Keseharian para ulama memang sangat menakjubkan. Di setiap aktifitasnya selalu bernilai ibadah, sebagaimana kata pepatah Arab,‘adatul ‘abdid ‘ibadah wa ‘ibadatul ghafil ‘adah (kebiasaannya
ahli ibadah itu bernilai ibadah sementara ibadahnya orang lalai itu
hanya bernilai kebiasaan saja). Mereka sangat mahir dalam membagi waktu
dan sangat berhati-hati dalam menggunakan waktunya. Meski mereka
memiliki aktifitas mengajar, akan tetapi tidak lantas melupakan hak
keluarganya. Mereka tahu kapan harus bercengkrama dengan keluarga dan kapan harus pergi mengajar para muridnya. Demikianlah yang terjadi pada diri seorang Syaikh Ahmad rahimahullah.
Berhubungan dengan aktifitas keseharian Syaikh Ahmad, sebaiknya kita
dengar langsung saja penuturan Syaikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar yang memang
hidup sezaman, “(Setelah mengajar para santri di Masjid Al Haram), beliau pulang ke rumah untuk sarapan pagi dan berbaring (tidur-tiduran atau dalam bahasa jawa klekaran) sejenak, lalu kembali bermudzakarah sampai
datang waktu zhuhur. Pergilah beliau ke masjid untuk menunaikan shalat
zhuhur secara berjama’ah. (Usai shalat jama’ah), beliau pulang ke rumah
untuk menyampaikan dua mata pelajar an kepada murid-muridnya, lalu makan
siang dan tidur siang sesaat. Lalu beliau pergi ke masjid untuk
menunaikan shalat ‘Ashar secara berjama’ah, pulang ke rumah menyampaikan
satu pelajaran kepada para santri, kemudian mengulangi (mudzakarah)
pelajaran-pelajarannya hingga datang maghrib. Beliau pun pergi ke
masjid untuk shalat berjama’ah dan menyampaikan satu pelajaran berupa
nasehat dan arahan sampai datang ‘Isya.
Setelah shalat, beliau
pulang ke rumah untuk makan malam dan bercengkrama dengan keluarganya
lalu tidur sedini mungkin. Ia bangun tidur pada sepertiga malam terakhir
dan menyibukkan diri dengan menulis sampai dekat waktu fajar, lalu
pergi ke masjid. Ia pun memulai aktifitasnya seperti biasanya.
Demikianlah beliau menghabiskan hidupnya dalam ketaatan kepada Allah dan
menyebarkan agama-Nya.” [Siyar wa Tarajim (hal. 40)]
G. Akhlak Syaikh Ahmad Al Khathib
Syaikh Ahmad Al Khathib dikenal ditengah masyarakat dengan baik
hatinya, mulia akhlaknya, lurus niatnya, tidak suka menjilat (cari
muka), dan amat murka dengan orang-orang yang sombong, dan lapang dadfa.
Itulah akhlak seorang ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya.
Meski kedudukannya tinggi, namun beliau tidak sombong. Justru dengan
kedudukannya yang tinggi itu, beliau manfaatkan untuk mengajarkan kepada
manusia nilai-nilai positif. Maka tidak heran apabila nama beliau harum
di kalangan manusia dan bahkan berkat akhlak mulianya itu dapat mengundang ratusan santri dari berbagai kalangan untuk belajar kepadanya.
H. Wafatnya Syaikh Ahmad
Pada tanggal 9 Jumadil Ula tahun 1334 H, Allah ‘memanggil’ Syaikh
Ahmad ke hadhirat-Nya setelah sekian lama hidup di dunia yang fana ini.
Ya, jatah beliau tinggal di dunia ini telah habis setelah
mencetak kader-kader yang hingga detik ini masih disebut-sebut. Jasad
beliau memang sudah tiada, namun kehadirannya seakan-akan masih bisa
dirasakan karena keilmuan dan peninggalan-peninggalannya berupa
murid-muridnya yang terus memperjuangkan misi-misinya dan terutama
karya-karya ilmiahnya yang masih terus dibaca hingga hari ini. Rahimahullah wa askanahu fasiha jannatih.
