Go Ihsan - Sebuah even pengajian anak muda digelar di Jakarta selama
tiga hari, 9 – 11 November. Dimotori para artis yang kenal telah “hijrah”, even
ini memberi pesan bagi kawula muda: Islam adalah life style yang paling cool
dan asik.
Satu sore di akhir 1997 dihelat satu acara musik bergenre
underground di ibu kota. Satu radio anak muda Jakarta, hampir seharian,
berulang-ulang mengumumkan acara yang digelar di Poster Cafe, Jakarta Pusat
itu.
Di masa itu, aliran musik british pop, punk, rap, ska,
metal, hard core yang sebenarnya tidak populer tengah jadi tren bahasan di
media massa mainstream anak muda. Di majalah-majalah dan radio semisal Prambors
dan Mustang.
Aliran dan komunitas ini dipandang sebagai alternatif yang
anti-mainstream bagi kawula muda yang belum lama lepas dari sajian hiburan satu
arah dari TVRI dan RRI.
Warnanya yang beda, nyentrik, aneh, baru, dan rebellious
menjadi magnet bagi kawula muda.
Bisa menghadiri acara-acara komunitas underground kala itu,
artinya masuk ke dunia pergaulan anak muda ibu kota.
Kembali acara musik di atas. Di tengah serunya pertunjukan,
tiba-tiba seorang MC mengambil microphone dan menghentikan acara.
“Kita break (waktu shalat) magrib dulu. Nanti acara kita
sambung lagi,” katanya singkat.
Bagi penulis yang pertama kali hadir di gigs komunitas gaul
“bawah tanah”, break magrib itu cukup mengagetkan.
Di tengah kerasnya musik, riuhnya pogo dan moshing – istilah
gaulnya joget – ternyata adzan magrib masih dihormati.
Penulis lupa apakah juga ada break Isya di acara itu.
Yang jelas, selama hampir satu dekade penulis hadir di
berbagai acara hiburan – baik yang mainstream hingga yang underground, break
adzan salat adalah hal yang lumrah. Bahkan di acara metal yang kerap
menampilkan aksi minum darah ayam atau kelinci sekali pun.
Hijra Fest 2018
Tapi kini, adzan shalat tak lagi sekedar sebagai break dari
suatu acara besar. Shalat malah menjadi salah satu acara utama di satu even
yang di helat di Jakarta Convention Center (JCC) pada 9 hingga 11 November
2018.
Even itu bernama Hijra Fest 2018. Acara pengajian ala anak
muda ibu kota yang dibarengi pameran produk halal, fashion, hingga program
sosial hapus tato gratis. Di event ini, waktu adzan sudah diumumkan 10 menit
sebelum waktu salat supaya pengunjung bersiap.
Jika ada stan pameran yang berjualan di waktu shalat, stan
tersebut akan dilarang berjualan keesokan harinnya.
Hal tersebut seolah tidak pernah terbayangkan bisa
terlesenggara di acara anak muda Jakarta. Terlebih diadakan di JCC yang lebih
dikenal sebagai tempat konser-konser musik artis luar negeri dan pameran
perusahaan-perusahaan bergengsi.
Salah satu penggagas event tersebut adalah Arie Untung,
seorang MC dan pembawa acara televisi yang cukup beken di kalangan anak muda.
Kata Arie, even tersebut digagas oleh artis-artis dan para
pekerja seni yang sudah mulai hijrah. Dalam artian mulai mendalami dan
menjalankan ajaran Islam.
Walaupun dimotori artis-artis, even ini menggaet para ustadz
dan dai kenamaan semisal Ustad Abdullah Gymanstiar (AA Gym) dan Ustadz Bachtiar
Nasir (UBN). Juga para ustad muda yang punya jutaan followers di media sosial
semisal Ustad Abdul Somad (UAS), Ustadz Adi Hidayat, Ustad Hanan Attaki, Felix
Siaw, dan lainnya.
Kata Arie, anak-anak muda sangat cinta dunia. Sebab itu dia
ingin mengenalkan keindahan Islam dengan gaya anak muda.
“Gayanya asik, life stylenya keren, tempatnya cool,” kata
Arie di sela-sela acara Hijra Fest.
Ternyata animo masyarakat juga tinggi. Tiket seharga Rp. 80
ribu per orang selalu sold out. Padahal penyelenggara telah menyediakan 5000
tiket setiap harinya.
“Ternyata bisa lo membuat acara Islami dengan animo sebesar
ini,” kata Arie.
Arie mengatakan, dengan banyaknya artis dan public figure di
Hijra Fest akan memberi pesan jangan malu-malu mendekat ke Islam.
Arie membeberkan, Hijra Fest 2018 menawarkan berbagai menu:
kajian para ustad ternama, sajian lebih dari 200 booth industri muslim, program
hapus tato, hingga pusat informasi komunitas hijrah.
“Anak muda yang ingin hjirah tetapi sendirian, kita kasih
info lokasi dan kontak komunitas yang bisa dia ikuti,” jelas Arie.
Disinggung soal motivasi anak-anak muda yang datang karena
faktor artis idola, Arie tidak menampik hal itu.
Menurutnya hidayah bisa datang dari berbagai jalan. Katanya,
bisa jadi awalnya niat karena idola dan ikut-ikutan. “Mana tahu bisa jadi
keterusan. Apapun niatnya, kita welcome.”
Salah seorang pengunjung pemuda berusia 23 bernama Miftahul
Khair datang dari Bekasi. Dia tidak keberatan dengan harga Rp. 80 ribu untuk
tiket masuk acara festival pengajian.
Malah dia berharap acara pengajian seperti Hijra Fest bisa
lebih banyak diadakan. “Harapannya bisa lebih banyak dan sering ada acara
begini.”
Gagalnya paham
liberal
Bagi penulis, besarnya animo anak muda hadir di Hijra Fest
sebagai pertanda “gagalnya” penyebaran paham liberal di kalangan anak muda.
Khususnya di Indonesia.
Bagaimana tidak? Anak-anak muda, para seniman, penyanyi,
anak band, clubbers yang lekat dengan kebebasan, gaya hidup hedonis, ternyata
mau mulai taat ajaran agama.
Padahal selama ini kalangan liberal lah yang selama ini
memberikan pandangan bahwa dosa dan halal-haram adalah relatif.
Kalangan liberal lah yang selama menyebarkan kepada ummat
keraguan atas haramnya khamr, haramnya zina, haramnya LGBT, haramnya tato,
haramnya nikah beda agama, dlsb.
Ternyata selama ini anak-anak muda, artis dan seleb tidak
butuh legalisasi atas berbagai maksiat yang mereka lakukan.
Apa yang Allah haramkan, juga mereka pandang haram walau
mereka belum bisa tinggalkan.
Apa yang Allah wajibkan, juga mereka pandang wajib walau
belum sepenuhnya bisa mereka kerjakan.
Sama seperti yang telah lama hijrah, yang mereka dan kita
perlukan adalah hidayah dan taufik dari Allah untuk istiqamah dalam agama ini.
*
Oleh: Surya Fachrizal
Sumber:Hidayatullah
Posting Komentar