Go Ihsan - Oleh:
Buya Gusrizal Gazahar
Kebodohan kita melihat hakikat
sesuatu memang membuat kita keliru dalam menilai bahkan tersalah dalam
mengambil sikap.
Sedikit uluran tangan manusia
telah membuat kita rela menjadi budaknya karena kebodohan kita yang menganggap
tanpa manusia itu, kita tak akan merana. Padahal syari’at hanya menyuruh kita
berterima kasih dan membalasi semampu kita dan berdo’a.
Tidak ada perintah untuk
menghinakan diri menjadi budak menusia.
Karena kebodohan kita, kita jadikan diri kita manusia tanpa hati yang mau diperalat oleh mereka yang memberi kesempatan kepada kita untuk menduduki jabatan dan kekuasaan. Seolah-olah tanpa manusia itu, kita hanyalah seorang rendahan tak berharga.
Karena kebodohan kita, kita jadikan diri kita manusia tanpa hati yang mau diperalat oleh mereka yang memberi kesempatan kepada kita untuk menduduki jabatan dan kekuasaan. Seolah-olah tanpa manusia itu, kita hanyalah seorang rendahan tak berharga.
Kita sangat bodoh dalam
memahami hakikat kehidupan sehingga karena “talamak dek manih tabu, jaso tanah
balupokan” (karena nikmatnya manis tebu, jasa tanah terlupakan).
Ketahuilah
!
Betapapun pemberian manusia
kepada kita, tak akan sebanding dengan pemberian Allah swt karena kasih sayang
Allah swt kepada hamba-Nya tak ada bandingannya dengan apa dan siapapun.
Coba perhatikan sabda
Rasulullah saw berikut ini:
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه: قدم على النبي صلى الله عليه وسلم سبي، فإذا امرأة من السبي قد تحلب ثديها تسقي، إذا وجدت صبيا في السبي أخذته، فألصقته ببطنها وأرضعته، فقال لنا النبي صلى الله عليه وسلم: «أترون هذه طارحة ولدها في النار» قلنا: لا، وهي تقدر على أن لا تطرحه، فقال: «لله أرحم بعباده من هذه بولدها»
“dari Umar bin Khaththab ra,
beliau berkata:
Tawanan perang dihadapkan kepada Nabi saw. Ternyata seorang wanita dari tawanan tersebut mengeluarkan/mempersiapkan payudaranya, begitu ia mendapat seorang anak kecil dari para tawanan ia langsung ambil dan melekatkannya pada perutnya lalu iapun menyusuinya.
Maka Nabi saw berkata kepada kami:
“Apakah kalian mengira bahwa wanita ini akan melemparkan putranya kedalam api?!”
Kami jawab: ” Tidak”, selama ia masih sanggup untuk tidak melemparkannya”
Kemudian Nabi saw bersabda: “Sungguh Allah lebih sayang terhadap hamba hambanya dibandingkan kasih sayang wanita ini terhadap anaknya” (HR. al-Bukhariy dan Muslim)
Tawanan perang dihadapkan kepada Nabi saw. Ternyata seorang wanita dari tawanan tersebut mengeluarkan/mempersiapkan payudaranya, begitu ia mendapat seorang anak kecil dari para tawanan ia langsung ambil dan melekatkannya pada perutnya lalu iapun menyusuinya.
Maka Nabi saw berkata kepada kami:
“Apakah kalian mengira bahwa wanita ini akan melemparkan putranya kedalam api?!”
Kami jawab: ” Tidak”, selama ia masih sanggup untuk tidak melemparkannya”
Kemudian Nabi saw bersabda: “Sungguh Allah lebih sayang terhadap hamba hambanya dibandingkan kasih sayang wanita ini terhadap anaknya” (HR. al-Bukhariy dan Muslim)
Karena itu, sangat tak tahu
diri bila hanya karena secuil pemberian makhluq, kita rendahkan diri kita
menjadi hamba makhluq itu padahal kita hanya patut menghambakan diri kepada
Khaliq (Allah swt)
Wallahu a’lam.
Posting Komentar