Go Ihsan -
Oleh Buya Gusrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar)
"يا ابن آدم, إنما أنت أيام, إذا ذهب يوم ذهب بعضك".
Oleh Buya Gusrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar)
Keistimewaan suatu hari dan
waktu dalam keyakinan kaum muslimin hanya bersandar kepada ketetapan dari
Syari'at Islam. Kalau kita buat sendiri keistimewaan itu berdasarkan pengalaman
yang kita lalui, tak sedikit hari dan tanggal keberuntungan menurut kita ternyata
juga hari kemalangan bagi kita. Hanya saja kita terlambat mengetahuinya.
Jadi, menjadikan waktu atau
hari sebagai suatu yang istimewa tanpa ada alasan syar'i, tak lebih dari
mengikuti ukuran kebahagiaan materi dan kesenangan nafsu.
Malam tahun baru miladiyyah
misalnya !
Ia sebenarnya adalah malam
biasa seperti malam-malam lainnya. Tentu tidak ada keutamaan apa-apa karena
tidak ada nash apapun yang menjadi alasan keafdhalannya.
Sebagian kaum muslimin yang
ikut-ikutan latah merayakannya, mencoba mencari pembenaran dengan menjadikan
acara malam itu sebagai ajang bershilaturrahim dan menjalin kebersamaan dengan
para shahabat.
Suatu kegiatan yang pada asalnya adalah baik namun tetap saja menyisakan
pertanyaan, "kenapa harus di malam itu ?"
Bukankah sepanjang tahun
adalah waktu bershilaturrahim dan menjalin ukhuwwah (persaudaraan) ?
Langsung atau tidak langsung,
berbagai kegiatan di malam itu, tetap saja menjadikan malam itu sebagai sesuatu
yang berbeda dari malam lainnya.
Kalau pun ada sebagian ulama
membuat kegiatan tabligh akbar di malam itu, tentu itu bukanlah tujuan akhir
tapi hanya alat sementara untuk pengalihan perhatian dari berhura-hura kepada
semangat memahami agama.
Tentu ulama tidak bermaksud
menciptakan suatu kegiatan ibadah pada malam akhir tahun miladiyyah yang bisa
mengarah kepada membuat syari'at.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa tak ada hak siapapun untuk membuat
syari'at selain Allah swt sebagaimana yang diperingatkan-Nya dalam firmn-Nya:
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الشورى : 21]
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang
menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (QS
al-Syura 42:21)
Bila demikian adanya, maka
malam ini tak ubahnya seperti malam kemarin yang senantiasa kita manfaatkan
untuk bermuhasabah dan ibadah lainnya.
Semestinya kegiatan-kegiatan itu menjadi rutinitas seorang muslim tanpa
menunggu malam tertentu karena setiap saat yang berlalu bila tidak diisi dengan
ketundukan kepada Allah swt berarti lenyaplah sebagian dari diri tanpa ada
manfaat dan itu adalah kerugian besar.
Renungkanlah petuah al-Imam
al-Hasan al-Bashriy berikut ini:
"يا ابن آدم, إنما أنت أيام, إذا ذهب يوم ذهب بعضك".
"Wahai anak Adam, engkau hanyalah hari-hari (yang tersusun). Bila satu
hari berlalu maka hilang sebagian dari dirimu".
Kita semestinya tak perlu
ambil pusing dengan malam ini. Tak ada petunjuk dalam syari'at kita untuk
melakukan kegiatan apapun secara khusus.
Seharusnya malam ini kita buat
sepi dari berbagai kegiatan ibadah dan syi'ar yang tidak biasa kita lakukan
karena itu bisa menyeret kita kepada tindakan "takalluf" (over
akting).
Hanya saja, umat tidak bisa
diseret dari kebiasaan latah perayaan selama ini melainkan dengan bertahap maka
biarkanlah dakwah itu berproses !
Karena itu, di malam ini
berjanjilah dan berpesanlah kepada diri dan keluarga bahwa bershilaturrahim
serta menjalin kebersamaan bukanlah keistimewaan malan akhir tahun miladiyyah.
Dalam Syari'at agama kita
(Islam) perbuatan baik yang tidak memiliki waktu khusus, kita lakukan kapan
saja selama tidak mengganggu perintah khusus.
Mari kita bershilaturrahin
kapan saja kita bisa !
Mari kita menjalin persaudaraan kapan saja kita bisa !
Mari sholat berjamaah setiap waktu !
Mari sediakan waktu secara terratur untuk menghadiri majelis ta'lim karena kita butuh dengan petunjuk syari'at !
Mari kita menjalin persaudaraan kapan saja kita bisa !
Mari sholat berjamaah setiap waktu !
Mari sediakan waktu secara terratur untuk menghadiri majelis ta'lim karena kita butuh dengan petunjuk syari'at !
Mari kita bersama dengan para ulama di setiap kesempatan yang memungkinkan !
Intinya, umat Islam tidak
butuh tanggal 31 Desember dan malam 1 Januari untuk melakukan itu semua !
Menyengaja membuat amalan
apapun di malam ini walaupun tidak meniup terompet dan memakai topi sanbenito,
tetap saja membuat hari esok dan malam ini menjadi istimewa.
Sebagai muslim, tiada hari
yang patut dirayakan dan diistimewakan melainkan hari yang istimewa di mata
Allah swt sebagaimana yang telah dijekaskan dalam sunnah Rasulullah saw.
Bila zaman beredar atau tahun
berganti yang akan kita sambut dengan kegembiraan, rasanya itu adalah sikap
terbalik dari petunjuk Raaulullah saw berikut ini:
أنس بن مالك قال : اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Anas bin Malik berkata;
Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya
lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.
Aku mendengar hadits ini dari Nabi kalian." (HR. al-Bukhari)
Aku mendengar hadits ini dari Nabi kalian." (HR. al-Bukhari)
Akhirnya saya berharap kepada
kaum muslimin, jalanilah malam ini seperti malam-malam yang berlalu karena
memang dia adalah malam biasa.
Sedangkan bagi sebagian yang
telah terlanjur berhimpun, tekadkanlah bahwa malam penghujung tahun miladiyyah
yang akan datang, akan kita buat sepi dari kegiatan apapun selain kegiatan
rutinitas sebagai hamba-hamba Allah swt yang telah ridha menerima syari'at
Islam sebagai panduan kehidupan.
Ala.. qad ballagtu ?!
Allahumma fasyhad !
Posting Komentar