Oleh: Yusdeka Putra
Masalah Utama Kita ...
Masalah utama yang
kita hadapi sekarang adalah, bagaimana cara kita memilih sesuatu sebagai diri
kita, sebagai badan kita. Diri atau badan yang akan kita pakai sebagai alat
kita dalam mengarungi kehidupan ini. Kita mau memilih apa, mau mengakui apa
sebagai diri kita, sebagai badan kita.
Kalau kita mau memakai
hanya sekedar tubuh, fisik kita sebagai badan atau diri kita, maka tidak ada
beda yang signifikan antara kita dengan binatang. Sama..., bahkan level kita
bisa lebih rendah dari binatang.
Kalau kita mau memakai
pikiran kita atau persepsi kita, yang sangat berkorelasi positif dengan
perasaan kita sebagai badan atau diri kita, maka siap-siaplah kita memasuki
wilayah keramaian dan gegap gempita pikiran-pikiran dan persepsi-persepsi orang
lain disekitar kita. Setiap pikiran yang kita jadikan sebagai diri atau badan
kita, maka akan menimbulkan sebuah perasaan tertentu sebagai pasangannya.
Pikiran berpasangan dengan perasaaan. Kalau keduanya itu yang kita jadikan
sebagai diri atau badan kita, maka kita akan dibawa dari satu pikiran dan
perasaan kepada pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan lainnya selama kita
memakai pikiran dan perasaan itu sebagi diri atau badan kita. Dan itu bisa
berhari-hari, berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun.
Kalau kita mau memakai
getaran, gelombang, atau energi sebagai badan atau diri kita, maka mau tidak
mau, suka tidak suka, percaya atau tidak, kita akan bersentuhan dengan berbagai
getaran, gelombang, atau energi yang memenuhi alam semesta ini. Termasuk
getaran, gelombang, energi yang ternyata juga dipakai oleh iblis dan jin
sebagai dirinya. Lha..., kok bawa-bawa nama iblis dan jin segala sih?. Bukankah
getaran, energi, atau gelombang itu hanyalah sebuah fenomena alamiah biasa?.
Jawabannya singkat
saja. Ya begitulah adanya..., begitulah alamnya... Yang pasti getaran iblis
atau jin itu sendiri sudah mengalir didalam darah kita, "Jajrid
dam...", kata Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist Beliau. Kan masalah
kita sebenarnya hanyalah apakah kita mau percaya atau tidak kepada apa-apa yang
dikatakan oleh Beliau.
Sifat alamiah dari
alam getaran, gelombang, dan energi ini adalah bahwa yang berfrekuensi sama
akan saling beresonansi dan saling memperkuat atau saling memperlemah satu sama
lainnya yang ujung-ujungnya adalah penciptaan atau penghancuran materi. Memakai
getaran, gelombang, dan energi ini sebagai tubuh atau diri kita, itu sangat
identik dengan memasuki wilayah sumber dari segala ilmu. Ilmu tentang
penciptaan materi, ilmu tentang penghancuran materi, ilmu tentang awal dan
akhir dari keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa. Alam ilmu..., yang sangat
sarat dengan segala kombinasi kemungkinan yang mungkin mengada. Hebat dan
mengasyikkan. Sungguh...!.
Dan muaranya ternyata
adalah sebuah ungkapan protes penuh sejarah yang pernah disampaikan oleh Iblis
dihadapan Allah terhadap penciptaan Adam: "Ana khairu minhu..., aku lebih
baik dari dia (Adam), aku tercipta dari api, sedang Adam dari tanah...".
Memang itu hanya sebuah kalimat pendek saja, namun kalimat itu sungguh mewakili
sebuah citra keangkuhan dan kesombongan yang teramat sangat. Dan tentu saja
akibatnya juga sangat luar biasa dahsyat bagi siapapun diantara kita yang
mengucapkan kalimat yang sama kepada sesama kita.
Sampai disini, dengan
menjadikan alam getaran, alam gelombang, atau alam energi sebagai diri atau
badan kita, itu tidak memerlukan agama-agama tertentu untuk mendapatkannya.
