Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - KETIKA seorang muslimah memiliki kehendak untuk menikah, maka dia mendambakan seorang ikhwan yang bisa memberi kasih sayang, perhatian, penghargaan, dan kebahagiaan. Setelah yakin bahwa dia akan mendapatkan semua itu dari calon suaminya, dengan langkah pasti dia pun langsung menuju jenjang pernikahan.

Namun, demikian pula dengan suaminya kelak, dia pun menginginkan kebahagiaan dari istrinya. Dan tentunya, kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Tak adil rasanya jika Anda banyak menuntut suami untuk menuruti seluruh keinginan Anda, namun Anda mengabaikan keinginannya.



Dalam bukunya Kaifa Tushbihina Zaujatan Romansiyyah, Wafa’ Muhammad menulis bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Anda, ada beberapa hal yang diinginkan suami dari Anda. Dan jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cintanya secara utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah tangga. Di antaranya adalah:

1. Anda menaati Allah dan Rasul-Nya dalam kondisi sembunyi (as-sirr) dan terang-terangan (al-‘alaniyyah), sehingga Anda menjadi istri shalihah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia. Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

2. Anda menjaga rahasia dan hartanya ketika dia tidak berada di sisi Anda. Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada yang lebih baik di dunia ini bagi seorang muslim setelah menyembah Allah, selain mendapatkan istri yang shalihah, cantik apabila dipandang, patuh apabila diperintah, memenuhi sumpah pernikahan, menjaga dirinya dan kekayaan suami di saat suami pergi, mengasuh anak-anaknya, tidak membiarkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin suami, dan tidak menolak apabila suami memanggil ke tempat tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Sebagaimana dinyatakan hadits di atas, Anda membuatnya senang apabila dia memandang Anda dengan kecantikan jasmani, rohani, dan rasio. Tatkala seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka daya tariknya semakin kuat dan menambah lengket suami kepadanya.

4. Pun demikian, seperti yang diungkapkan hadits tadi, Anda tidak keluar rumah tanpa izinnya.

5. Anda senantiasa tersenyum kepadanya. Para suami mencintai istri yang penuh senyum dan membenci wanita yang cemberut.

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,” begitulah Rasul bersabda suatu saat. Ketika tersenyum kepada saudara sesama muslim adalah sedekah, maka senyuman istri kepada suami pun bernilai pahala.

6. Anda berterimakasih kepada suami Anda. Hal berarti Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat pernikahan yang membantunya menjaga kesucian diri, memberinya keturunan, dan menjadikannya seorang ibu yang memiliki segenap tugas mulia.

7. Anda memilih waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika meminta sesuatu yang Anda inginkan dari suami; khawatir kalau suami menolaknya dengan cara halus. Istri perlu memilih kata yang sesuai yang bisa meyakinkan dirinya.

8. Jika Anda keluar rumah, Anda jangan keluar dengan pakaian yang seronok dan mencuri perhatian orang-orang, dan hendaklah menjaga pandangannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)

9. Anda berbudi luhur, tidak meninggikan suara melebihi suami Anda jika membantah atau mengkritiknya.

10. Anda haru sabar atas kefakiran suami Anda jika dia fakir dan bersyukur atas kekayaan suami jika dia kaya.

11. Anda mendorong suami untuk menyambung silaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya. Anda juga harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami merasakan hal itu.

12. Suami juga menginginkan Anda berhiaskan kejujuran dan menghindari kebohongan.

13. Suami pun menghendaki Anda mendidik anak-anaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendidik mereka menghormati orangtua dan mematuhi keduanya.

