Go Ihsan - Oleh: Moch Hisyam
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS al-Kautsar (108): 1-3). Susunan ayat 1 sampai 3 dari surah al-Kautsar di atas, menunjukkan kebijaksanaan dan keadilan Allah SWT. Allah tidak menetapkan suatu perintah kecuali Dia telah memberikan sesuatu yang dengannya manusia akan mampu melaksanakan titah-Nya.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS al-Kautsar (108): 1-3). Susunan ayat 1 sampai 3 dari surah al-Kautsar di atas, menunjukkan kebijaksanaan dan keadilan Allah SWT. Allah tidak menetapkan suatu perintah kecuali Dia telah memberikan sesuatu yang dengannya manusia akan mampu melaksanakan titah-Nya.
Ini merupakan
salah satu bentuk kebijaksanaan Allah SWT. "Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya." (QS al-Baqarah (2): 286). Karena itu, salah satu hikmah
disyariatkannya berkurban pada 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijah adalah Allah SWT
hendak mengajarkan kepada kita tentang kebijaksanaan. Tidak berlaku aniaya dan
tidak berbuat zalim baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Bentuk nyata
bahwa kurban mengajarkan kepada kebijaksanaan dapat kita lihat dari sikap Nabi
Ibrahim AS saat beliau mendapatkan perintah menyembelih anaknya, yaitu Ismail
yang kemudian diganti oleh Allah SWT dengan sembelihan yang besar. Beliau tidak
langsung menyembelih anaknya, tapi ia meminta pendapat anaknya terkait perintah
tersebut.
Allah SWT
berfirman, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia
menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS ash-Shaffat
(37): 102)
Kebijaksanaan
merupakan kebajikan yang tertinggi. Ia adalah sikap dasar yang bila semua sikap
dilandasi kebijaksanaan maka akan terlahir kebaikan. Sikap bijaksana sangat
dibutuhkan, terutama saat menunjukkan keadilan, ketegaran, dan pengendalian
diri. Bersikap bijaksana berarti bisa membuat suatu keputusan atau tindakan
berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku dan mampu menjalani kehidupan
sehari-hari secara cerdas dan penuh pertimbangan.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bijaksana didefiniskian: Pertama, selalu menggunakan
akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; kedua,
pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan dan
sebagainya. Dari sini bisa kita pahami, untuk menjadi orang bijaksana kita
harus memiliki pengetahuan mendalam, ketajaman pikiran, dan kemampuan menguasai
diri.
Karena itu,
orang bijaksana adalah orang yang memiliki emosi stabil, wawasan luas dan
visioner, sehingga ia akan tercegah dari kezaliman, kemarahan, dan kejahilan.
Jika semua kita baik sebagai pemimpin maupun masyarakat memiliki sikap
bijaksana maka keadilan, saling menghormati dan menghargai akan mewarnai
kehidupan kita yang mengantarkan kita kepada kehidupan yang lebih baik.
Untuk itu,
mari kita sambut hari raya kurban 1438 H dengan rasa syukur yang dibuktikan
dengan melaksanakan kurban dan menggali hikmahnya, agar makna hari raya ini
tidak terhenti sampai penyembelihan hewan kurban dan mendistribusikannya.
Namun, maknanya tetap melekat sepanjang kehidupan kita di dunia ini yang salah
satunya adalah terkait dengan kebijaksanaan. Wallahu a'lam. (sumber: Republika)
Posting Komentar