Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Secara umum tentara dipandang sebagai sosok yang jago utak-atik senjata, tapi sosok yang satu ini malah jago utak-atik bahasa. Dia tidak pernah belajar bahasa Arab di sekolah formal apalagi kuliah di bidang tersebut, namun bekal dari ilmu ngaji ditopang semangat membara guna membuka tabir misteri tentang shalat khusyu’ membuatnya melakukan sesuatu yang langka tapi unik. Kita patut berdecak kagum sebab penerjemahan kitab berbahasa Arab itu bukanlah proyek yang berbau keuntungan materi, tidak ada motivasi uang di baliknya.


Sebutan tentara intelektual rasanya belum cukup dilekatkan pada sosok Letkol. Arh. Drs. Ahmad Saifudin, MT, sebab baginya proyek ikhlas penerjemahan kitab berbahasa Arab ini bukan saja membuktikan peran intelektualitas, tetapi juga menggambarkan semangat spiritualitas. Penerjemahan kitab al-Khusyu’ Fii al-Shalah yang terjemahannya berjudul, Shalat Khusyu Menurut Al-Qur’an dan Hadis karya Dr. Said Bin Ali Bin Wahf Al Qahthani, terbitan pertama, Riyadh 1431H / 2010, merupakan upayanya dalam menuntun orang mencapai hakikat shalat dan mereguk kelezatan khusyu’.
Tentara Menerjemah

Pertama kali membaca kitab tersebut, Ahmad Saifudin langsung terkejut, kenapa buku yang sangat penting ini baru muncul tahun 2010? Dia menyadari selama ini shalat yang dikerjakan hanya berbekal pelajaran shalat semasa taman kanak-kanak atau sekolah dasar, yang hanya menjelaskan fikih shalat, dan tidak menerangkan bagaimana mencapai khusyu’. Anehnya, di antara kita sering beranggapan tidak perlu lagi belajar ilmu shalat, karena dianggap sudah tuntas. Padahal dari kitab tersebut, salah satu yang menggetarkan hatinya, ada informasi penting bahwa gerakan shalat yang cepat dan malas saja akan mencelakakan diri sendiri.

Sebelumnya Ahmad Saifudin sempat mengikuti sejumlah tarekat dalam rangka mencari jalan menuju khusyu’, tapi hasilnya nihil. Barulah cakrawalanya terbuka saat mengikuti pelatihan shalat khusyu’ bersama Abu Sangkan. Dia tersenyum saat mendapatkan apa yang dicari, dan senyumannya makin lebar tatkala bertemu kitab yang mengulas tentang khusyu’.

Pria kelahiran Jombang, 4 Mei 1957 ini kuliah di Universitas Gajah Mada-Yogyakarta jurusan fisika lalu mengabdi di dinas kemiliteran. Namun ayahnya seorang kyai, dari itu Ahmad Saifudin nyantri langsung kepada ayahnya sendiri termasuk belajar bahasa Arab, seperti nahwu syaraf dan dilanjutkan ke Tafsir Jalalain. Ia sempat pula ngaji pada KH. Tolhah Mansur. Dengan bekal itulah dia percaya diri membuka lembar demi lembar kitab al-Khusyu’ Fii al-Shalah, memahami kandungannya lalu mulai menerjemahkannya hingga tuntas. 

Mudahnya Bahasa

Apabila kita merasa kesulitan mempelajari bahasa Arab, maka simaklah komentar Ahmad Saifudin, “Bahasa Arab itu kendalanya hanya perbedaan struktur, tapi tidak sejelimet bahasa Inggris. Sebetulnya bahasa Arab lebih sederhana, tapi menjadi sulit karena perhatian tidak maksimal.”
Ayah dari tiga orang anak ini menggunakan kamus al-Munawwir dalam penerjemahan, yang sangat membantunya dalam memahami kosa kata yang baru dikenal. Dia menerjemah di sela-sela tugas kantor atau pun di rumah. “Ada ketertarikan sendiri saat saya mengutak-atik maknanya,” kenang Ahmad Saifudin. Dari proses itu yang diperolehnya bukan saja isi buku, juga semangat dalam beragama.

Kini Ahmad Saifudin bertugas sebagai Kepala Departemen Elektronika di Lembaga Pengkajian Teknologi Angkatan Darat, Malang. Tiap apel atau upacara jam 7 pagi, dia yang bertugas menyampaikan materi dan tidak lupa menyisipkan materi agama, mengingatkan masing-masing diri agar khusyu’ dalam shalat, khusyu’ pula dalam melaksanakan tugas. Uniknya, banyak teman-teman yang tertarik dengan materi yang disampaikannya. Di antara mereka mulai berdatangan bertanya guna mempelajari tata cara shalat khusyu’. Dia menjelaskan kepada para rekannya, “Jangan banyak belajar tapi banyaklah mengamalkannya.”

Menurutnya, kesulitan menerjemah sering terjadi di halaman pertama saja, akan mudah menerjemah kalau mengikuti alur pikiran penulis. Bahkan tak perlu tahu terjemahan kosa katanya, malah sudah dapat mengerti maksudnya.

Menemukan Hakikat

Walaupun sibuk mengerjakan proyek yang tidak bernilai komersil, hanya niat berbagi kebaikan saja, Ahmad Saifudin justru mendapat dukungan keluarga. Istrinya ikut senang dengan kesibukan suaminya, “Bisa jadi teladan untuk anak-anak,” komentar sang istri.

Akhirnya, pada 2 Februari 2012 selesai sudah pekerjaan menerjemah kitab itu, efek pertamanya langsung terasa pada diri penerjemah. “Prilaku shalat saya langsung berubah. Saya tahu amalan shalat saya sudah berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Saya mantap karena ada pedomannya. Apalagi dalam kitab juga diterangkan sampai ke hal-hal kecil. Contohnya, kesadaran dalam shalat. Bagaimana hadir kepada Allah dalam shalat.  Kita menghadirkan diri secara utuh kepada Allah. Ini sering tak dibahas padahal penting,” ungkapnya.

Soal hadir dalam shalat ini dibandingkannya dengan kebiasaan di kemiliteran. Bawahan yang hendak bertemu komandan, lebih dulu harus periksa kerapian bahkan dia tulis dulu di kertas hendak bicara apa. Kalau tidak sesuai prosedur itu, tentara tersebut pasti akan dibentak dan dipaksa keluar.

Prosedur di militer itu pula yang membuat Ahmad Saifudin menyadari bahwa harusnya menghadap Allah lebih dari itu nilai kehadirannya. Kita hendaknya tahu dengan yang dibaca, memahami maksud dan maknanya hingga mencapai khusyu’. Itulah hadir yang sempurna di hadapan Allah. 

Lebih lanjut, Ahmad Saifudin menemukan ternyata hukum khusyu’ itu adalah wajib, orang yang shalatnya tidak khusyu dikategorikan su’ul khatimah, dia mati dalam keadaan tidak baik. “Dalam kitab ini kita akan mendapati hadis yang menerangkan orang-orang yang sudah 40 tahun bahkan 60 tahun shalat, tetapi shalatnya tidak diterima Allah. Boleh jadi kita termasuk orang-orang yang diceritakan di dalam hadis itu.”


Ahmad Saifudin memang bukan ahli bahasa, melainkan seorang tentara angkatan darat berpangkat Letnan Kolonel Arhanud, namun ia berani menerjemahkan buku yang sangat tinggi kandungan ilmunya. Keberanian ini insyaallah berbuah manis bagi dirinya, keluarganya, para sahabatnya dan juga kaum muslimin lainnya. (Yoli/foto Yoli)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.