14. Dia menginginkan Anda tidak mudah marah dan emosi.

15. Anda tidak meremehkan dan mengolok-olok dirinya atau orang lain.

16. Anda diharuskan untuk rendah hati, tidak sombong, arogan, dan pongah.

17. Anda melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah dan memantau anak-anak untuk juga melakukannya. Karena Rasulullah menganjurkan, ““Seorang perempuan yang menegakkan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan mematuhi suaminya akan memasuki Surga melalui pintu mana saja dia suka”. (HR. Bukhari dan Muslim)

18. Anda mesti menyadari bahwa hak suami atas diri istri itu besar, lebih besar dari hak istri atas suami. Dengan demikian, wajar jika Rasulullah bersabda, “Seorang perempuan tidak patuh pada suaminya dan dia tidak akan mampu tanpa suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

19. Suami Anda menginginkan agar Anda tidak ragu-ragu untuk mengakui kesalahan, bahkan bersegera mengakuinya dan menerangkan alasan yang menyebabkannya melakukan kesalahan tersebut.

20. Hendaklah permintaan Anda kepada suami dalam batas kemampuannya. Dalam artian, Anda tidak membebani suami dan bersikap qana’ah.

21. Anda menaati perintah suami selama tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak melakukan puasa sunnah kecuali dengan izinnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhari)

22. Anda tidak memperbolehkan seseorang pun untuk masuk ke rumah ketika suami Anda tidak ada, kecuali dengan izinnya, jika bukan mahramnya, karena hal demikian dapat menimbulkan prasangka buruk.

23. Anda tidak menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”

24. Anda tidak meminta cerai dari suami, karena hal ini terlarang.

25. Hindarilah untuk berpakaian dan bertingkah laki menyerupai pria.

26. Anda tidak menyebarkan rahasia rumah tangga, tidak mengumbar cerita-cerita tentang hubungan intim Anda dengan suami kepada orang lain. Dan terpenting lagi, Anda mengingatkan suami Anda untuk berdoa ketika senggama, jika dia lupa.

27. Anda harus mengetahui benar makanan kesukaan dan kegemaran suami.

28. Anda membuat suami merasa bahwa dia penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda.

29. Jika Anda mendapati perilaku suami yang tidak Anda sukai, maka bersabarlah dan memberitahunya secara baik-baik. Dan bisa jadi Anda akan mendapati perilaku lain suami Anda yang lebih baik dan luhur.

30. Suami ingin agar Anda tidak mengungkit kesalahan dan kekeliruannya, tetapi berusaha mengingat kembali kebaikan-kebaikannya dan kenangan-kenangan indah yang telah dilaluinya dan menjadi kenangan tersendiri bagi Anda berdua.

Demikianlah, jika semua ini Anda penuh dan Anda lakukan, maka insya Allah kebahagiaan akan mewarnai suami Anda, dan dia pun tentunya akan membayarnya dengan melimpahkan kasih sayang dan membahagiakan Anda yang menurutnya telah menjadi seorang istri shalihah. Dia merasa bahwa dia tidak pernah merasa rugi untuk menikahi Anda. Dia justru akan berpikir bahwa menikah dengan Anda akan mendukungnya untuk melakukan ketaatan dan memudahkan baginya untuk menekuni ibadah. Ini mengingat, menikah dengan istri shalihah lebih dekat (mudah) untuk mendatangkan kebahagiaan. Semoga! [ganna pryadha/voa-islam.com]

Go Ihsan -
Dalam syariat Islam, pajak disebut dengan dharibah. Kata dharibah berasal dari akar kata dharaba-yadhribu-dharban. Ada banyak arti dari akar kata itu, di antaranya adalah mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan, dan membebankan.

Menurut pakar fikih, Gazy Inayah, kata dharibah dalam syariat Islam berarti beban. Diartikan demikian, katanya, karena dharibah atau pajak merupakan kewajiban lain yang harus dikeluarkan seorang Muslim selain zakat. Namun, syariat Islam telah menetapkan bahwa dharibah hanya dapat digunakan untuk kemaslahatan umat Muslim. Tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan yang melibatkan orang non-Muslim.

Syariat Islam juga mengenal pembayaran yang mirip dengan dharibah, yaitu jizyah dan kharraj. Perbedaan ketiganya terletak pada objek yang dikenakan beban. Dharibah adalah pajak yang dikenakan atas al-mal atau harta benda.


