J. Murid-Murid Syaikh Ahmad Rahimahullah
Mengenai murid - murid Syaikh Ahmad rahimahullah, Siradjuddin
‘Abbas berkata, “Sebagaimana dikatakan di atas bahwa hampir ulama
Syafi’I yang kemudian mengembangkan ilmu agama di Indonesia, seperti
Syeikh Sulaiman Ar Rasuli, Syeikh Muhd. Jamil Jaho, Syeikh ‘Abbas
Qadhli, Syeikh Musthafa Purba Baru, Syaikh Hasan Ma’shum Medan Deli dan
banyak lagi ulama-ulama Indonesia pada tahun-tahun abad XIV adalah murid
dari Syeikh Ahmad Khathib Minangkabau ini.” [Thabaqatus Syafi’iyah
(hal. 406)]
Ucapan senada juga dinyatakan penulis Ensiklopedi Ulama Nusantara di
banyak tempat.Bahkan Dr. Kareel A. Steenbrink membuat satu pasal dalam
Beberapa Aspek:Guru untuk Generasi Pertama Kau Muda. Namun demikian,
tidak salah kiranya kita sebutkan di sini beberapa murid-muridnya yang
menonjol, baik secara keilmuan maupun dakwah yang mereka lancarkan, di antaranya adalah:
- Syaikh ‘Abdul Karim bin Amrullah rahimahullah –ayah Ustadz Hamka-. Seorang ulama kharismatik yang memiliki pengaruh kuat di ranah Minang dan Indonesia. Di antara karya tulisnya adalah Al Qaulush Shahih yang membicarakan tentang nabi terakhir dan membantah paham adanya nabi baru setelah Nabi Muhammad terutama pengikut Mirza Ghulam Ahmad Al Qadiyani.
- Muhammad Darwis alias Ustadz Ahmad Dahlan bin Abu Bakar bin Sulaiman rahimahullah –pendiri Jam’iyyah Muhammadiyyah-.
- Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari Al Jumbangi rahimahullah –salah satu pendiri Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama-.
- Ustadz ‘Abdul Halim Majalengka rahimahullah–pendiri Jam’iyyah I’anatul Mubta’allimin yang bekerja sama dengan Jam’iyyah Khairiyyah dan Al Irsyad
- Syaikh ‘Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad ‘Afif Al Banjari rahimahullah –mufti Kerajaan Indragiri-.
- Muhammad Thaib ‘Umar
- Dan lain-lain.
K. Usaha (Juhud) Syaikh Ahmad dalam Memurnikan Ajaran Islam di Nusantara Khususnya dan Dunia Islam Umumnya
Usaha yang dilancarkan Syaikh Ahmad dalam memurnikan ajaran Islam
dari perkara-perkara bid’ah yang menyesatkan namun tidak disadari di
Nusantara diekspresikan melalui murid-murid dan karya-karyanya.
Adapun melalui karya-karyanya, Syaikh Ahmad sangat gigih dan keras
tanpa kompromi sediktpun dalam memberantas bid’ah, khurafat, tarikat,
ajaran menyimpang dan adat yang bertolak belakang dengan syariat. Dalam
masalah tarekat, misalnya, Syaikh Ahmad menulis minimal tiga kitab rudud (bantahan), yaitu, Izhhar Zaughalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin yang kemudian ditranslit ke dalam tulisan latin oleh A. Arief dengan judul Thariqat Naqasyabandiyah, As Saiful Battar fi Mahq Kalimat Ba’dhil Aghrar , dan Al Ayat Al Bayyinat fi Raf’il Khurafat. Bahasan dalam kitab-kitab ini mengacu kepada kitab Al Ba’its fi Inkaril Bida’ wal Hawadits karya Imam Abu Syamah rahimahullah. Menurut Ustadz Hamka, sebagaimana yang dikutib Ustadz Armen Halim Narorahimahullah dalam salah satu kajiannya, metode bantahan kitab ini –Al Izhhar- persis dengan bantahan yang diberikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah terhadap
orang-orang menyimpang di zamannya. Melalui karya-karya ini pula Syaikh
Ahmad membantah pandangan Syaikh Muhammad Sa’ad Mungka dan Syaikh Ali
Khathib yang gigih mempertahankan tharikat Naqsyabandiyyah.
