Halloween party ideas 2015

Go Ihsan -  Alhamdulillah,segala puji bagi Allah Rab semesta alam, Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabiyullah Muhammd beserta sahabat, keluarga, serta pengikutnya sampai yaumil akhir, Amma Ba’du,

Pada kesempatan ini kami akan menerjemahkan salah satu pembahasan Syaikh Utsman Khamis dalam buku Al Hiqbah Minat Tarikh yang berjudul kaifa naqrau at tarikh.
Seharusnya dalam kita membaca sejarah seperti kita membaca hadits- hadits Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tatkala kita ingin membaca hadits Rasul, seharusnya kita mengecek riwayat tersebut, apakah benar kabar itu dari rasulullah atau tidak? tidak akan bisa diketahui keshahihan hadits dari Rasulullah kecuali dengan mempelajari sanad beserta matan, karena ahlul ilmi sangat memperhatikan hadits dan perawinya, mereka mengumpulkan setiap redaksi hadits yang diriwayatkan perawiyanya, dan menghukuminya dan menjelaskan keshahihan dan kedhaifannya, kemudian membersihkan hadits dari segala macam kebohongan dan cela atau hal- hal yang menyerupainnya.

Akan tetapi riwayat-riwayat sejarah berbeda, kadang kita banyak mendapati riwayat- riwayat tanpa sanad, terkadang pula kita mendapati riwayat dengan sanad, akan tetapi perawinya tidak disebutakan tarjamahnya (biography), dan kita tidak menemukan jarh(kritik) ataupun ta’dil (sanjungan) ulama terhadap perawinyamaka ketika itu kita tidak dapat menghukumi riwayat tersebut, dikarenakan tidak diketahuinya beberapa keadaan perawi.


Perkara seperti ini lebih susah dari hadits, akan tetapi bukan berart ikita tasahul (menggampangkan) nya, tetapi kita mesti klarifikasi dan mengetahui bagaimana mengambil riwayat sejarah kita.
Ada seseorang berkata,” dengan metode seperti ini maka sejarah kita akan banyak yang hilang”!

Maka kami jawab,” tidak akan banyak yang hilang sebagaimana yang engkau kira, karena banyak dari riwayat sejarah yang kita butuhkan disebutakan sanadnya, baik itu di kitab tarikh sepertiTarikh Thobari, atau di kitab hadits seperti Shahih Bukhari , Musnad Imam Ahmad dan Jami’ Tirmidzi, atau seperti Mushonaf Abi Syaibah, atau bahkan di kitab tafsir yang menyebutkan riwayat- riwayat tarikh dengan menyebutkan sanad seperti Tafsir Ibnu Jarir Ath ThabariTafsir Ibnu Katsir, atau terkadang dalam buku yang membahas peristiwa tertentu seperti kitab Hurubur Riddah karangan Al-Kula’iy, dan ringkasan Tarikh Khalifah.

Sederhananya, bukannya kita tidak mampu untuk menemukan sanad dalam riwayat- riwayat tersebut, dan bahkan jikalau kita tidak menemukan sanad, maka kita mempunyai aslun ‘aam (pedoman umum) yang menjadi pegangan, terkhusus perkara yang terjadi pada masa sahabat, dasar pokok itu adalah pujian Allah ta’ala dan Rasulullah atas para sahabat, yang pada dasarnya mereka semua memiliki sifat ‘adalah( adil).

Maka setiap riwayat yang di dalamnya mengandung celaan untuk Sahabat Rasulullah, kita lihat dahulu sanadnya:
–          Jikalau sanadnya shahih maka kita lihat penafsiran dari riwayat tersebut.
–          Dan jika didapati sanadnya dhaif, atau tidak terdapat sanad dalam riwayat tersebut, maka kita mempunyai pegangan bahwa mereka memiliki sifat ‘Adalah dan Shalih.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah,” Wajib bagi setiap muslim memahami ushul(pokok) yang kepadanya dikembalikan perkara juz’iyyat(cabang), supaya dia berbicara dengan ilmu dan objektif, supaya dapat memahami juziyyat secara benar, karena kalau tidak memahami ushul secar benar maka akan terjerumus pada kebohongan, kebodohan dalam perkara parsial dan kebodohan dan kedaliman dalam perkara pokok yang akan menyebabkan kerusakan yang besar”. (Majmu’ Fatawa19/203)

Jika demikian, ketika kita membaca tarikh, harus membacanya dengan teliti seperti membaca hadits, dan lebih khusus  sejarah sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Menyedihkanya, pada zaman kita ini banyak yang gemar membaca kitab- kitab kontemporer yang membahas sejarah, akan tetapi hanya memperhatikan keindahan cerita atau melogiskan situasi dan kondisi tanpa memperhatikan keshahihan dan kedhaifan kisah tersebut, seperti buku- buku Abbas Al ‘Aqqad, Khalid Muhammad Khalid, Thaha Husain, atau buku- buku George Zidan dan yang lainnya dari tokoh- tokoh kontemporer.

Tokoh- tokoh tersebut ketika berbicara tentang sejarah hanya memperhatikan keindahan cerita dan keindahan susunannya, tanpa melihat keshahihan cerita, dan bahkan sebagian mereka sengaja ingin mendistorsi kisah tersebut dengan tujuan- tujuan tertentu. Yang terpenting bagi mereka menceritakan cerita yang indah.

Beberapa buku sejarah yang harus diwasapadai:
 Al- Aghaany karangan Abul Faraj Al Ashfahani,
Al- ‘Iqdul Farid karangan ibnu ‘Abdi Rabbih
Al-Imamah was Siyasah yang dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah, akan tetapi penisbatan itu tidak benar.
Murujudz Dzahab  karangan Mas’udi, buku ini tanpa menyebutkan sanad.

Berkata Ibnu Taimiyyah, “ di dalam kitab sejarah karangan Mas’udi terdapat kebohongan- kebohongan yang tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah Ta’ala, maka bagaimana dapat dipercaya kisah- kisah yang sanadnya terputus dari kitab yang masyhur dengan banyak kebohongan.”( Minhajus Sunnah Nabawiyah 4/84)

Ibnu Hajar ‘Al-Asqalani mengatakan,” buku- bukunya tidak bisa dipercaya  menegaskan bahwa dia seorang syiah dan muktazilah” (Lisanul Mizan 5/ 532)

Syarh Nahjul Balaghah karangan Abdul Hamid bin Abul Hadid seorang muktazilah, dia seoarang lemah riwayatnya menurut ulama jarh wat ta’dil, bahakan jikalau diperhatikan sebab dikarangnya buku tersebut maka wajib diragukan bukunya dan pengarangnya. dia mengarang buku itu untuk Al-Wazir Ibnu ‘Alqami seorang yang menyebabkan terbunuhnya jutaan muslim di Irak melalui tangan- tangan orang Tatar.

Al Khawanisari mengomentari buku Ibnu Abi Al Hadid,” buku ini dikarang untuk perbendaharaan buku Al Wazir Muayyiduddin Muhammad bin Al ‘Alqami”.(Raudhatul Jannat 5/20-21)
( Tarikh Ya’qubi) buku ini seluruhnya mursal tidak ada sanadnya, pengarangnya tertuduh dengan kebohongan. (Habibi/Panjimas)


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.