Sedangkan jizyah adalah pembayaran yang dibebankan kepada orang non-Muslim untuk menjamin keselamatan jiwa yang bersangkutan. Adapun kharraj merupakan kewajiban pembayaran atas tanah atau hasil bumi.

Lantas, apa definisi dharibah menurut syariat Islam? Abdul Qadim Zallum, seperti dikutip Gusfahmi dalam Pajak Menurut Syariah, mendefinisikan dharibah sebagai harta yang diwajibkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum Muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, ketika kondisi baitul mal tidak ada uang atau harta.

Berdasarkan definisi itu, Gusfahmi menyimpulkan ada lima unsur dalam dharibah. Pertama, dharibah itu diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Kedua, objeknya adalah harta benda. Ketiga, pelakunya terbatas orang-orang Muslim yang kaya. Keempat, tujuannya untuk membiayai keperluan umat Muslim saja. Dan kelima, diberlakukan dalam kondisi darurat.

Definisi Zallum itu juga menarik perhatian Gusfahmi untuk mengupasnya lebih dalam. Katanya, berdasarkan penjelasan Zallum itu, dharibah bersifat kondisional. Seorang penguasa baru boleh menarik dharibah ketika baitul mal mengalami kekosongan uang. Dan setelah uang di baitul mal sudah banyak maka dharibah kembali tidak diberlakukan.

Di samping itu, dharibah hanya diberlakukan bagi umat Muslim dan digunakan untuk kepentingan umat Muslim, sebagai wujud jihad mereka untuk mencegah datangnya bahaya yang lebih besar jika baitul mal kosong.

Atas dasar itulah, konsep dharibah punya perbedaan dengan konsep pajak modern. Jika dharibah bersifat kondisional, pajak berlaku secara berkelanjutan. Di samping itu, dharibah hanya dipungut dari orang-orang Islam yang kaya sedangkan pajak diambil dari siapa saja tanpa membedakan agama.

Perbedaan lainnya, dharibah hanya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat Islam, tetapi pajak digunakan untuk kepentingan umum. Dan, dharibah hanya dipungut untuk memenuhi target yang telah ditentukan, dan setelah itu dharibah dihapuskan. Sedangkan, pajak tidak mungkin dihapuskan.
Sumber : Islam Digest

Go Ihsan -
Dalam bahasa Arab ada empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu sa`adah (bahagia), falah (beruntung) dan najat (selamat) dan najah (berhasil). Jika saadah (bahagia) mengandung nuansa anugerah Allah setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, maka falah mengandung arti menemukan apa yang dicari (idrak al bughyah). Falah ada dua macam, dunyawi dan ukhrawi. Falah duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup di dunia terasa nikmat,yakni menemukan

(a) keabadian (terbatas); umur panjang, sehat terus, kebutuhan tercukupi terus dsb,
(b) kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan
(c) kehormatan sosial.


Sedangkan falah ukhrawi terdiri dari empat macam, yaitu 
(a) keabadian tanpa batas, 
(b) kekayaan tanpa ada lagi yang dibutuhkan, 
(c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan dan 
(d) pengetahuan hingga tiada lagi yang tidak diketahui. 

Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika ternyata seluruh keluarganya selamat dari gelombang tsunami. Adapun najah adalah perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul, padahal ia sudah merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya berhasil menjadi sarjana semua.

Kesenangan berdimensi horizontal, sedangkan kebahagiaan berdimensi horizontal dan vertikal. Orang masih bisa menguraikan anatomi kesenangan yang diperolehnya, tetapi ia akan susah mengungkap rincian kebahagiaan yang dirasakannya. Air mata bahagia merupakan wujud ketidakmampuan kata-kata. Prof. Fuad Hasan dalam bukunya Pengalaman Naik Haji mengaku tidak bisa menerangkan kenapa beliau menangis di depan Ka`bah, karena kebahagiaan yang beliau alami berdimensi vertikal, bernuansa anugerah, bukan prestasi. Banyak mempelai menitikkan air mata ketika akad nikah, demikian juga kedua orang tuanya, dan mereka tidak bisa menerangkan anatomi perasaan bahagianya.

