Halloween party ideas 2015

Go Ihsan -

Oleh Buya Gusrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar)

Keistimewaan suatu hari dan waktu dalam keyakinan kaum muslimin hanya bersandar kepada ketetapan dari Syari'at Islam. Kalau kita buat sendiri keistimewaan itu berdasarkan pengalaman yang kita lalui, tak sedikit hari dan tanggal keberuntungan menurut kita ternyata juga hari kemalangan bagi kita. Hanya saja kita terlambat mengetahuinya.

Jadi, menjadikan waktu atau hari sebagai suatu yang istimewa tanpa ada alasan syar'i, tak lebih dari mengikuti ukuran kebahagiaan materi dan kesenangan nafsu.


Malam tahun baru miladiyyah misalnya !

Ia sebenarnya adalah malam biasa seperti malam-malam lainnya. Tentu tidak ada keutamaan apa-apa karena tidak ada nash apapun yang menjadi alasan keafdhalannya.

Sebagian kaum muslimin yang ikut-ikutan latah merayakannya, mencoba mencari pembenaran dengan menjadikan acara malam itu sebagai ajang bershilaturrahim dan menjalin kebersamaan dengan para shahabat.

Suatu kegiatan yang pada asalnya adalah baik namun tetap saja menyisakan pertanyaan, "kenapa harus di malam itu ?"

Bukankah sepanjang tahun adalah waktu bershilaturrahim dan menjalin ukhuwwah (persaudaraan) ?
Langsung atau tidak langsung, berbagai kegiatan di malam itu, tetap saja menjadikan malam itu sebagai sesuatu yang berbeda dari malam lainnya.

Kalau pun ada sebagian ulama membuat kegiatan tabligh akbar di malam itu, tentu itu bukanlah tujuan akhir tapi hanya alat sementara untuk pengalihan perhatian dari berhura-hura kepada semangat memahami agama.

Tentu ulama tidak bermaksud menciptakan suatu kegiatan ibadah pada malam akhir tahun miladiyyah yang bisa mengarah kepada membuat syari'at. 

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa tak ada hak siapapun untuk membuat syari'at selain Allah swt sebagaimana yang diperingatkan-Nya dalam firmn-Nya:

{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الشورى : 21]

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (QS al-Syura 42:21)

Bila demikian adanya, maka malam ini tak ubahnya seperti malam kemarin yang senantiasa kita manfaatkan untuk bermuhasabah dan ibadah lainnya. 

Semestinya kegiatan-kegiatan itu menjadi rutinitas seorang muslim tanpa menunggu malam tertentu karena setiap saat yang berlalu bila tidak diisi dengan ketundukan kepada Allah swt berarti lenyaplah sebagian dari diri tanpa ada manfaat dan itu adalah kerugian besar.

Renungkanlah petuah al-Imam al-Hasan al-Bashriy berikut ini:

"
يا ابن آدم, إنما أنت أيام, إذا ذهب يوم ذهب بعضك".

"Wahai anak Adam, engkau hanyalah hari-hari (yang tersusun). Bila satu hari berlalu maka hilang sebagian dari dirimu".

Kita semestinya tak perlu ambil pusing dengan malam ini. Tak ada petunjuk dalam syari'at kita untuk melakukan kegiatan apapun secara khusus.

Seharusnya malam ini kita buat sepi dari berbagai kegiatan ibadah dan syi'ar yang tidak biasa kita lakukan karena itu bisa menyeret kita kepada tindakan "takalluf" (over akting).

Hanya saja, umat tidak bisa diseret dari kebiasaan latah perayaan selama ini melainkan dengan bertahap maka biarkanlah dakwah itu berproses !

Karena itu, di malam ini berjanjilah dan berpesanlah kepada diri dan keluarga bahwa bershilaturrahim serta menjalin kebersamaan bukanlah keistimewaan malan akhir tahun miladiyyah.

Dalam Syari'at agama kita (Islam) perbuatan baik yang tidak memiliki waktu khusus, kita lakukan kapan saja selama tidak mengganggu perintah khusus.

Mari kita bershilaturrahin kapan saja kita bisa !
Mari kita menjalin persaudaraan kapan saja kita bisa !
Mari sholat berjamaah setiap waktu !
Mari sediakan waktu secara terratur untuk menghadiri majelis ta'lim karena kita butuh dengan petunjuk syari'at !

Mari kita bersama dengan para ulama di setiap kesempatan yang memungkinkan !
Intinya, umat Islam tidak butuh tanggal 31 Desember dan malam 1 Januari untuk melakukan itu semua !

Menyengaja membuat amalan apapun di malam ini walaupun tidak meniup terompet dan memakai topi sanbenito, tetap saja membuat hari esok dan malam ini menjadi istimewa.

Sebagai muslim, tiada hari yang patut dirayakan dan diistimewakan melainkan hari yang istimewa di mata Allah swt sebagaimana yang telah dijekaskan dalam sunnah Rasulullah saw.

Bila zaman beredar atau tahun berganti yang akan kita sambut dengan kegembiraan, rasanya itu adalah sikap terbalik dari petunjuk Raaulullah saw berikut ini:

أنس بن مالك قال : اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Anas bin Malik berkata; 

Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.
Aku mendengar hadits ini dari Nabi kalian." (HR. al-Bukhari)

Akhirnya saya berharap kepada kaum muslimin, jalanilah malam ini seperti malam-malam yang berlalu karena memang dia adalah malam biasa.

Sedangkan bagi sebagian yang telah terlanjur berhimpun, tekadkanlah bahwa malam penghujung tahun miladiyyah yang akan datang, akan kita buat sepi dari kegiatan apapun selain kegiatan rutinitas sebagai hamba-hamba Allah swt yang telah ridha menerima syari'at Islam sebagai panduan kehidupan.

Ala.. qad ballagtu ?! Allahumma fasyhad !

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.