Halloween party ideas 2015

Go Ihsan - Indonesia kaya akan literatur dan khazanah keagamaan. Kekayaan ini diharapkan mampu menjadi referensi pendidikan di Tanah Air. Harapan itu mengemuka pada simposium internasional tentang literatur dan khazanah keagamaan atau International Symposium on Religious Literature and Heritage yang digelar Kementerian Agama.

"Karya yang berbahasa arab pun banyak yang tidak dikenal. Karya dari KH Hasyim Ashari, Syekh Nawawi al Banten, Mahfudz Termas . Bahkan salah satu bukunya di kutip ulama terkenal. Tapi di Indonesia sendiri tidak banyak di gunakan," ujar Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Machasin saat ditemui di setelah pembukanaan acara di Jakarta, Rabu (16/9).
Saat mengunjungi salah satu pesantren di Tebuireng, lanjutnya, karya KH Hasyim Ashari tidak dijadikan bahan wajib untuk kurikulum pendidikan pesantren. Menurutnya, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan literatur dan khazanah keagamaan yang kita miliki karena beberapa hal.
Pertama, kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum memiliki kepercayaan diri untuk menggunakan produk sendiri. Selain itu, dari segi literatur, Indonesia tidak memiliki sistem pengarsipan yang bagus. Karya yang kita miliki kebanyakan hanya  dicetak  untuk kalangan sendiri. Tidak disebarkan kemana-mana. Karena merasa mutunya belum begitu bisa bersaing hingga tidak dicetak banyak dan disebarluaskan. 

Untuk itu, literatur dan khazanah kegamaan khas Indonesia perlu dikembangkan.  Termasuk tradisi tentang perilaku terhadap orang lain. Menurutnya, kegiatan ini juga merupakan salah satu bagian dari islam Nusantara. Ia mengatakan,  lemahnya islam nusantara karea tidak ada literaurnya. Walaupun literaturnya ada namun belum tersusun rapi.

Ke depan ia merencanakan agar literatur dan khazanah kegamaan khas Indonesia ini di pelajari di perguruan Tinggi Keagamaan Indonesia. Baik itu UIN, IAIN maupun STAIN.  "Ini yang perlu revolusi mental Jokowi di bidang agama. Bahwa kita jangan hanya menjadi konsumen untuk produksi luar indonesia," ujarnya. 

Sementara itu, Kabalitbang Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Masud mengatakan selama ini yang banyak mempelajari literatur, manuskrip dan khazanah kegamaan Indonesia justru orang asing.

Bangsa Indonesia kurang mampu mengapresiasi karya bangsa sendiri. Padahal Indonesia memiliki  literatur dan khazanah kegamanaan yang banyak. Untuk itu perlunya mengingatkan masyarakat akan literatur kegamaan yang kita miliki. Salah satunya dapat dilakukan melalui publikasi, penelitian lanjutan dan workhshop. 

Simposium ini baru diadakan pertama kali dan diikuti oleh 10 negara. Diantaranya Belanda Jerman, Malaysia, Brunei, Amerika, Inggris, Yunani dan Indonesia. Simposium akan diadakan hingga tanggal 18 September mendatang. (ROL)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.