Kebahagiaan berkaitan dengan tingkat kesulitan yang dialami. Kebahagiaan sesungguhynya dalam kehidupan keluarga bukan ketika akad nikah, bukan pula ketika bulan madu, tetapi ketika pasangan itu telah membuktikan mampu mengarungi samudera kehidupan hingga ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh  orang sangat menderita ketika di ujung umurnya menyaksikan anak-anak dan cucu-cucunya nya sengsara dan hidup susah, meski perjalanan bahtera rumah tangganya penuh dengan sukses story. Kebahagiaan biasanya datang setelah orang sukses mengatasi kesulitan yang panjang, tetapi tidak semua kesulitan mengantar pada kebahagiaan yang sebenarnya.

Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam hidup berumah tangga 
(1) isteri/suami yang setia 
(2) anak-anak yang berbakti 
(3) lingkungan sosial yang sehat dan 
(4) rizkinya dekat. 

Kesetiaan membuat hati tenang dan bangga, anak-anak yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang dekat merangsang optimisme, idealisme dan kegigihan.

Wassalam,
By: M. Agus Syafii 

Go Ihsan - Sikap yang harus diperjuangkan oleh seorang Muslim adalah menjauhi dusta atau bohong. Hal ini harus dilakukan oleh seluruh umat Islam, terutama ketika mendapat amanah memegang tampuk kepemimpinan. Sebab beban yang dipikul tidak ringan dan sekali menyimpang, berat memperbaikinya.

Dalam Islam, bohong bukanlah perkara ringan. Konsekuensi yang sangat jelas dan dimensi hukumannya tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat. Kondisi ini sudah semestinya membuat kita memilih untuk menjauhi berperilaku bohong.
Sebuah catatan menyebutkan bahwa di dalam Al-Qur’an ada 250 ayat yang membahas tentang dusta. Sedangkan kata bohong dalam Al-Qur’an terdapat pada 25 ayat. Jika ditotal maka bahasan tentang bohong atau dusta di dalam Al-Qur’an ada 284 ayat.
Hal itu menunjukkan bahwa bohong di dalam Islam sama sekali tidak dibenarkan apapun alasannya. Oleh karena itu di dalam Islam seseorang dibimbing untuk tidak banyak berjanji, terlebih jika tidak didasari oleh kalkulasi bahwa apa yang dijanjikan itu dapat diwujudkan atau dibuktikan.
Jika tidak, maka janji-janji itu akan menjadi hutang dan selama tidak dapat dipenuhi kebohongan akan melekat di dalam diri kita.
Dalam konteks keseharian Rasulullah memberikan panduan bahwa akan sangat baik jika seorang Muslim yang memilih berdagang untuk tidak banyak bersumpah di dalam bertransaksi.

