Go Ihsan - Tak ada rumah tangga yang sepi dari
masalah. Tidak ada suami yang tidak pernah marah dan emosi. Meski demikian,
seorang istri yang cerdas tahu bagaimana meredam kemarahan suaminya dengan
tenang dan penuh kecintaan. Dengan adanya kemarahan, jangan pernah berpikir
bahwa ‘sumber’ cinta di antara keduanya telah mengering dan ‘daun-daun’nya
telah rontok berguguran.
Kemarahan barangkali merupakan emosi yang
paling buruk yang perlu ditangani. Dari waktu ke waktu, siapa pun pernah
mengalami perasaan yang kuat ini. Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk
frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman.
Kemarahan suami bukanlah akhir dunia. It’s
not the end of the world, but it’s true that is definitely hurt. Menjaga
keberlangsungan cinta tergantung pada seberapa besar saling pengertian di
antara pasangan suami-istri (pasutri), kepandaian dan kecerdasan sang istri.
Kegagalan untuk mengenal dan memahami kemarahan suami berpotensi menggiring
Anda ke berbagai problem rumah tangga.
Berikut ini adalah berbagai momen ketika
suami marah, dan tips bagaimana seharusnya Anda sebagai istri bertindak:
1. Jika Anda melihat suami Anda marah dan
kesal, berusahalah mereda kemarahannya; jangan Anda sambut kemarahannya dengan
keluhan mengenai anak-anak atau keruwetan dan keprihatinan rumah tangga. Jangan
membantah dengan pertanyaan tentang hal yang tidak mengenakkan kecuali jika dia
mengutarakannya. Ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja istri yang
meninggal dunia dalam keadaan suaminya meridhainya, maka dia masuk surga.” (HR.
Ibnu Majah).
Setiap kali Anda mengingat hadits
tersebut, menyelami dan mempraktikkannya dengan senang dan yakin, Anda akan
melihat manfaat yang bakal kembali kepada diri Anda. Pada saat itu Anda akan
menikmati rumah tangga bahagia yang jauh dari problematika dan konflik.…Jika
Anda melihat suami Anda marah dan kesal, berusahalah mereda kemarahannya.
Jangan membantah dengan pertanyaan tentang hal yang tidak mengenakkan…
2. Ketika Anda melakukan kesalahan dalam
suatu pekerjaan, semisal terlambat melaksanakan beberapa tugas domestik karena
sibuk berbicara di telepon, dan pada saat itu suami sedang bersama Anda, maka
panggillah dia dengan nama yang paling disukainya. Lalu ajukan permintaan maaf
dan utarakan alasan keterlambatan Anda menjalankan tugas, sehingga dia merasa
bahwa Anda menyadari bahwa tindakan tersebut adalah salah. Bersabarlah dengan
ungkapan yang mungkin dilontarkannya kepada Anda.
Jika Anda bersabar dan tidak merespons
atau mengkritik balik, maka hal demikian telah membuang sebagian kemarahannya.
Meminta maaf dapat mendatangkan tawa suami.
Tengoklah bagaimana para istri-istri
Rasulullah meminta maaf kepada beliau, meski mereka yang berada dalam posisi
marah. Dari Umar bin Khatthab, dia mengatakan,
“Kami kaum Quraisy sangat berkuasa
terhadap kaum perempuan (istri-istri). Dan ketika kami datang ke tempat
orang-orang Anshar, (kami terkejut) karena mereka adalah kaum yang dikalahkan
(toleran) oleh istri-istri mereka, maka mulailah istri-istri kami mengambil
(meniru) etika perempuan-perempuan Anshar. Kemudian aku bertengkar dengan
istriku kemudian dia kembali (meminta maaf) kepadaku, namun aku tidak ingin dia
kembali (minta maaf), maka dia bertanya, “Kenapa engkau tidak senang aku
kembali kepada engkau? Demi Allah! Sesungguhnya istri-istri Rasulullah SAW
kembali (meminta maaf) kepada beliau sekalipun salah seorang di antara mereka
marah terhadap Rasulullah dari siang sampai malam hari.” (HR. Al-Bukhari)
3. Jika suami yang marah sedang berbicara,
maka jangan sekali-kali Anda menyela. Redakanlah dengan kata-kata lunak dan
santun, misalnya, “Aku tahu kamu lelah sekali, maaf sayang aku merepotkan
diri,” atau lain sebagainya. Kata-kata seperti ini akan meluluhkan hatinya. Dia
akan merasa bahwa Anda memerhatikan diri dan kecemasannya. Dan jangan pula
membantah apa yang dikatakan atau diinstruksikannya –jika memang itu baik.…Jika
suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah
kepadanya dengan baik…
4. Jika suami yang marah sedang berdiri,
maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah kepadanya dengan baik. Dalam
Islam kita diajarkan trik-trik mengatasi kemarahan di antaranya adalah jika
sedang marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya duduk, dan jika sedang duduk
hendaknya berbaring, bisa juga dengan mengambil air wudhu agar mendinginkan
emosi kita yang sedang bergolak. Atau ajaklah suami untuk bersujud, maksudnya
melakukan shalat sunnah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara
api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan
tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu,
maka hendaklah dia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. At-Tirmidzi)
5. Berusahalah menenangkannya dan menahan
emosi Anda, jika Anda ada di pihak yang benar. Berbicaralah kepadanya dengan
cara bijak.
6. Ketika dia marah, Anda jangan
menyinggung perasaannya dengan berbagai hal. Anda jangan pernah melakukan
segala sesuatu yang dia anggap melecehkan dirinya.
7. Ketika suami marah, jangan sampai dia
Anda tinggal tidur sendirian. Setelah Anda pastikan bahwa dia sudah lebih
tenang, berinisiatiflah melakoni hal-hal yang bisa mendatangkan keridhaannya.
Inisiatif dilakukan oleh pihak yang lebih baik pemahaman agama dan akalnya di
antara kedua pihak bertikai, atau siapa yang paling memungkinkan dalam masalah
marah dan ridha dari keduanya. Seperti yang dikatakan Abu Ad-Darda` kepada Ummu
Ad-Darda`, istrinya, “Apabila aku marah, maka redakanlah kemarahanku. Dan jika
engkau marah, aku pun akan meredakan kemarahanmu. Jika kita tidak melakukannya,
maka bagaimana kita dapat hidup rukun?”
8. Coba sisipkan humor karena terbukti
efektif meredakan kemarahan.
9. Ingatlah bahwa rumah yang dipenuhi oleh
cinta, kenyamanan, sikap saling menghargai, saling menghormati, dan
kesederhanaan dalam segala hal, lebih baik dari rumah yang dipenuhi makanan
lezat serta perabotan mewah namun penuh dengan kekesalan hati dan permusuhan.
10. Jangan mudah cemberut. Upayakan agar
Anda selalu tersenyum ceria dan berwajah riang. Dengan demikian Anda bisa
memberikan kebahagiaan kepada suami dan menikmati hidup bahagia penuh kedamaian
serta kesenangan.…marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang
marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya…
Demikianlah, marah dan emosi adalah tabiat
manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya
agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. Dalam riwayat Abu Sa’id Al-Khudri,
Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat
meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat
meridhai.” (HR. Ahmad).
Semoga tips-tips di atas bisa membantu
Anda untuk meredam pasangan hidup Anda, agar dia menjadi orang yang kuat,
seperti disinyalir dalam hadits berbunyi, “Orang yang kuat tidaklah yang kuat
dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika
marah.” [ganna pryadha/voa-islam.com]
Posting Komentar