Halloween party ideas 2015

Oleh: Yusdeka Putra
Pengantar kata ini mungkin hanya akan familiar untuk para golfer. Di suatu pagi yang sangat indah, saya main golf dengan seorang teman. Berkali-kali teman saya itu memukul, stick nya hampir selalu mengenai tanah terlebih dahulu baru kemudian mengenai bola golf.
Hasilnya sungguh sulit diduga. Kadangkala bolanya lari ke kiri, kadang ke kanan, kadang bolanya terbang lurus, kadang tinggi melambung saking tingginya hampir mengenai seekor burung yang sedang terbang melintas diatasnya, kadang datar menyusur rumput yang sering disebut sebagai bola angkatan darat. Bahkan tidak jarang bolanya hanya seperti beringsut kedepan dengan jarak 10-20 meter saja dari yang seharusnya sekitar 200 meter.
Hasil akhirnya pastilah tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Jarak pukulannya jauh sangat berkurang, penempatan bolanya melenceng dari tempat yang seharusnya, sangat melenceng jauh malah. Dan score yang dia dapatkan sudah dapat dipastikan sangat besar dari yang seharusnya.
Pukulan seperti itu bisanya disebut orang dengan istilah "grounded, nyangkut ditanah". Yang aneh adalah, setiap pukulan yang nyangkut seperti itu, pemainnya pastilah mengaduh "aduh..., alaa..., ahh...", katanya sambil berteriak kesal. Seakan-akan saat itu dia merasa kesakitan. Dia merasa tersiksa. Atau paling tidak dia merasa bahwa saat grounded itu, dirinya sendirilah yang nyangkut ke tanah.
Peristiwa nyangkut lainnya adalah ketika saluran pernafasan kita dipenuhi oleh lendir karena virus influensa, kita berkali-kali berusaha untuk menyingkirkan lendir ditenggorokan atau di hidung kita. Kita terbatuk-batuk, kita bersin-bersin, kita bahkan ingin membersihkan hidung dan tenggorokan kita dengan sengaja dari apa-apa yang menghalangi keluar masuknya nafas kita. Karena kita memang ingin keluar masuknya nafas kita itu tidak ada yang menghalangi. Kita ingin nafas kita tidak nyangkut kepada benda-benda apapun juga, baik di hidung, maupun ditenggorokan kita.
Bahkan ketika kita sedang berjalan ditengah-tengah keramaian sekalipun, kita tidak ingin ada sesuatu apapun yang menghalangi jalan kita. Kita tidak ingin nyangkut di benda-benda yang ada didepan kita. Kalau saat kita sedang berjalan, kaki kita nyangkut di sebuah batu kecil, namanya tersandung, waduh..., itu alangkah sakitnya. Kalau kita sedang berlari, kepala kita nyangkut di jendela atau benda keras lainnya, namanya kejeduk, waduh..., sakitnya luar biasa.
Kalau kita sedang berjalan dan tubuh kita nyangkut di sebuah mobil yang sedang berlari kencang, namanya ketabrak, waduh..., ini sakitnya luar biasa sekali. Tubuh kita bisa berdarah-darah, tulang kita bisa patah-patah. Makanya kalau luka kita sangat parah, kita inginnya segera keluar dari tubuh kita itu. Mati. Tapi hidup dan mati itu ternyata ada yang punya ada yang mengatur. Karena ada yang mengatur, maka tidak jarang orang yang tubuhnya sudah ringkih, dan dirinya tersiksa, tapi dia belum mati-mati juga. Tersiksa sekali.
Hal-hal yang tidak menyakitkan sekalipun, tapi kalau itu membuat kita nyangkut, kita juga segera akan mencari jalan lain agar kita bisa terus bergerak tanpa halangan. Ketika kita sedang berjalan, tiba-tiba didepan kita ada halangan yang kira-kira akan membuat langkah kita nyangkut, kita akan segera menghindar kesamping atau mudur kebelakang selangkah. Pokoknya kita tidak ingin ada yang menghalangi langkah perjalanan kita. Kita ingin selalu berjalan menuju kebebasan. Menuju kemerdekaan.
Nah...., ternyata fenomena nyangkut inilah yang menjadi masalah utama kita, seluruh umat manusia, sepanjang masa. Karena didalam diri manusia, pada setiap diri manusia, ada pribadi kita, ada kita, ada saya yang tidak mau nyangkut kepada apapun juga. Pribadi itu seperti ingin selalu berkata: "Saya ingin selalu bebas merdeka. Saya tidak ingin dibatasi. Saya ingin terbang setinggi langit, saya ingin mengusap awan, saya ingin menjangkau matahari, saya ingin mengecup mesra rembulan dan kilauan bintang. Saya juga ingin menyelam ke dalam samudra tak berdasar". Ya... kita ingin bebas merdeka.
Akan tetapi, setiap kebebasan kita itupun ternyata tidak sepenuhnya bebas dari resiko. Setiap keinginan kita untuk merdeka, ternyata bersama itu sudah menunggu pula resikonya masing-masing. Saat kita ingin bebas menjangkau matahari, maka seketika itu juga kita akan terbakar api panas membara. Saat kita ingin menyelami dasar samudra, tekanan ratusan BAR sudah menunggu kita untuk melumatkan tubuh kita. Semua kebebasan itu ternyata ada resikonya masing-masing.
Namun..., dari sekian banyak kebebasan yang mungkin ada, hanya ada SATU kekebasan hakiki yang tidak akan pernah menyiksa kita sedikitpun juga. Kebebasan yang satu ini benar-benar tanpa resiko. Kebebasan yang benar-benar sudah tidak ada lagi yang akan membuat kita nyangkut walau sekecil apapun. Kebebasan yang seperti ini, keadaan yang tidak nyangkut dengan apapun juga, diperlihatkan dengan sangat sempurna oleh seorang bayi yang baru lahir.
Sang bayi tidak nyangkut dengan namanya. Dia tidak nyangkut dengan tubuhnya. Dia tidak nyangkut dengan matanya. Dia tidak nyangkut dengan telinganya. Dia tidak nyangkut dengan benda-benda. Dia tidak nyangkut dengan aneka rupa dan warna. Dia tidak nyangkut dengan segala suara dan irama. Dia tidak nyangkut dengan perasaannya, karena memang perasaannya belum ada. Dia tidak nyangkut dengan otaknya, karena memang otaknya belum berisi memori apapun juga. Bahkan dia tidak nyangkut dengan getaran dan gelombang sehalus apapun. Dia tidak nyangkut dengan segala macam energi yang mungkin ada disekitarnya.
TIDAK. Dia tidak nyangkut dengan apapun juga. Dia benar-benar menjadi diri yang LOS. Dia seperti tak berbadan, karena badannya saat itu adalah alam semesta raya yang tanpa batas. Makanya siapapun yang melihatnya akan merasakan sebuah kedamaian. Siapapun akan ditarik-tarik oleh dirinya, yang tengah tergolek lemah, untuk menciumnya, untuk mencintainya, untuk menggendongnya, untuk menyayanginya, untuk memberikan segala yang terbaik untuknya.

Kenapa kita nyangkut ??. (Bersambung)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.