Rasulullah ﷺ bersabda;
إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ الْحَلِفِ فِى الْبَيْعِ فَإِنَّهُ يُنَفِّقُ ثُمَّ يَمْحَقُ
“Hati-hatilah dengan banyak bersumpah dalam menjual dagangan karena Ia memang melariskan dagangan namun malah menghapuskan keberkahan.” (HR. Muslim).
Lebih jauh dari itu, Al-Qur’an memberikan pedoman kepada kita:
وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” (QS. Al-Qalam: 10).
Ayat di atas memberikan arahan kepada kita agar benar-benar mengenal dengan siapa kita bergaul. Jangan sampai orang yang sudah terbukti kebohongannya, dan dilakukan berulang-ulang, masih juga menjadi sahabat dekat kita. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin, tanpa sadar kita pun akan tertular sikap yang mengundang murka Allah tersebut.
Dengan demikian seorang Muslim harus hati-hati dalam menyampaikan ucapan, terlebih janji kepada siapapun. Dan, bagi mereka yang memilih untuk masuk ke dalam kontestasi pemilihan umum, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden, harus betul-betul mengukur bahwa apa yang dijanjikan saat kampanye itu benar-benar bisa direalisasikan, secara baik dan tepat waktu.
Menghilangkan Kesadaran
Hukuman pertama bagi pembohong adalah hilangnya kesadaran dalam dirinya bahwa kebohongan itu telah menjadi tabiatnya.
Orang yang suka berbohong dan terus-menerus melakukan kebohongan, kemudian hidup nikmat di atas kebohongan. Jika itu diteruskan, maka lambat laun dia akan kehilangan kemanusiaannya. Ia akan lupa pada dirinya bahwa kebohongan itu adalah sifat yang paling dominan di dalam dirinya. Tanpa rasa malu, dia akan hidup dengan penuh kesombongan dan meremehkan orang lain serta menolak kebenaran.
Cecil G. Osborne dalam bukunya “The art of getting along with people” menjabarkan bahwa orang yang terbiasa berbohong tidak akan sadar bahwa ia berbohong.
Dan kerugian seperti apa lagi yang lebih buruk daripada hilangnya kesadaran seseorang akan sikap dan perilakunya yang sesungguhnya banyak merugikan, namun tanpa sadar terus ia lakukan? Ini adalah hukuman sangat buruk atas diri seorang manusia.
Pada akhirnya, orang yang suka berbohong akan membunuh akal pikirannya dan dan mengubur hati nuraninya, sehingga ia tidak hidup melainkan menjadi beban masyarakat, biang kerusakan, dan sumber dari segala kegaduhan.
Lihatlah hari ini bagaimana orang-orang yang enggan bahkan terbukti gagal memenuhi janjinya, sementara mereka terus ingin mendapatkan kekuasaan, maka kebohongan demi kebohongan terus dilakukan demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Mungkin kita bertanya mengapa mereka tidak sadar?
Mereka tidak akan pernah sadar, sebab ketidaksadaran itulah yang hidup di dalam jiwa dan pikirannya, sehingga ia akan terus berbohong. Hanya mereka sendiri yang dapat menghentikan kebohongan itu. Itupun dengan catatan ia kembali kepada Allah, lantas mengakui kesalahannya, bertaubat, kemudian mengubah sikap dan perilakunya.
Tetaplah Jujur, Insya Allah Selamat
Rosulullah ﷺ menekankan kepada kita,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ(وفى رواية لمسلم: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ) حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُوْرِ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ(وفى رواية لمسلم: وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ) حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً. رواه البخاري ومسلم
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai Pendusta alias pembohong.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian dapat kita simpulkan, jika memang kita mengharapkan kehidupan yang lebih baik maka jauhilah kebohongan sebab kebohongan tidak akan mengantarkan melainkan pada kesengsaraan.
Dari sejarah para penguasa yang selama berkuasa banyak menjalankan korupsi, menyakiti rakyatnya dan banyak menindas umat beragama, mereka akhirnya harus berpisah dengan kekuasaan dalam kondisi yang sangat hina lagi mengenaskan.
Sebaliknya mereka yang berlaku jujur, sekalipun harus menghadapi situasi yang sangat buruk, mesti rela mengorbankan jiwa dan raga, pada akhirnya mereka menjadi orang yang berbahagia, tersenyum ridho dan tidak ditemukan kekhawatiran dan ketakutan di dalam kehidupannya. Itulah buah dari kejujuran yang terus diperjuangkan. Wallahu a’lam.(Hidayah)

Go Ihsan - Delegasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bertemu dengan otoritas China untuk membahas berbagai isu penting seperti masalah Palestina, perkembangan di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta masalah Islamophobia dan situasi umat Islam di negara-negara bukan anggota OKI.


