Arthur Balisan Agen FBI |
PORTLAND, Oregon – Beberapa penghuni dari kota yang terkenal dengan kota liberal tersebut terkesima, tidak hanya oleh sebuah plot bom untuk sebuah upacara pohon natal tahunan pekan lalu namun juga oleh taktik pemerintah dalam kasus ini.
Mereka menanyakan apakah agen federal sudah melangkah terlalu jauh dengan melatih Mohamed O. Mohamud, 19 tahun, seorang remaja Somalia-Amerika, untuk meledakkan sebuah bom, memberinya $3.000 uang tunai untuk menyewa sebuah apartemen, dan memberinya dengan sebuah bom palsu.
Pernyataan fakta tersumpah FBI "adalah sebuah gambar yang dilukiskan untuk membuat tersangka tersebut terdengar seperti seorang teroris berbahaya," kata fotografer Portland Rich Burroughs. "Saya tidak berpikir bahwa hal ini jelas sama sekali bahwa orang ini akan pernah memiliki akses bahkan pada sebuah bom palsu jika tidak untuk FBI."
Jaksa Agung Eric Holder membela para agen tersebut kemarin, menolak tuduhan jebakan.
Ketika operasi penyamaran tersebut dimulai, Mohamud, yang para petugas mengatakan tidak memiliki ikatan-ikatan resmi dengan kelompok teroris asing, "memilih pada setiap langkah untuk melanjutkan" dengan plot bom tersebut, Holder mengatakan.
Banyak warga Portland terguncang bahwa sebuah plot terorisme dapat berkembang di halaman belakang mereka – di Pioneer Courthouse Square, ketika ribuan orang menyoraki pohon natal berlampu – dan tidak di kota-kota yang begitu mencolok seperti New York atau Los Angeles.
Pada suatu saat ketika orang-orang difokuskan pada pemindaian tubuh dan penggeledahan seluruh tubuh yang membosankan untuk mencegah serangan teroris, beberapa warga Portland bertanya-tanya apakah FBI telah bertindak terlalu jauh dan tidak semestinya membuat para warga merasa ketakutan.
"Apa yang menyusahkan tentang insiden tersebut bukanlah begitu banyaknya penangkapan atau sebaliknya campur tangan dari FBI," kata penduduk Portland Joe Clement, 24 tahun, "namun bahwa FBI menggunakan Mohamud untuk memanfaatkannya menciptakan sebuah skenario yang menakuti begitu banyak orang."
Hal ini bukanlah hal yang luar biasa di Portland untuk tindakan-tindakan oleh agen federal yang dipenuhi dengan skeptimisme dan kritsi.
Portland adalah kota pertama di negara tersebut yang menarik para petugasnya dari satuan tugas terorisme FBI pada tahun 2005. Gerakan tersebut datang setelah FBI dengan lalim menahan seorang pengacara Portland sebagai seorang tersangka pada pengeboman kertea api di Madrid pada tahun 2004 – sebuah kesalahan yang menuntut sebuah permintaan maaf FBI.
FBI mempersiapkan sebuah sengatan untuk menyelidiki Mohamud setelah menerima sebuah petunjuk.
Dua agen federal yang sedang menyamar menuntun mohamud untuk meyakini bahwa ia fapat meledakkan sebuah bom dengan sebuah telepon genggam, membantunya untuk memilih sebuah apartemen di Portland, dan menginstruksikannya untuk membeli perlengkapan yang diperlukan untuk memicu peralatan palsu.
Pihak otoritas mengatakan bahwa Mohamud memarkir sebuah van penuh dengan bahan peledak di dekat lapangan tersebut pada Jum'at malam dan ditahan segera setelah ia menekan sebuah telepon seluler yang ia kira akan meledakkan bom tersebut. Mohamud telah didakwa dengan upaya untuk meledakkan sebuah senjata penghancur missal.
Sebuah kebakaran pada Minggu menghancurkan bagian dari Pusat Islam Al-Farisi di Corvallis, sebuah kota kompleks perguruan tinggi sekitar 75 mil barat daya Portland di mana Mohamud biasanya beribadah ketika sedang bersekolah di Universitas Oregon. Tidak ada orang yang terluka.
Kepolisian percaya bahwa kebakaran tersebut dengan sengaja disulut dan meningkatkan patrol di sekitar Masjid dan tempat-tempat Islam lainnya di Portland.
Pada sebuah konferensi berita di Washington, Holder juga mengatakan bahwa FBI sedang menyelidiki kebakaran tersebut. Jika kebakaran tersebut berhubungan dengan penangkapan tersebut atau sebuah serangan pada islam, "hal ini adalah sesuatu yang secara pribadi saya kutuk," Holder mengatakan.
