Go Ihsan - Menjadi penghafal Al-Qur’an memiliki
keistimewaan dan kebanggaan tersendiri. Betapa tidak, Allah melimpahkan banyak
kebaikan dan keutamaan kepada para penghafal Al-Qur’an. Ini mengingat, seorang
penghafal Al-Qur’an menjadi sebuah sarana di dunia untuk menjaga kitab
suci-Nya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami yang
menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya” (Qs Al-Hijr 9).
Namun alangkah lebih baiknya jika
Al-Qur’an dihafal sejak usia dini. Karena pada masa itu otak mereka masih
bersih, sehingga bagai mengukir di atas batu. Al-Qur’an bisa membuat otak anak
menjadi lebih cerdas. Selain itu, seorang anak yang menghafal Al-Qur’an bisa
menjadi sarana bagi orangtua mendapatkan keutamaan dari Allah. Dan tentunya,
orangtua, pendidik, dan pengajar memiliki peran besar dalam mendidik anak agar
mau mencintai dan menghafal Al-Qur’an.
Selain menerapkan metode penghafalan
Al-Qur’an yang sesuai dengan anak-anak, para orangtua dan pendidik pun harus
menyadari berbagai faktor penghambat kecintaan anak terhadap Al-Qur’an. Dalam
bukunya Kaifa Nuhabbib Al-Qur’an li Abna`ina, DR. Sa’ad Riyadh menuliskan
beberapa penghambat tersebut di antaranya:
1. Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan
anak
Ketidaktahuan karakteristik pertumbuhan
anak, sehingga guru atau orangtua memperlakukan anak didiknya tanpa mengetahui
kondisi yang dihadapi anak. Jelas hal demikian akan memicu terjadinya
kesalahan.
2. Miskin metode dan sarana pengajaran
Miskin metode dan sarana pengajaran, atau
guru bersikukuh menerapkan metode pengajaran yang menyebabkan kebosanan dalam
diri anak. Hal ini menyebabkan anak tidak konsisten dalam mencintai Al-Qur’an.
3. Polusi wawasan dan informasi
Polusi wawasan dan informasi yang ada di
sekitar anak dapat menyibukkan hati dan daya ingat anak dengan hal-hal yang
diyakininya sebagai suatu kemajuan dan modernitas. Misalnya adalah
nyanyian-nyanyian dan tayangan-tayangan sinetron yang tidak mendidik. Semua hal
tersebut dapat memalingkan anak dari mencintai dan menghafal Al-Qur’an.
4. Pemahaman dan paradigma guru yang
keliru
Pemahaman dan paradigma keliru yang
terdapat pada diri guru. Misalnya guru melakukan pemaksaan dalam mengajar, atau
memberlakukan pemaksaan dalam mengajar, atau menerapkan hukuman yang keras, atau
mengusik harga diri anak ketika memberikan pengarahan dan perintah. Hal-hal
tadi menyebabkan anak terhalang dari kecintaan kepada Al-Qur’an.
5. Sahabat yang buruk
Secara umum, sahabat yang buruk juga
menjadi faktor penyebab kegagalan anak dan menjadi penyebab negatif hubungan
anak dengan Al-Qur’an. Teman yang buruk juga menjadi penyebab utama yang
meruntuhkan bangunan pendidikan yang sebelumnya telah dirintis oleh orang tua
atau pendidik.
6. Tidak konsisten dalam memberikan
perintah dan arahan.
Hal ini akan menyebabkan reaksi negatif
pada diri anak serta berpengaruh terhadap hubungan cinta antara anak dan
orangtua. Dan pada gilirannya akan menyebabkan hubungan yang tidak baik antara
anak dan Al-Qur’an. Contoh dari inkonsistensi pendidikan adalah ketika sang
ayah bertindak disiplin dalam mengajarkan Al-Qur’an, sementara si ibu terlalu
memanjakan anak, atau sebaliknya. Atau bisa juga pada satu waktu orangtua atau
pendidik intens memantau perkembangan anak, namun pada di waktu lainnya mereka
sepertinya tidak memberikan perhatian kepada sang anak.
Demikianlah, semoga ke depannya kita bisa
lebih mumpuni dalam mendidik anak untuk menghafal Al-Qur’an. Karena salah satu
amanah yang harus ditunaikan orangtua adalah menjadikan anak-anak agar
mencintai dan dekat dengan Al-Qur’an; memahami serta menghafalnya. Hal ini
menjadi investasi besar yang ditanamkan para orangtua untuk kelak mendapatkan
keutamaan serta pahala dari Allah SWT. Karena balasan Allah SWT di akhirat
tidak hanya bagi para penghafal dan Al-Quran saja, namun cahayanya juga
menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu
kepadanya dengan berkah Al-Qur’an.
Dari Buraidah dia berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya,
maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada Hari Kiamat, cahayanya seperti
cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang
tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan
jubah ini?” dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Al-Qur’an” (Hadits riwayat Al-Hakim dan dia menilainya shahih
berdasarkan syarat Muslim [1/568], dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini
juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya [21872] dan Ad-Darimi dalam
Sunan-nya [3257]).
Kedua orangtua mendapatkan kemuliaan dari
Allah, karena keduanya berjasa mengarahkan anaknya untuk menghafal dan
mempelajari Al-Quran sejak kecil. Dan dalam hadits di atas juga terdapat
dorongan bagi para ayah dan ibu untuk mengarahkan anak-anaknya menghafal
Al-Qur’an sejak dini. [ganna pryadha/voa-islam.com]
Posting Komentar