Go Ihsan -
KETIKA seorang muslimah memiliki kehendak
untuk menikah, maka dia mendambakan seorang ikhwan yang bisa memberi kasih
sayang, perhatian, penghargaan, dan kebahagiaan. Setelah yakin bahwa dia akan
mendapatkan semua itu dari calon suaminya, dengan langkah pasti dia pun
langsung menuju jenjang pernikahan.
Namun, demikian pula dengan suaminya
kelak, dia pun menginginkan kebahagiaan dari istrinya. Dan tentunya,
kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Tak adil
rasanya jika Anda banyak menuntut suami untuk menuruti seluruh keinginan Anda,
namun Anda mengabaikan keinginannya.
Dalam bukunya Kaifa Tushbihina Zaujatan
Romansiyyah, Wafa’ Muhammad menulis bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dalam
pernikahannya dengan Anda, ada beberapa hal yang diinginkan suami dari Anda.
Dan jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cintanya secara
utuh, dan kebahagiaan pun mewarnai hidup rumah tangga. Di antaranya adalah:
1. Anda menaati Allah dan Rasul-Nya dalam
kondisi sembunyi (as-sirr) dan terang-terangan (al-‘alaniyyah), sehingga Anda
menjadi istri shalihah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia. Abdullah bin
‘Amr bin Al-‘Ash berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan
dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
2. Anda menjaga rahasia dan hartanya
ketika dia tidak berada di sisi Anda. Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada yang
lebih baik di dunia ini bagi seorang muslim setelah menyembah Allah, selain
mendapatkan istri yang shalihah, cantik apabila dipandang, patuh apabila
diperintah, memenuhi sumpah pernikahan, menjaga dirinya dan kekayaan suami di
saat suami pergi, mengasuh anak-anaknya, tidak membiarkan orang lain masuk ke
rumah tanpa izin suami, dan tidak menolak apabila suami memanggil ke tempat
tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sebagaimana dinyatakan hadits di atas,
Anda membuatnya senang apabila dia memandang Anda dengan kecantikan jasmani,
rohani, dan rasio. Tatkala seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka
daya tariknya semakin kuat dan menambah lengket suami kepadanya.
4. Pun demikian, seperti yang diungkapkan
hadits tadi, Anda tidak keluar rumah tanpa izinnya.
5. Anda senantiasa tersenyum kepadanya.
Para suami mencintai istri yang penuh senyum dan membenci wanita yang cemberut.
“Senyummu di depan saudaramu adalah
sedekah,” begitulah Rasul bersabda suatu saat. Ketika tersenyum kepada saudara
sesama muslim adalah sedekah, maka senyuman istri kepada suami pun bernilai pahala.
6. Anda berterimakasih kepada suami Anda.
Hal berarti Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat pernikahan yang membantunya
menjaga kesucian diri, memberinya keturunan, dan menjadikannya seorang ibu yang
memiliki segenap tugas mulia.
7. Anda memilih waktu yang tepat dan cara
yang sesuai ketika meminta sesuatu yang Anda inginkan dari suami; khawatir
kalau suami menolaknya dengan cara halus. Istri perlu memilih kata yang sesuai
yang bisa meyakinkan dirinya.
8. Jika Anda keluar rumah, Anda jangan
keluar dengan pakaian yang seronok dan mencuri perhatian orang-orang, dan
hendaklah menjaga pandangannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)
9. Anda berbudi luhur, tidak meninggikan
suara melebihi suami Anda jika membantah atau mengkritiknya.
10. Anda haru sabar atas kefakiran suami
Anda jika dia fakir dan bersyukur atas kekayaan suami jika dia kaya.
11. Anda mendorong suami untuk menyambung
silaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya. Anda juga harus
menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami
merasakan hal itu.
12. Suami juga menginginkan Anda berhiaskan
kejujuran dan menghindari kebohongan.
13. Suami pun menghendaki Anda mendidik
anak-anaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendidik mereka menghormati
orangtua dan mematuhi keduanya.
14. Dia menginginkan Anda tidak mudah
marah dan emosi.
15. Anda tidak meremehkan dan
mengolok-olok dirinya atau orang lain.
16. Anda diharuskan untuk rendah hati,
tidak sombong, arogan, dan pongah.
17. Anda melaksanakan ibadah yang
diwajibkan Allah dan memantau anak-anak untuk juga melakukannya. Karena
Rasulullah menganjurkan, ““Seorang perempuan yang menegakkan shalat lima waktu,
berpuasa di bulan Ramadan, dan mematuhi suaminya akan memasuki Surga melalui
pintu mana saja dia suka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
18. Anda mesti menyadari bahwa hak suami
atas diri istri itu besar, lebih besar dari hak istri atas suami. Dengan
demikian, wajar jika Rasulullah bersabda, “Seorang perempuan tidak patuh pada
suaminya dan dia tidak akan mampu tanpa suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Suami Anda menginginkan agar Anda
tidak ragu-ragu untuk mengakui kesalahan, bahkan bersegera mengakuinya dan
menerangkan alasan yang menyebabkannya melakukan kesalahan tersebut.
20. Hendaklah permintaan Anda kepada suami
dalam batas kemampuannya. Dalam artian, Anda tidak membebani suami dan bersikap
qana’ah.
21. Anda menaati perintah suami selama
tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak melakukan
puasa sunnah kecuali dengan izinnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada
ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.”
(HR. Bukhari)
22. Anda tidak memperbolehkan seseorang
pun untuk masuk ke rumah ketika suami Anda tidak ada, kecuali dengan izinnya,
jika bukan mahramnya, karena hal demikian dapat menimbulkan prasangka buruk.
23. Anda tidak menolak jika diajak suami
ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada
hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia
menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan
dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat
tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan
meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi
hari.”
24. Anda tidak meminta cerai dari suami,
karena hal ini terlarang.
25. Hindarilah untuk berpakaian dan
bertingkah laki menyerupai pria.
26. Anda tidak menyebarkan rahasia rumah
tangga, tidak mengumbar cerita-cerita tentang hubungan intim Anda dengan suami
kepada orang lain. Dan terpenting lagi, Anda mengingatkan suami Anda untuk
berdoa ketika senggama, jika dia lupa.
27. Anda harus mengetahui benar makanan
kesukaan dan kegemaran suami.
28. Anda membuat suami merasa bahwa dia
penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka
dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda
mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda.
29. Jika Anda mendapati perilaku suami
yang tidak Anda sukai, maka bersabarlah dan memberitahunya secara baik-baik.
Dan bisa jadi Anda akan mendapati perilaku lain suami Anda yang lebih baik dan
luhur.
30. Suami ingin agar Anda tidak mengungkit
kesalahan dan kekeliruannya, tetapi berusaha mengingat kembali
kebaikan-kebaikannya dan kenangan-kenangan indah yang telah dilaluinya dan
menjadi kenangan tersendiri bagi Anda berdua.
Demikianlah, jika semua ini Anda penuh dan
Anda lakukan, maka insya Allah kebahagiaan akan mewarnai suami Anda, dan dia
pun tentunya akan membayarnya dengan melimpahkan kasih sayang dan membahagiakan
Anda yang menurutnya telah menjadi seorang istri shalihah. Dia merasa bahwa dia
tidak pernah merasa rugi untuk menikahi Anda. Dia justru akan berpikir bahwa
menikah dengan Anda akan mendukungnya untuk melakukan ketaatan dan memudahkan
baginya untuk menekuni ibadah. Ini mengingat, menikah dengan istri shalihah
lebih dekat (mudah) untuk mendatangkan kebahagiaan. Semoga! [ganna
pryadha/voa-islam.com]