Kejahatan yang terjadi di Mesir telah melampaui batas-batas toleransi
kemanusiaan. Ribuan warga tidak berdosa yang tengah menyuarakan
aspirasi melalui demontrasi damai dibunuh dengan cara keji, di tembak
dan dibakar oleh rejim militer. Lebih sadis lagi pembantaian manusia
ini, tidak hanya dilakukan di arena demontrasi tapi juga di
masjid-masjid yang merupakan simbol peribadatan umat Islam. Dan bahkan
tanpa pandang bulu, militer juga membantai 30 ulama Al Azhar yang ikut
berdemonstrasi damai.
Demikian diungkapkan Koordinator World
Islamic Society for Democracy and Humanity (WISDOM) Agus Setiawan,
Jum’at (16/8) siang ini di depan Kedubes AS.
Lebih lanjut Agus mengatakan, oleh karena itu seluruh masyarakat Islam dunia menyatakan menentang dan mengutuk kejahatan kemanusiaan di negeri Piramida tersebut, yang saat ini tercatat telah menelan lebih dari 6000 korban dibantai,
“Sebagai bentuk solidaritas, WISDOM menggelar
aksi demontrasi besar-besaran bersama seluruh komponen masyarakat dan
tokoh masyarakat di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta Pusat,
yang diawali dengan sholat Jum’at bersama di Masjid Istiqlal,” tegas
alumnus Universitas Al Azhar Mesir.
Agus menambahkan dalam aksi ini, atas nama seluruh masyarakat Indonesia, WISDOM menuntut kepada PBB sebagai polisi dunia untuk segera mengambil tindakan tegas atas tragedi kemanusiaan di Mesir dengan menyeret Jenderal Abdul Fatah El Sisi ke Mahkamah Internasional sebagai aktor utama pembantaian di Mesir.
“WISDOM juga meminta Kepada Presiden
Amerika Serikat Barack Obama, sebagai negara yang menjunjung tinggi
demokrasi untuk segera menghentikan sifat kemunafikannya dalam
berdemokrasi, agar masyarakat dunia tidak kehilangan kepercayaan pada
demokrasi,” ujarnya penuh semangat.
Sementara
itu di dalam negeri, WISDOM meminta pemerintah Indonesia untuk bereaksi
lebih konkrit atas peristiwa pembantaian di Mesir dengan menarik duta
besar RI untuk Mesir, mengingat Mesir memiliki lagenda sejarah dan
hubungan yang harmonis dengan Indonesia. Mesir adalah negara pertama
yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia pada tahun
1945, dan saat Aceh tertimpa Tsunami tahun 2004, Dr. Mohammad Mursi
terjun langsung membantu ke Aceh untuk memberikan bantuan.
Indonesia juga memiliki kebijakan Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif, selain itu dalam Pembukaan UUD 1945 RI ditegaskan bahwa pemerintahan Indonesia harus ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Jadi tunggu apa lagi,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus segera bertindak, jangan hanya
berdiam diri, agar negeri ini tidak dianggap sebagai negeri yang tidak
tahu berbalas budi,” pungkas Agus.
Aksi bertajuk “Darah Mereka, Darah Kami” ini, juga akan dihadiri oleh KH. Sadeli Karim (ketua Umum PB Matla’ul Anwar, dan Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, MA. (ketua Ikatan Da’I Indonesia/IKADI), Dede Nurhasan (Persaudaraan Umat Islam/PUI). (sbb/dkw)
Redaktur: Saiful Bahri
Posting Komentar