Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang solehah.” (HR. Muslim, An-Nasa’I dan Ibnu Majah)

Suatu hari, selepas shalat Subuh, seorang jamaah masjid menghampiri saya. Pemuda lajang yang sebentar lagi akan diwisuda itu mengajak berbincang di teras masjid. Rupanya ia ingin bertanya tentang pernikahan. Maklum, usianya sudah 27 tahun, usia yang sedang matang-matangnya memikirkan kehidupan rumah tangga. Apalagi ia termasuk pemuda yang rajin ke masjid. Ia pasti khawatir tidak mampu menjaga agama dan syahwatnya jika menunda-nunda pernikahan.



Satu pertanyaan sederhana pun meluncur dari mulutnya. “Mas, menurut Ustadz saya, kalau sudah menikah, seorang laki-laki biasanya tidak terlalu memandang pada kecantikan isterinya, tetapi lebih kepada bagaimana kelembutan dan ketaatan sikap wanita itu kepada suaminya. Apa  benar begitu, Mas? Apa pendapat ustadz saya tidak berlebihan? “

Pertanyaan yang sebenarnya sederhana saja, tetapi tidak mudah pula bagi saya untuk menjawabnya. Menurut saya, apa yang diucapkan sang ustadz sedikit banyak ada benarnya.  Maksudny begini;  Ketika mau menikah, yang mungkin paling dipertimbangkan oleh seorang lelaki dari calon isterinya adalah pada penampilan fisiknya, wajahnya yang cantik, tubuhnya yang aduhai, atau bibir dan bola matanya yang menggoda.  Tetapi, begitu perjalanan rumahtangga telah berbilang tahun, maka kecantikan itu tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam menilai plus-minus isterinya.

Bukannya kecantikan itu menjadi tidak penting, sehingga si isteri tidak perlu berhias untuk suaminya. Bukan itu maksudnya. Seorang isteri masih tetap perlu menjaga penampilan dan kecantikan di depan sang suami agar suaminya selalu merasa tentram berada di sampingnya. Akan tetapi, semua kecantikan itu tidak akan lagi bernilai besar jika kewajiban utama sebagai seorang isteri untuk berakhlak baik dan taat kepada suaminya tidak dijalankan dengan baik.

Jadi, yang menjadi tolak ukur utama penilaian seorang suami terhadap isterinya ketika rumah tangga mereka telah melewati beberapa tahun adalah sejauh mana si isteri menunjukkan rasa cinta dan ketaatan kepada suaminya.

 Mengapa demikian? Karena kecantikan manusia pada dasarnya terbatas. Perjalanan waktu perlahan akan terus menggerogotinya. Jika pun kecantikan itu bisa diawetkan, tetapi karena dia bersifat fisik, maka pada suatu saat bisa membosankan. Apalagi wajah-wajah baru yang lebih segar terus bermunculan di sekitar suami. Jika dalam situasi seperti itu wanita masih mengandalkan kecantikan fisiknya untuk mengikat kesetiaan suaminya, pasti ia harus berani menuai kekecewaan.

Tetapi ketaatan dan akhlak yang baik dari seorang isteri tidak akan pernah membuat suaminya bosan. Semakin baik akhlak seorang isteri dan semakin taat ia kepada suaminya, maka akan semakin besarlah rasa bangga dan cinta suaminya kepada dirinya. Seperti melempar pohon yang lebat dengan buah, semakin banyak kita melempar, maka akan semakin banyak buah yang kita dapatkan. Begitu pula ketaatan dan rasa cinta seorang isteri kepada suaminya. 

Dipilih Karena Agamanya

Rasulullah saw. berpesan kepada para lelaki yang hendak mencari pasangan hidup agar lebih mengutamakan calon isteri  dengan kriteria yang baik agamanya (akhlaknya) ketimbang tiga kriteria lainnya, yaitu kecantikannya, keturunannya atau hartanya.
Bagi kebanyakan pemuda, biasanya pesan Rasulullah saw. di atas sudah tidak menjadi pertimbangan lagi dalam memilih pasangan hidup mereka. Kebanyakan mereka lebih memilih wanita dengan fisik yang cantik dan aduhai ketimbang pertimbangan agama dan akhlaknya. Bahkan, orang-orang yang masih mempertimbangkan akhlak dan agama ketika memilih pasangan hidup, dianggap sebagai orang-orang kuno dan ketinggalan zaman.

Padahal, apa yang dipesankan oleh Rasulullah saw. tetap relevan hingga sekarang. Begitu banyak lelaki yang harus kecewa setelah menjalani satu-dua tahun masa-masa kehidupan rumah tangga bersama perempuan pujaan hatinya. Kecantikan sang isteri yang dulu ia kira akan  membahagiakan rumahtangganya ternyata justru memperbudak dirinya.

Ada pula lelaki yang tetap percaya kepada pesan Rasulullah saw. bahwa perempuan yang terbaik untuk dipilih mestinya yang baik akhlaknya. Tetapi, ia tetap lebih memilih kecantikan fisik calon pendamping hidupnya, dengan alasan bahwa akhlak dan agama isterinya bisa ia rubah sedikit demi sedikit setelah menikah nanti. Tapi apa yang terjadi? Bukan akhlak si isteri yang berhasil ia rubah, justru akhlaknya sendirilah yang akhirnya ikut rusak karena pengaruh dominasi isterinya yang berakhlak buruk.

