Halloween party ideas 2015

Go Ihsan -  “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain.” (HR. Bukhari – Muslim).

Meski Rasulullah Saw berkali-kali mengingatkan umatnya tentang arti persaudaraan, namun tetap saja diantara kita saling menyakiti, saling merendahkan dan saling menjatuhkan satu sama lain. Simaklah nasihat Rasulullah Saw sekali lagi.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.al-Hujuraat:10).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda:“Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh, apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam.” (HR. Muslim).
Ilustrasi
Dalam persahabatan perselisihan karena berbeda pendapat dan ijtihad itu adalah hal yang biasa. Namun tidak serta merta jalinan ukhuwah dan silaturahim menjadi terputus. Ingatlah, Allah Swt berfirman:
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara…” (QS. Ali Imran: 103).
Perselisihan dan pertengkaran diantara kaum muslim, adalah akibat tidak menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk. Selama ini, kita merasa diri sudah beriman, paling shaleh, dan merasa sudah menjalankan sunnah-Nya. Sementara ia tidak menyadari dirinya telah merendahkan martabatnya terhadap sesama muslim, selalu berprangsaka tidak baik dan menggunjing keburukannya.
Ingat-ingat lagi sabda Rasulullah saw: “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim dari Anas ra).
Karena itu, seseorang belum dapat dikatakan bertakwa sebelum ia mencintai saudaranya. “Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf: 67).
Menarik untuk disimak dari riwayat ini. Dari ‘Itban bin Malik, ia berkata, “Pada sebuah kunjungan, beliau mengerjakan shalat di rumah kami. Seusai shalat beliau bertanya, “Dimana gerangan Malik bin ad-Dukhsyum?
Ada seorang yang menyahut, “Dia adalah seorang munafik, tidak mencintai Allah dan Rasulnya!” Rasulullah segera menegur seraya berkata: “Jangan ucapkan demikian, bukankah kamu mengetahui dia telah mengucapka kalimat syahadat La ilaha illallah? Semata-mata mengharapkan pahala melihat ‘wajah’ Allah? Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah semata-mata mengharapkan pahala melihat ‘wajah’ Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah semata-mata mengharapkan pahala melihat ‘wajah’ Allah. (Muttafaq’ alaih)
Sangat tidak dibenarkan, seorang muslim memberi kesaksian palsu mengenai perilaku saudaranya yang tidak terbukti kebenarannya.
1. Menutup Aib Saudaranya
Sesama saudara muslim bukanlah rival. Namun Islam mengajarkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Ketika persaingan itu terjadi, acapkali kita menebar cela dan cacat saudaranya, kerap berprasangka, hingga terbetik keinginan untuk menghancurkan kredibelitasnya. Sesungguhnya itu perbuatan zalim.
Bukankah Allah berfirman dalam Al Qur’an: “….Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (pangilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. al-Hujuraat: 11-12).
Sebagai muslim, seharusnya kita menutup segala aibnya di masa lalu.“Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari Kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Orang yang menutup aib saudaranya akan dijamin masuk surge, seperti sabda Rasulullah saw: “Tidaklah seseorang melihat aib saudaranya lalu dia menutupinya, kecuali dia akan masuk surga.” (HR. Thabrani).
2. Hak dan Kewajiban Muslim
Sungguh sangat disayangkan, jika sesama muslim tidak menegur saudaranya ketika terlibat perselisihan. Diantara mereka merasa gengsi jika menegur lebih dulu. Padahal ukuran seorang yang bertakwa adalah ketika ia menjadi orang yang pertama kali menyapa dan memberi salam kepada saudaranya. Bukan saling berpaling.
Rasulullah saw mengingatkan, “Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari tiga malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Tetapi, orang yang paling baik adalah yang paling dahulu memberi salam.” (HR. Muslim).
Setelah mengucapkan salam, maka iringilah dengan kebajikan yang lain. Kata Rasulullah Saw: “Hak muslim terhadap sesamanya ada enam, Rasulullah ditanya,”Apa saja itu, ya Rasulullah? Beliau menjaw, “Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam, apabila dia mengundangmu penuhilah undangan tersebut, apabila dia meminta nasihat, berikanlah, apabila dia bersin lalu mengucapkan hamdalah jawablah, apabila dia sakit jenguklah, dan apabila dia meninggal dunia, antarkanlah.” (HR. Muslim).
Bahkan, disunnahkan agar sesama muslim saling berjabat tangan yang disertai dengan senyuman yang tulus. “Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Albani).
Hak dan kewajiban seorang muslim kepada saudaranya, adalah membantu saudaranya yang kesusahan, bukan malah mendoakan sesuatu yang buruk menimpanya. Sifat hasud dan dengki itu tidak pantas disandang oleh seorang muslim. Apalagi berniat dan sampai menumpahkan darah saudaranya.
 (Bersambung)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.