Halloween party ideas 2015

 JERUSALEM, – Panik dan dicekam ketakutan akan kemungkinan naiknya rezim anti-Israel di Mesir apabila Presiden Hosni Mubarak terguling, Israel memerintahkan para diplomatnya menggalang dukungan dunia untuk mempertahankan pemerintahan Mubarak.

Dalam laporan yang dimuat harian Hareetz di Israel, Senin (31/1), Kementerian Luar Negeri Israel disebut telah mengirimkan pesan kepada para diplomatnya di luar negeri untuk mengingatkan negara-negara tempat mereka bertugas bahwa mempertahankan stabilitas rezim di Mesir saat ini menjadi kepentingan Barat dan Timur Tengah.

”Untuk itu, kita harus membatasi kritik publik terhadap Presiden Hosni Mubarak,” demikian bunyi pesan diplomatik yang dikirim ke lebih dari selusin kedutaan besar Israel di Amerika Serikat, Kanada, Rusia, China, dan beberapa negara Eropa.

Saat dikonfirmasi oleh Agence France Presse, baik juru bicara Kemlu Israel maupun Kantor Perdana Menteri Israel menolak membenarkan atau menyangkal isi laporan Hareetz itu. Jika laporan tersebut benar, berarti Israel menjadi negara kedua setelah Arab Saudi yang mendukung Mubarak.

Israel hingga saat ini masih berusaha bersikap tenang dan menahan diri untuk tidak berkomentar tentang situasi memanas di Mesir. PM Benjamin Netanyahu, Minggu, memerintahkan para menterinya untuk tidak berkomentar soal Mesir secara terbuka.

Namun, di balik ketenangan sikap Israel itu tersimpan ketakutan yang sangat besar. Berita-berita utama koran di Israel, Minggu pagi, menyiratkan ketakutan itu dengan judul-judul, seperti ”Langkah Mundur 30 Tahun”, ”Yang Menakutkan Kita”, dan ”Sendirian”.

Sejak menjadi negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979, Mesir menjadi satu-satunya ”sekutu” Israel di kawasan Timur Tengah.

”Mesir dan Israel punya kepentingan strategis yang sama. Untuk mengatakan mereka sekutu, sepertinya terlalu berlebihan. Namun, paling tidak, kedua negara itu tak saling berperang,” tutur Shlomo Avineri, pakar politik dari Hebrew University, Israel.

Avineri menambahkan, Mesir adalah negara kekuatan utama di dunia Arab. ”Tidak ada negara (Arab) lain yang akan berperang (melawan Israel) tanpa melibatkan Mesir,” tutur dia.

Para pejabat pertahanan Israel pun dikabarkan mulai mempertimbangkan menggeser konsentrasi kekuatan militer mereka ke arah perbatasan Mesir di selatan.

Mesir, selain terikat perjanjian damai, membantu menekan Hamas di perbatasan Gaza, mendukung proses perdamaian Israel- Palestina, dan ikut menghalangi ambisi Iran, juga memasok 40 persen kebutuhan gas alam Israel.

Merusak perdamaian Mantan Duta Besar Israel untuk Mesir, Eli Shaked, mengatakan, jika rezim Mubarak betul-betul tumbang, siapa pun yang berkuasa di Mesir setelah itu akan merusak perdamaian Mesir-Israel. ”Satu-satunya pihak yang mendukung perdamaian hanya orang-orang di lingkaran dalam Mubarak,” tulis Shaked dalam artikel di harian Yedioth Ahronoth.

Ketakutan utama Israel adalah apabila golongan Islam fundamentalis, seperti Ikhwanul Muslimin, berkuasa di Mesir pasca-Mubarak. ”Dalam situasi kaos seperti ini, kelompok-kelompok seperti Ikhwanul Muslimin diuntungkan karena mereka paling terorganisasi dan memiliki tujuan pasti,” tutur pakar Timur Tengah dari Haifa University, Benjamin Miller.

Berbagai kalangan di Israel juga menyayangkan sikap Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin negara-negara Eropa yang seolah meninggalkan Mubarak di tengah krisis. Harian Ma’ariv memuat artikel berjudul ”Paman Sam Menembak dari Belakang”.

Pejabat tinggi Israel, yang dikutip Hareetz, menyebut orang- orang Amerika dan Eropa terhanyut dalam opini publik dan tidak mempertimbangkan kepentingan Barat yang sejati.

”Meski bersikap kritis terhadap Mubarak, mereka harus membuat teman mereka merasa tidak 
ditinggal sendirian. Jordania dan Arab Saudi melihat bagaimana semua orang (di Barat) meninggalkan Mubarak dan itu akan menimbulkan implikasi serius,” tutur pejabat tersebut.
-Kompas.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.