Go Ihsan -
Museum Islam Australia yang didirikan oleh komunitas muslim di Melbourne
telah menjadi sumber pengajaran penting untuk mengatasi stereotipe terhadap
Islam. Museum ini merupakan galeri bagi
sosok muslim teladan yang telah berkontribusi positif di Australia.
Komunitas
muslim di Melbourne belakangan sangat prihatin dengan masih berlanjutnya
penyerangan terhadap wanita berhijab dan kasus-kasus Islamofobia lain dan juga
kekhawatiran warga lokal mengenai terorisme.
Selama
beberapa waktu terakhir juga banyak sorotan terhadap radikalisasi di kalangan
anak muda pasca kematian remaja bernama Numan Haider di luar Kantor Polisi
Melbourne dan penangkapan sejumlah remaja atas tuduhan kejahatan terorisme,
termasuk remaja berusia 16 tahun di Sydney pada Hari Anzac lalu.
Penyerangan
dan sikap Islamofobia di masyarakat inilah yang dikeluhkan oleh sejumlah
pelajar sekolah Islam di Melbourne. Mereka mengaku kerap merasa tertekan karena
menjadi sasaran bullying yang jelas terutama bagi oknum Islamophobia.
"Sebagai
remaja puteri kami merasakan tekanan yang lebih besar karena kami bisa dengan
mudah dikenali dan hal itu membuat kami terkadang merasa tidak aman," kata
salah satu pelajar muslim, Eda Inanir.
"Seragam
yang dikenakan oleh pelajar sekolah muslim sangat mudah dikenali," kata
pelajar yang lain, Omer Hassan.
"Seragam
kami berbeda dengan sekolah yang lain, jadi kita menjadi semacam target yang
mudah," katanya.
Walid Mawas
menceritakan insiden memalukan di kereta yang dialaminya ketika pergi bersama
adik perempuannya. "Ada seorang pria menyerang saya hanya karena Saya
bersama dengan adik perempuan saya yang menggunakan penutup kepala dan mereka
menyerang saya," katanya.
"Mereka
menyebut kami binatang, Saya tidak menanggapinya, Saya memilih diam tapi
sebenarnya Saya merasa malu membayangkan pandangan orang lain terhadap kami
sedemikian," tuturnya.
Untuk
mengatasi masalah stereotipe inilah komunitas muslim di Melbourne kemudian
mendirikan Museum Islam Australia (IMA) di daerah Thornbury.
Sejak dibuka
pada awal tahun 2014, Museum Islam di Melbourne ini telah dikunjungi lebih dari
20 ribu orang termasuk 200 kelompok pelajar dari berbagai latar belakang baik
sekolah muslim maupun sekolah non muslim.
Ilim College
secara rutin membawa murid-muridnya ke museum Islam di Melbourne ini yang juga
merupakan galeri untuk menunjukan peran dan kontribusi masyarakat Islam di
Australia — termasuk para penunggang unta dari Afghan yang membantu membuka
kawasan pedalaman di Australia dan memamerkan peran pesepakbola Australia
Bachar Houli.
Kepala
Sekolah dari Sekolah Islam khusus puteri, Zeynep Sertel mengatakan sosok muslim
panutan yang banyak diungkap di museum ini sangat penting bagi kalangan remaja
Islam.
"Menurut
Saya Museum seperti ini sangat penting untuk dikunjungi generasi muda dan
memberikan mereka arah dan pemandangan yang benar mengenai Islam,"
katanya.
"Mereka
melihat teladan yang baik di museum telah banyak melakukan hal-hal positif bagi
masyarakat Australia - dan itu akan membuat mereka berpikir saya tidak berbeda
dengan sosok panutan itu dan saya bisa melakukan hal positif lainnya
juga," tuturnya.
Menurut
Pendiri IMA, Moustafa Fahour, museum ini juga menjadi media mereka mengatasi
doktrinasi keliru mengenai Islam yang banyak dikampanyekan di internet.
Ia mengatakan
umat Islam perlu bersatu dan merangkul remaja untuk mengatasi pemahaman keliru
mengenai Islam dengan menunjukan kepada generasi muda Islam yang
sesungguhnya dengan apa yang selama ini disalahartikan.
"Semua
upaya ini bertujuan untuk merangkul remaja, bagaimana kita bisa menjalin
hubungan kembali dan berbagi dengan mereka mengenai apa itu sesungguhnya Islam
- memberikan informasi faktual mengenai Islam," jelasnya.
"Kita
perlu membedakan apa itu kebudayaan dan apa itu agama, dan sayanya hal seperti
ini justru sering dicampuradukan," kata manager museum, Wafa Fahour.
"Jadi
kita tidak hanya mengedukasi kalangan non-muslim saja, tapi kita juga perlu
mendidik anak-anak muslim agar tidak mencampuradukan agama dan budaya,"
jelasnya.
Sementara
itu, seorang pelajar dari Ilim College mengaku museum seperti ini menanamkan
rasa bangga pada dirinya.
"Saya
tidak mengetahui sebelumnya kalau orang Islamlah yang pertama membangun
universitas di dunia," kata pelajar bernama Walid Mawas.
"Saya
juga mempelajari kalau orang pertama yang terbang di dunia ini ternyata juga
adalah orang muslim, saya tidak tahu hal itu sebelumnya," kata Asmaa
Hussein. (RA)
Posting Komentar