Sebenarnya melalui judul-judul kitab-kitab Syaikh Ahmad saja kita
sudah faham kurang lebihnya bahasan yang disajikan dalam masing-masing
kitab trsebut. Misalnya kitab Husnud Difa’ fin Nahy ‘anil Ibtida’ yang
berarti pembelaan yang baik tentang larangan melakukan bid’ah, dapat
diasumsikan bahasan dalam kitab ini banyak berbicara masalah bid’ah dan
khurafat di tengah masyarakat. Ini menunjukkan bahwa usaha Syaikh Ahmad
benar-benar sangat berarti dalam pemurniat Islam di negerinya.
Dalam masalah adat yang menyimpang terutama dalam masalah waris dan harta pusaka, Syaikh Ahmad menulis Ad Da’il Mamu’dan Al Manhajul Masyru’. Kedua buku ini dicetak dalam satu jilid dengan Ad Da’il Masmu’ dicetak dipinggiran Al Manhajul Masyru’.
Tidak hanya sapai di situ perjuangan Syaikh Ahmad dalam membersihkan noda-noda keyakinan umat Islam, beliau juga membantah syubhat-syubhat yang
dihembuskan Belanda terutama mempertanyakan keabsahan terjadinya isra’
dan mi’raj di tengah kaum muslimin di Indonesia. Beliau kemudian
membantah syubhat-syubhat dalam bukunya, Dha’us Siraj Pada Menyatakan Isra’ dan Mi’raj yang terbit tahun 1312 H. Berikutnya, beliau juga menulis Irsyadul Hayara fi Radd Syubahin Nashara.
Ada kitab Ar Riyadhul Wardiyyah fil Ushul wal Furu’ yang beliau tulis dalam bahasa Melayu huruf ‘Arab, membicarakan masalah dasar-dasar aqidah-tauhid dan fiqih
syafi’I praktis supaya menjadi pegangan orang-orang yang balu belajar
dan ‘awwam dari kalangan kaum muslimin. Kitab ini sudah dicetak berulang
kali. Allahua’lam.[]
Refrensi:
- ‘Abduljabbar, ‘Umar. 1403 H. Siyar wa Tarajim Ba’dhi ‘Ulamaina fil Qarn Ar Rabi’ ‘Asyar lil Hijrah. KSA: Tihamah
- Al-Hazimi, Ibrahim bin ‘Abdullah. 1419 H. Mausu’ah A’lamil Qarn Ar Rabi’ ‘Asyar wal Khamis ‘Asyar Al Hijri fil ‘Alam Al ‘Arabi wal Al Islami min 1301-1417. KSA: Dar Asy Syarif lin Nasyr wat Tauzi’
- Al-Mu’allimi, ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman. 1421 H. A’lamul Makkiyyin min Al Qarn At Tasi’ ilal Qarn Ar Rabi’ ‘Asyar Al Hijri. KSA: Muassasah Al Furqan lit Turats Al Islami
- Steenbrink, Dr. Karel A. 1984 M. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19. Jakarta: Bulan Bintang
- Dahlan, Dadang A. 2007. Cahaya dan Perajut Persatuan Waliullah Ahmad Khatib Al Minangkabawy. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
- Suprapto, Muhammad Bibit. 2009. Ensiklopedi Ulama Nusantara. Jakarta: Glegar Media Indonesia
- Amrullah, ‘Abdul Malik bin ‘Abdul Karim. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas
- Ad-Dahlawi, ‘Abdus Sattar bin ‘Abdul Wahhab. 1430 H. Faidhul Malikil Wahhabil Muta’ali bi Anba’ Awailil Qarn Ats Tsalits ‘Asyar wat Tawali. KSA: Maktabah Al Asadi
- ‘Abbas, Siradjuddin. 2011. Thabaqatus Syafi’iyah, Ulama Syafi’I dan Kitab-Kitabnya dari Abad ke Abad. Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru
Penulis: Ibnu Mawardi (Muslim.Or.Id )
Posting Komentar