"Ini bukanlah sesuatu yang konsisten dengan siapa diri kita sebagai warga Amerika," ia mengatakan.
Sementara para pemimpin komunitas Somalia di AS mengutuk plot tersebut, beberapa termasuk seorang teman Mohamud, merasa khawatir tentang para agen federal yang kemungkinan membujuknya untuk melanggar hukum. (ppt/btn) www.suaramedia.com
Jaksa Agung Eric Holder membela para agen tersebut kemarin, menolak tuduhan jebakan.
Ketika operasi penyamaran tersebut dimulai, Mohamud, yang para petugas mengatakan tidak memiliki ikatan-ikatan resmi dengan kelompok teroris asing, "memilih pada setiap langkah untuk melanjutkan" dengan plot bom tersebut, Holder mengatakan.
Banyak warga Portland terguncang bahwa sebuah plot terorisme dapat berkembang di halaman belakang mereka – di Pioneer Courthouse Square, ketika ribuan orang menyoraki pohon natal berlampu – dan tidak di kota-kota yang begitu mencolok seperti New York atau Los Angeles.
Pada suatu saat ketika orang-orang difokuskan pada pemindaian tubuh dan penggeledahan seluruh tubuh yang membosankan untuk mencegah serangan teroris, beberapa warga Portland bertanya-tanya apakah FBI telah bertindak terlalu jauh dan tidak semestinya membuat para warga merasa ketakutan.
"Apa yang menyusahkan tentang insiden tersebut bukanlah begitu banyaknya penangkapan atau sebaliknya campur tangan dari FBI," kata penduduk Portland Joe Clement, 24 tahun, "namun bahwa FBI menggunakan Mohamud untuk memanfaatkannya menciptakan sebuah skenario yang menakuti begitu banyak orang."
Hal ini bukanlah hal yang luar biasa di Portland untuk tindakan-tindakan oleh agen federal yang dipenuhi dengan skeptimisme dan kritsi.
Portland adalah kota pertama di negara tersebut yang menarik para petugasnya dari satuan tugas terorisme FBI pada tahun 2005. Gerakan tersebut datang setelah FBI dengan lalim menahan seorang pengacara Portland sebagai seorang tersangka pada pengeboman kertea api di Madrid pada tahun 2004 – sebuah kesalahan yang menuntut sebuah permintaan maaf FBI.
FBI mempersiapkan sebuah sengatan untuk menyelidiki Mohamud setelah menerima sebuah petunjuk.
Dua agen federal yang sedang menyamar menuntun mohamud untuk meyakini bahwa ia fapat meledakkan sebuah bom dengan sebuah telepon genggam, membantunya untuk memilih sebuah apartemen di Portland, dan menginstruksikannya untuk membeli perlengkapan yang diperlukan untuk memicu peralatan palsu.
Pihak otoritas mengatakan bahwa Mohamud memarkir sebuah van penuh dengan bahan peledak di dekat lapangan tersebut pada Jum'at malam dan ditahan segera setelah ia menekan sebuah telepon seluler yang ia kira akan meledakkan bom tersebut. Mohamud telah didakwa dengan upaya untuk meledakkan sebuah senjata penghancur missal.
Sebuah kebakaran pada Minggu menghancurkan bagian dari Pusat Islam Al-Farisi di Corvallis, sebuah kota kompleks perguruan tinggi sekitar 75 mil barat daya Portland di mana Mohamud biasanya beribadah ketika sedang bersekolah di Universitas Oregon. Tidak ada orang yang terluka.
Kepolisian percaya bahwa kebakaran tersebut dengan sengaja disulut dan meningkatkan patrol di sekitar Masjid dan tempat-tempat Islam lainnya di Portland.
Pada sebuah konferensi berita di Washington, Holder juga mengatakan bahwa FBI sedang menyelidiki kebakaran tersebut. Jika kebakaran tersebut berhubungan dengan penangkapan tersebut atau sebuah serangan pada islam, "hal ini adalah sesuatu yang secara pribadi saya kutuk," Holder mengatakan.
"Ini bukanlah sesuatu yang konsisten dengan siapa diri kita sebagai warga Amerika," ia mengatakan.
Sementara para pemimpin komunitas Somalia di AS mengutuk plot tersebut, beberapa termasuk seorang teman Mohamud, merasa khawatir tentang para agen federal yang kemungkinan membujuknya untuk melanggar hukum. (ppt/btn) www.suaramedia.com
Posting Komentar