Terlalu banyak kasus lelaki yang semasa lajangnya termasuk lelaki soleh, rajin ke masjid, jujur dan amanah, tetapi setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama perempuan yang tidak baik akhlak dan agamanya, justru dirinya ikut terjerumus kedalam berbagai tindakan kriminal, seperti korupsi, memeras, menyuap dan sebagainya, demi memenuhi keinginan isterinya yang kemaruk harta.

Pada saat-saat seperti ini, seorang suami barulah menyadari kekeliruannya dalam memilih pasangan hidup. Tiba-tiba ia sadar, betapa yang dibutuhkan seorang lelaki di rumahnya hanyalah seorang isteri yang setia dan taat kepadanya. Ia pun sadar bahwa kecantikan isterinya tidaklah lebih penting atau tidak lebih utama daripada keluhuran akhlak dan ketaatan terhadap dirinya sebagai kepala rumah tangga.

Maka tidak heran jika Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang solehah.” (HR. Muslim, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Lelaki yang baru menyadari kenyataan di atas setelah satu-dua tahun perjalanan rumahtangganya, biasanya dihadapkan dua pilihan yang sama-sama sulit. Pilihan pertama ia tetap menerima perlakuan isterinya yang tidak solehah (tidak taat), sambil terus berdoa diam-diam agar Allah merubah kelakuan isterinya, atau sambil berharap bahwa penerimaannya terhadap sikap isterinya yang tidak patuh itu akan membuahkan pahala baginya.

Sikap ini hanya akan membuat dirinya sendiri bertambah kecewa dan ia akan terus memendam ketidakpuasan terhadap isterinya sampai akhir hayatnya. Atau jika suami kurang imannya, ia akan membalas ketidaktaatan isterinya dengan jalan berselingkuh. Di rumah, si suami tampak setia dan menuruti semua kemauan sang isteri, tetapi di luar rumah ia berusaha mencari wanita lain yang lebih bisa melayaninya dengan baik.

Pilihan kedua, ia bisa merubah kesalahan itu dengan memberikan pengertian kepada isterinya mengenai peran dan tanggungjawab masing-masing pihak sesuai syari’at Islam. Pilihan kedua ini pun bukan tanpa resiko. Bahkan terkadang resikonya terlalu mahal. Memang ada suami yang dengan kesabaran akhirnya berhasil mendidik isterinya menjadi sadar diri dan sadar posisinya dalam rumah tangga sehingga hubungan suami isteri dalam rumah tangga bisa dikembalikan pada rel yang sesuai.

Akan tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit keluarga yang harus kandas ketika seorang suami berusaha mengembalikan posisinya sebagai kepala rumah tangga yang harus dipatuhi, tetapi mendapat penolakan dari isterinya yang ingin tetap dominan menyetir sang suami sesuai keinginannya. Ini bisa terjadi jika si suami tidak sabaran dalam mendidik isterinya atau sang isteri tidak mau menerima didikan dari suaminya untuk menegakkan kehidupan rumah tangga yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.

Nah, untuk menghindari terjadinya kemungkinan terburuk dalam kehidupan rumah tangga di kemudian hari, maka sudah seharusnya seorang lelaki berusaha melihat dengan jeli dan mencari tahu kebaikan akhlak dan agama dari seorang wanita yang hendak dinikahinya. Hanya dengan memilih wanita solehah sebagai isterinya, maka rumah tangga yang dibangunnya akan mampu memberi kebahagiaan, sekaligus membantu menyelamatkan imannya dari godaan dunia yang melenakan ini.
Maka benarlah apa yang dikatakan Rasulullah saw. bahwa wanita solehah adalah sebaik-baik barang simpanan bagi seorang Muslim.

Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda kepada Umar, “Tidakkah engkau ingin kuberitahu tentang sebaik-baik barang simpanan (perhiasan) seseorang? Ia adalah seorang wanita salehah yang apabilah suaminya mendatanginya, ia menyenangkan. Apabila diperintah ia taat, dan apabila suaminya tidak ada, ia menjaga kehormatannya.” (HR. Abu Daud)

Al-Qur’an sendiri menyebutkan dua ciri utama dari wanita solehah. Firman Allah swt.:
“..Maka wanita-wanita solehah itu adalah wanita yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka…” (QS. An-Nisa’: 34)

Kerelaan untuk menjadi seorang isteri solehah dengan ciri-ciri seperti disebutkan oleh hadits dan ayat al-Qur’an di atas bukanlah sesuatu yang sepele dan mudah, tetapi membutuhkan perjuangan dan mujahadah yang besar. Karena itu, Rasulullah saw. menjanjikan perempuan seperti ini kelak boleh masuk ke surga dari pintu mana saja yang ia pilih.

Rasululah saw. bersabda, “Jika seorang isteri telah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan dan menjaga kemaluannya dari yang haram, serta taat kepada suaminya, maka akan dipersilahkan kepadanya untuk masuk ke surge dari pintu mana pun yang ia suka.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

[Sumber: Majalah Hidayah]

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.