Yang harus kita lakukan hanyalah sebatas olah tubuh, olah pikir, olah rasa
disatu sisi, dan dibarengi dengan olah energi, olah getaran, olah gelombang
dengan cara-cara tertentu pada sisi yang lainnya. Harus olah dua-duanya. Olah
materi dan olah getaran. Dan itu saja sudah cukup. Disini tidak usah
membawa-bawa agama tertentu. Tidak usah ditarik-tarik dan disesuai-sesuaikan
dengan ajaran agama-agama tertentu. Karena itu hanya akan dilecehkan orang...
Yang pasti, semakin
rajin kita mengolahnya, semakin rajin kita menguliknya, semakin rajin kita
memikir-mikirkan dan merasa-rasakannya, maka semakin hebat pula yang akan kita
dapatkan. Dan biasanya orang-orang banyak yang berhenti disini. Karena disini
memang ada nikmatnya. Nikmat mengaku. Ada kita yang mengaku, dan ada diri atau
badan kita yang akan kita pakai dan eksplorasi sebagai alat kita untuk
mengaku-ngaku kepada orang lain. Cerita kita akan menjadi sangat hebat, runut,
santun, meyakinkan, dan masuk akal sekali, karena memang yang sedang kita
ceritakan adalah diri atau badan kita sendiri.
Di bagian lain akan
kita lihat satu wujud lagi yang bisa kita jadikan sebagai diri atau badan kita,
yaitu Ar Ruh.... Bagaimana kalau kita berhasil menjadikan Ar Ruh, sebagai badan
atau diri kita?. Namun sabar dulu ya!. Kita habiskan dulu serba serbi tentang
An Nafs sampai ke sisi gelombang, energi, atau getaran. Karena memang banyak
kita yang berhenti disini, dengan segala kehebatan, ketahuan, dan tentu saja
keangkuhan kita didalamnya.
Nah..., apapun yang
kita akui sebagai diri kita, itulah yang disebut sebagai AN NAFS. Diri atau
badan kita. Dan selama kita memakai sesuatu itu sebagai diri atau badan kita,
maka kita akan nyangkut disana. Kita akan tertahan disana. Kita akan lengket
dan melekat disana, sehingga kita menjadi sangat sibuk dengan diri kita itu
setiap saat. Kecuali kalau badan kita adalah dalam bentuk Ar Ruh....
Sesuai dengan
perjalanan waktu, saat ini, tahu-tahu, ujug-ujug, tanpa kita sadari, kita sudah
ada saja, kita sudah tahu saja, kita sudah menjalani berbagai proses saja, kita
sudah jadi orang saja, kita sudah jadi insinyur saja, kita sudah jadi dokter
saja, kita sudah jadi pekerja dengan profesi tertentu saja, kita sudah jadi
orang kaya saja, kita sudah jadi orang miskin saja, kita sudah jadi orang yang
menderita saja, kita sudah jadi orang yang berhasil saja, kita sudah jadi
seorang ahli ini dan ahli itu saja.
Ya ujug-ujug kita kita
sudah jadi orang yang seperti sekarang ini saja, lengkap dengan segala
ciri-ciri, karakter, nama, atribut, proses berpikir, dan problematika kita.
Karena kita sudah jadi seperti sekarang ini, maka kita anggap, kita pikir, kita
kira-kira segala ciri-ciri, karakter, nama, atribut, proses berpikir, dan
problematika kita itu sendirilah yang kita anggap sebagai diri kita. An Nafs.
Dan entah kenapa kita
merasa begitu sulit untuk bisa lepas dari diri kita saat ini. Kita nyangkut di
diri kita. Ya..., nyangkut, grounded. Dan apa-apa yang sedang kita alami atau
apa-apa yang akan kita hadapi selanjutnya adalah akibat langsung dari
nyangkutnya kita di diri atau badan kita itu. Tidak lebih dan tidak kurang.
Prosesnya
bagaimana???. (Bersambung)
Posting Komentar