamu adalah termasuk orang-orang yang
terkacaukan”. Jika kamu meninggalkan apa yang telah kamu kerjakan dan kamu
mengikuti hawa nafsu mereka, maka kamu di sisi Allah termasuk orang-orang yang
merugi dan di sisi mereka termasuk orang-orang yang munafik.
Pegangan yang terkuat adalah hanya dengan
mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya dengan cara membuat marah mereka. Jangan
pedulikan teguran-teguran dan cacian-cacian mereka. Jangan hiraukan celaan dan
kebencian mereka. Karena itu adalah inti dari kesempurnaanmu, sebagaimana
dikatakan dalam syair.
Dan apabila datang pencelaanku dari
orang-orang yang kurang, maka itu adalah saksi sesunnguhnya aku yang lebih
baik.
Dan sungguh menambahkan kecintaanku kepada
diriku, bahwa diriku dibenci oleh orang yang tidak berguna.
Semoga Allah memberikan shalawat dan salam
kepada junjuan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya
dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan biak sampai
hari pembalasan.
Dikutip dari kitab Tafsir Surah
Mu’awadzatain, Surat Al-Falaq dan An-Naas Melindungi dari Kejahatan Jin dan
Manusia, Imam Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah, Akbar,2002
Sumber:muslimah.or.id
Posting Komentar