Halloween party ideas 2015

ATHENA, Yunani – Umat Muslim menyambut pengumuman terbaru Perdana Menteri Yunani, George Papandreou yang merencanakan untuk bergerak dengan kecepatan penuh dalam melanjutkan pembangunan Masjid pertama di Athena.

Di antara Muslim-Muslim tersebut adalah pria Muslim kelahiran Mesir, Naim Elghandour, seorang pimpinan Asosiasi Muslim Yunani (Muslim Association Greece – MAG). Ia bermigrasi ke Yunani pada tahun 1972 pada usia 18 tahun. Peranannya sebagai pimpinan MAG, didirikan pada tahun 2003, membuatnya sibuk.

"Kami telah bekerja sangat keras untuk membangkitkan kesadaran masyarakat atas masalah yang menyangkut Muslim, untuk menunjukkan bahwa kami bukan teroris dan bahwa tidak ada orang seharusnya takut pada kami," ia mengatakan kepada kantor berita SETimes.

Walaupun media sering mengklaim bahwa Muslim di Athena telah menunggu selama berpuluh-puluh tahun untuk sebuah Masjid dibangun di ibukota tersebut, Elghandour mengatakan bahwa MAG mengumpulkan sebuh proposal resmi kepada menteri urusan pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2006. Proposal tersebut disetujui, dan sebuah undang-undang yang relevan lolos pada tahun yang sama.

Papandreou mengumumkan di parlemen pada 10 Desember bahwa prosedur untuk pembangunan Masjid tersebut telah dopercepat, karena hak untuk sebuah tempat peribadatan adalah fundamental, kantor berita Athens News Agency (ANA) memberitakan pembangunan tersebut akan didanai pemerintah dan dibangun di distrik Votanikos, di dekat pusat kota tersebut.

Walaupun tidak ada angka resmi, Elghandour memperkirakan ada mendekati satu juta Muslim di Yunani, sebagian besar dari Asia, Timur Tengah dan Afrika. Berdasarkan angka perijinan penduduk migran, ada sekitar 500.000 Muslim terdaftar di daerah Athena – banyak dari mereka yang Elghandour katakan berpindah ke daerah-daerah pinggiran kota untuk menemukan pekerjaan.

Ada sekitar 250.000 Muslim di Athena yang menyewa kantor-kantor, toko-toko, ruang bawah tanah apartemen dan garasi yang mereka gunakan sebagai tempat beribadah. Istri Yunani Elghandour, Anna Stamou, juga secara aktif terlibat dalam Asosiasi Muslim Yunani. Pasangan tersebut bertemu pada tahun 2003 ketika bekerja sebagai para relawan bantuan kemanusiaan untuk organisasi Dokter Dunia selama perang Irak.

Stamou memutuskan untuk mengadopsi keyakinan Muslim dua tahun yang lalu setelah ia menikah dengan Elghandour. "Tidak ada tekanan untuk hal ini. Al-Qur'an melarang kita menekan siapa saja menjadi seorang Muslim," ia menunjukkan. Stamou berada di dantara lebih dari 500 Muslim yang berpartisipasi dalam sebuah perayaan keagamaan Idul Adha di tempat terbuka, yang diselenggarakan oleh MAG dan diadakan di depan Universitas Athena.

Perayaan tersebut, di jantung distrik bisnis Athena, terbukti menjadi sebuah pemandangan yang tidak biasa di sebuah negara yang mana lebih dari 90 persen populasinya adalah penganut Ortodoks Yunani.

Seorang pegawai sipil dalam usia awal 40 tahunan, yang tidak pernah menyaksikan sebuah sholat perayaan Muslim sebelumnya, mengatakan bahwa hal ini membuat saya "bahagia", ketika ia percaya bahwa setiap orang seharusnya memiliki hak dengan bebas mempraktikkan agama mereka.

Sebuah perkiraan 13.000 Muslim menghadiri perayaan Eid tersebut yang diadakan di 12 tempat di seluruh Athena.

Pada perkumpulan sholat Eid lainnya, diadakan di Lapangan Attiki bagian dalam kota, para anggota dari kelompok sayap kanan ekstrim Chrysi Avgi dan sejumlah penduduk berusaha untuk mengganggu proses ibadah tersebut dengan memainkan musik yang keras dan melemparkan telur pada para jamaah yang sedang bersujud di atas sajadah.

Elghandour mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan mengadakan perayaan di Lapangan Attiki, karena ia percaya bahwa hal tersebut akan menambah ketegangan yang telah meningkat antara para penduduk dan para pendatang yang telah berkumpul di distrik Agios Pandeleimonos, Athena selama beberapa tahun terkahir.