Dalam pernyataan tertulis OKI dikutip Anadolu, delegasi OKI kini tengah mengunjungi Beijing ibu kota China guna membahas beberapa masalah regional dan internasional dengan pejabat China selama seminggu.
Pertemuan tersebut akan menjadi pertemuan resmi kedua antara OKI dan China. Mereka akan membahas hubungan antara China dengan dunia Islam, masalah Palestina, masalah Israel-Palestina, isu Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afghanistan.
Pernyataan tersebut juga menyebut Penasehat Urusan Politik OKI Yusuf al-Dabii akan memimpin delegasi tersebut.
Selain itu, pejabat dari bagian urusan politik, pemerintahan minoritas, komunitas Muslim, dan komunikasi turut hadir dalam acara tersebut.
Pada April 2015, OKI dan China mengadakan pertemuan di Beijing untuk pertama kalinya guna membahas situasi minoritas Muslim di seluruh dunia.(Hidayah)

Go Ihsan -  Adanya tabloid politik yang menyasar masjid-masjid di Jawa Tengah ditanggapi oleh Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas.
Anwar menerangkan bahwa media mengemban tugas suci, yakni menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan mengungkap fakta yang sesungguhnya. Karenanya, ia menegaskan media harus adil serta tidak boleh mengembangkan hoax dan provokasi.
“Jangan menginjak satu, mengangkat yang satu (lainnya). (Tabloid) itu saya rasa bukan media,” ujarnya kepada hidayatullah.com usai membuka acara Sarasehan Nasional “Penguatan Literasi Islam dan Kebangsaan Generasi Milenial” di Gedung Perintis Kemerdekaan, Jakarta, pada Kamis (24/01/2019).
Anwar mengimbau kepada pengurus masjid untuk kritis serta menahan dan tidak menyebarkan media yang isinya hoax.

“(Sebab) menurut MUI, menyebarkan hoax itu sama hukumannya dengan yang membuat hoax,” ujarnya.
Sebelumnya diwartakan, sebuah tabloid dengan framing berita yang diduga sengaja menyerang Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, ditemukan di beberapa daerah di Jawa Tengah. Tabloid tersebut dikirim ke masjid-masjid dengan bungkus amplop cokelat.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah mendapatkan informasi tabloid bernama “Indonesia Barokah” tersebut ada di Kabupaten Blora, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Magelang. Rata-rata setiap masjid dikirimi tiga eksemplar.
“Ada pengiriman tabloid rata-rata 1 masjid 3 eksemplar yang dibungkus amplop cokelat yang dikirim ke Masjid,” kata Koordinator Divisi Humas dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Jawa Tengah Rofiuddin kutip Detikcom, Selasa (21/01/2019).
Dalam amplop yang dikirim ke masjid disebutkan alamat pengirim berada di Pondok Melati, Bekasi. Rofi menjelaskan pihaknya mendapatkan laporan karena ada dugaan framing berita yang bisa merugikan capres tertentu.
“Tabloid ini kalau dilihat ada berita yang arahnya bercampur opini dan juga ada semacam permainan framing sehingga menguntungkan atau merugikan capres tertentu,” jelasnya.
Dalam headline halaman pertama ditulis judul “Reuni 212: Kepentingan Umat atau Kepentingan Politik?” kemudian di kolom Liputan Khusus ada berita berjudul “Membohongi Publik untuk Kemenangan Politik?” dengan karikatur Ratna Sarumpaet, Fadli Zon, Sandiaga Uno, dan Prabowo Subianto. Sebagian artikel juga membahas tentang agama.
Rofi menjelaskan, pihaknya juga berkoordinasi dengan Dewan Pers karena pengawasan dan pemantauan media dilakukan Dewan Pers. Ia berharap masyarakat tetap tenang dengan beredarnya tabloid tersebut.
“Dari sisi Dewan Pers bisa teliti dan analisis kategorinya apa. Apakah sesuai standar jurnalistik, bercampur opini, framing tertentu, atau apa. Kemungkinan kedua bisa analisis status badan hukumnya,” jelas Rofi.
“Posisi Bawaslu memberikan fakta ada tabloid yang sebelumnya tidak ada terus tiba-tiba ada dan menyasar Jawa Tengah. Informasinya di masjid-masjid disimpan, tidak diedarkan,” imbuhnya.
Saat ini pengkajian masih dilakukan dan menurut informasi tidak hanya di Jawa Tengah, di Jawa Barat pun tabloid serupa juga ditemukan.(Hidayah)
Diberdayakan oleh Blogger.