I. Karya Tulis Syaikh Ahmad
Karya-karya tulis Syaikh Ahmad dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
karya-karya yang berbahasa Arab dan karya-karya yang berbahasa Melayu
dengan tulisan Arab. Kebanyakan karya-karya itu mengangkat tema-tema
kekinian terutama menjelaskan kemurnian Islam dan merobohkan kekeliruan
tarekat, bid’ah, takhayul, khurafat, dan adat-adat yang bersebrangan
dengan Al Quran & Sunnah.
Karya-karya Syaikh Ahmad dalam bahasab ’Arab:
- Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli
- Al Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah
- Ad Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Ma’a Wujudil Ushul wal Furu’
- Raudhatul Hussab
- Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz
- As Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir
- Al Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id
- An Natijah Al Mardhiyyah fi Tahqiqis Sanah Asy Syamsiyyah wal Qamariyyah
- Ad Durratul Bahiyyah fi Kaifiyah Zakati Azd Dzurratil Habasyiyyah
- Fathul Khabir fi Basmalatit Tafsir
- Al ‘Umad fi Man’il Qashr fi Masafah Jiddah
- Kasyfur Ran fi Hukmi Wadh’il Yad Ma’a Tathawuliz Zaman
- Hallul ‘Uqdah fi Tashhihil ‘Umdah
- Izhhar Zaghalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin
- Kasyful ‘Ain fi Istiqlal Kulli Man Qawal Jabhah wal ‘Ain
- As Saifu Al Battar fi Mahq Kalimati Ba’dhil Aghrar
- Al Mawa’izh Al Hasanah Liman Yarghab minal ‘Amal Ahsanah
- Raf’ul Ilbas ‘an Hukmil Anwat Al Muta’amil Biha Bainan Nas
- Iqna’un Nufus bi Ilhaqil Anwat bi ‘Amalatil Fulus
- Tanbihul Ghafil bi Suluk Thariqatil Awail fima Yata’allaq bi Thariqah An Naqsyabandiyyah
- Al Qaulul Mushaddaq bi Ilhaqil Walad bil Muthlaq
- Tanbihul Anam fir Radd ‘ala Risalah Kaffil ‘Awwam, sebuah kitab bantahan untuk risalah Kafful ‘Awwam fi Khaudh fi Syirkatil Islam karya Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari yang melarang kaum muslimin untuk nimbrung di Sarekat Islam (SI)
- Hasyiyah Fathul Jawwad dalam 5 jilid
- Fatawa Al Khathib ‘ala Ma Warada ‘Alaih minal Asilah
- Al Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif
Adapun yang berbahasa Melayu adalah: - Mu’allimul Hussab fi ‘Ilmil Hisab
- Ar Riyadh Al Wardiyyah fi [Ushulit Tauhid wa] Al Fiqh Asy Syafi’i
- Al Manhajul Masyru’ fil Mawarits
- Dhaus Siraj Pada Menyatakan Cerita Isra’ dan Mi’raj
- Shulhul Jama’atain fi Jawaz Ta’addudil Jumu’atain
- Al Jawahir Al Faridah fil Ajwibah Al Mufidah
- Fathul Mubin Liman Salaka Thariqil Washilin
- Al Aqwal Al Wadhihat fi Hukm Man ‘Alaih Qadhaish Shalawat
- Husnud Difa’ fin Nahy ‘anil Ibtida’
- Ash Sharim Al Mufri li Wasawis Kulli Kadzib Muftari
- Maslakur Raghibin fi Thariqah Sayyidil Mursalin
- Izhhar Zughalil Kadzibin
- Al Ayat Al Bayyinat fi Raf’il Khurafat
- Al Jawi fin Nahw
- Sulamun Nahw
- Al Khuthathul Mardhiyyah fi Hukm Talaffuzh bin Niyyah
- Asy Syumus Al Lami’ah fir Rad ‘ala Ahlil Maratib As Sab’ah
- Sallul Hussam li Qath’i Thuruf Tanbihil Anam
- Al Bahjah fil A’malil Jaibiyyah
- Irsyadul Hayara fi Izalah Syubahin Nashara
- Fatawa Al Khathib dalam versi bahasa Melayu
(Bersambung Bagian 4)
Sumber — Muslim.Or.Id'
Sumber — Muslim.Or.Id'
Posting Komentar