"Pertunjukan kekuatan oleh Muslim Afrika dan Asia di masa sekarang di Athena pada kesempatan perayaan keagamaan mereka adalah sebuah masalah yang seharusnya menjadi kekhawatiran utama untuk Walikota Athena yang akan datang, Gorge Kaminis," media Yunani memberitakan juru bicara untuk partai Reli Orthodoks Populer (LAOS) ultra-nasionalis, Kostis Aivaliotis, seperti yang dikatakan.

Atmosfirnya jauh lebih berbeda di luar universitas, kata Elghandour, di mana banyak orang Yunani memperluas keinginan mereka untuk ibadah tersebut. "Ada seorang pendeta yang tinggal di Yerusalem selama 40 tahun, yang memeluk saya dan … mengatakan kepada saya bahwa ia berdiri di samping kami. Sekarang, ketika orang-orang seperti pendeta tersebut, yang terdidik dan beradab, bertindak seperti ini terhadap kami, kami tidak khawatir tentang sejumlah kecil para ekstrimis sayap kanan," ia mengatakan.

Ia mencatatkan bahwa orang-orang Yunani "telah memeluk kami".

Elghandour mengatakan bahwa beberapa politisi dan kelompok ekstrimis menyuburkan rasa takut dan sikap-sikap rasis untuk mendapatkan manfaat plitik "dalam sebuah upaya untuk meyakinkan pemuda putus asa yang para migran dipersalahkan untuk krisis ekonomi yang Yunani alami."

"Seorang lulusan sekolah menengah atas tidak akan pergi dan bekerja sebagai seorang tukang cat atau pembuat roti atau nelayan atau para pekerja konstruksi … Semua keluarga menginginkan anak-anak mereka belajar dan mendapatkan sebuah pekerjaan kantoran oleh karenanya, 90 persen dari pendatang tidak mengambail pekerjaan-pekerjaan para orang Yunani," ia mengatakan.

Berbicara dalam parlemen pada hari pengumuman Papandreou sehubungan dengan perencanaan Masjid tersebut, pimpinan LAOS George Karatzaferis merujuk pada apa yang ia gambarkan sebagai sebuah laporan yang "mengejutkan" pada ekstrimisme Islam di Yunani, yang mendakwa bahwa mayoritas pendatang Muslim di negara tersebut jelas-jelas bukanlah teroris, "namun mereka (Islamis fanatis) menggunakan koumunitas yang terus bertumbuh tersebut untuk masuk ke dalam masyarakat", kantor berita ANA memberitakan.

Menanggapi sebuah pertanyaan yang ditunda di parlemen oleh Karatzaferis, yang mengutip laporan dari sebuah dugaan "mobilisasi lingkaran ekstrimis Muslim di Athena", Papandreou mengatakan "ketidakhadiran tempat-tempat ibadah menuntun pada penciptaan ruang semi ilegal, atau hal ini memaksa orang-orang taat untuk beribadah di luar ruangan, membuat apa yang seharusnya menjadi sebuah peristiwa normal nampak seperti sebuah perlawanan atau sebuah protes," menurut ANA.

Elgandhour mengatakan bahwa jika Karatzaferis atau orang lain memiliki informasi yang mengkhawatirkan Muslim, mereka seharusnya memberikan informasi tersebut kepada kepolisian.

"Jika ia tidak yakin, bagaimanapun juga, kemudia ia seharusnya tetap diam karena ini merupakan sebuah pencemaran nama baik untuk pemimpin dari sebuah partai politik menjual populisme dan pengaruh orang-orang Yunani di jalanan, yang kemungkinan tidak diinformasikan dengan baik," Elghandour mengatakan.

Ia meyakini bahwa Yunani dipandang secara berbeda dari pada negara-negara barat karena Yunani tidak pernah menjadi sebuah negara "penjajah" negara lain. "Orang Yunani yang tinggal di seluruh dunia dalam kedamaian dengan penduduk lokal," ia menjelaskan.

Bagaimanapun juga, ia mengatakan bahwa elemen sayap kanan di Yunani berusaha untuk "menciptakan sebuah iklim kebencian sehingga Muslim di luar negeri akan berpikir bahwa Yunani menganiaya Muslim".

Kami waspada akan rencana mereka, yang dikeruhkan karena kami berada di sini. Citra Yunani dan populasi 11 juta tidak akan dihancurkan oleh dua atau tiga ratus orang yang terlibat dalam praktik semacam ini," Elghandour mengatakan.

Untuk dukungan Papandreou untuk tempat peribadatan untuk semua individual di Yunani, Elghandour mengatakan bahwa "ini adalah sebuah masalah kebudayaan. Sebuah negara beradab harus memiliki tempat-temat peribadatan untuk semua umat yang taat, dari semua agama." (ppt/st) www.suaramedia.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.