Go Ihsan - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat,
Anwar Abbas, menegaskan, literasi bangsa Indonesia harus berdasarkan yang haq
(kebenaran) dan dijauhkan dari hoax serta
hal-hal yang tidak benar.
Literasi, tambahnya, juga harus berdasarkan keilmuan. Ilmu
itulah yang harus bertugas menjelaskan itu semua.
“Inilah arti dan manfaat Lembaga Pentashih Buku dan Konten
Keislaman (LPBKI) MUI,” ucapnya saat membuka acara Sarasehan Nasional
“Penguatan Literasi Islam dan Kebangsaan Generasi Milenial” di Gedung Perintis
Kemerdekaan, Jakarta, pada Kamis (24/01/2019).
MUI berharap Islam dan kebangsaan tidak dibenturkan dalam hal
ini khususnya lewat literasi.
MUI, kata Anwar, ingin buku-buku yang ada tidak membenturkan
Islam dan kebangsaan. Sebab ia melihat ada sebagian kalangan tertentu yang
berusaha mempertentangkan keduanya.
“Islam sebelah sana, kebangsaan sebelah sini. Kebangsaan
sebalah sana, Islam sebelah sini. Saya rasa tidak ada ceritanya ini,” ujarnya.
Kalau konsisten dengan falsafah Pancasila, lanjut Anwar, maka
siapapun dan dimanapun posisinya, mereka harus menghargai bahwa sila pertama
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karenanya, ia menegaskan, tidak boleh ada perkataan yang bertentangan
dengan sila pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima Pancasila.
Sementara itu, ia melihat, literasi saat ini banyak yang
bertentangan dengan Pancasila. Seperti, ia mencontohkan, buku ekonomi yang
mengajarkan kapitalisme dan liberalisme, atau mengajarkan pikiran sosiolog yang
sekular.
“Kalau begitu, maka negeri ini menurut saya tidak akan
semakin mendekat pada negara yang berfalsafahkan Pancasila, tapi bergerak ke
arah liberalisme, kapitalisme, dan sekularisme,” ujarnya.(Hidayah)
Posting Komentar